Karyanya Mendunia, Intip Kisah Sedyatmo 'Si Kancil' Lulusan ITB Penemu Teknik Konstruksi Cakar Ayam
Teknik cakar ayam ditemukan dirinya pada 1962 silam dan telah dipatenkan oleh asosiasi konstruksi dunia.
Teknik cakar ayam ditemukan dirinya pada 1962 silam dan telah dipatenkan oleh asosiasi konstruksi dunia.
Karyanya Mendunia, Intip Kisah Sedyatmo 'Si Kancil' Lulusan ITB Penemu Teknik Konstruksi Cakar Ayam
Dalam dunia konstruksi, teknik cakar ayam menjadi elemen yang sangat penting dalam mendirikan sebuah gedung. Fungsinya selama ini digunakan sebagai pondasi untuk menopang struktur bangunan, sehingga tidak runtuh dan kuat menahan gempa.
Saking pentingnya, teknik cakar ayam ini turut digunakan oleh para insinyur sipil dari berbagai negara. Namun siapa sangka jika penemu teknik tersebut adalah seorang akademisi dan praktisi bangunan asal Indonesia, lulusan ITB? Beliau adalah Prof. Dr. Ir. Sedijatmo (ejaan lama Sedyatmo).
-
Dimana Sangkar Burung Sedayu dibuat? Kalurahan Argosari, Sedayu, sudah dari lama dikenal sebagai sentra pengrajin sangkar burung.
-
Kenapa Ayam Betutu terkenal? Menu ini tidak hanya mencuri perhatian dengan kelezatan rasanya, tetapi juga menyimpan nilai tradisional dan budaya yang kaya.
-
Dimana penelitian tentang semut tukang kayu dilakukan? Berdasarkan hasil penelitian mereka terhadap semut di Florida, Amerika Serikat, hewan kecil tersebut melakukan prosedur penyelamatan nyawa jika ada sesama semut mereka yang terluka, sama seperti manusia.
-
Siapa yang mendirikan Sate Sapi Pak Kempleng? Dilansir dari Jatengprov.go.id, Sate Pak Klempeng telah dikenal sejak tahun 1960-an. Pembeli dapat memilih beragam isian sate seperti daging, paru, babat, ati, ginjal, atau iso. Satu porsi berisi 10 tusuk sate. Banyak pelancong dari luar kota yang rela mampir demi mencicipi sate sapi Pak Kempleng.
-
Siapa yang membangun rumah potong hewan Semarang? Dr. Jan Stapensea adalah seorang ahli peternakan dan dokter hewan pertama di Kota Semarang. Pada era 1920-an, ia mencetuskan berdirinya rumah pemotongan hewan atau Abbatoir pertama di Semarang.
-
Apa yang dibuat Seto Utoro? Sosok Seto Utoro, Pemuda yang Bikin Batik Tulis Bojonegoro 'Naik Kelas' dan Ramai Peminat
Menurut Indonesia.go.id, Sedyatmo merupakan sosok penting bagi kemajuan konstruksi di seluruh dunia.
Berkat penemuannya, berbagai gedung pencakar langit, jembatan sampai jalan layang berhasil berdiri dengan kokoh.
Kabarnya, teknik ini ditemukan dirinya pada 1962 silam dan telah dipatenkan oleh asosiasi konstruksi dunia. Berikut sosoknya yang monumental.
Sekilas Tentang Teknik Cakar Ayam
Mengutip laman Himpunan Teknik Sipil Universitas Brawijaya, teknik cakar ayam merupakan metode pembuatan pondasi bangunan yang ditanam di bawah tanah.
Foto: perkim.bandaacehkota.go.id
Dikatakan cakar ayam, lantaran rangka besi yang nantinya dicor beton memiliki bentuk vertikal dari atas ke bawah. Pada bagian sisi yang menempel ke tanah dibengkokkan ke atas, mirip bentuk kaki ayam.
Kemudian, rangka besi itu ditutup dengan adonan beton sebagai penyusun dinding yang dibuat menjulang hingga menjadi sebuah bangunan. Teknik ini digunakan di hampir seluruh bentuk bangunan tanpa terkecuali.
Sudah Banyak Akal sejak Zaman Sekolah
Dalam Wikipedia disebutkan bahwa sosoknya merupakan pembelajar yang ulung. Betapa tidak, karena ia banyak menemukan gagasan seputar bangunan terutama saat masih duduk di bangku pendidikan.
Jenjang akademik pria kelahiran 24 Oktober 1909 ini dimulai saat ia bersekolah dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Surakarta, Jawa Tengah tahun 1916-1923.
Kemudian, Sedyatmo melanjutkan tingkat pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kota yang sama tahun 1927-1930.
Kemudian, ia melanjutkan sekolah tinggi di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS) (sekarang ITB) Bandung (1930-1934). Karena berbagai gagasannya itu, ia sempat dijuluki sebagai “Si Kancil”.
Mengenyam Pendidikan di ITB Sebagai Ahli Sipil
Setelah lulus dari serangkaian ujian di THS Bandung, Sedyatmo resmi menjadi seorang insinyur sipil pada tahun 1934.
Foto: Wikipedia
Selama itu, dirinya banyak berfokus dalam teknik perancangan struktur yang kaitannya dengan desain pondasi.
Dari sana, ia berhasil menyelesaikan ujian tahap persiapan (propaedeutisch-examen) pada Juli 1931, ujian kenaikan tingkat 2 pada Juli 1932, ujian tahap kandidat (candidaats-examen) pada Mei 1933, dan ujian akhir keinsinyuran (ingenieurs-examen) pada Mei 1934.
Masa studi Sedyatmo di THS Bandung berlangsung tepat empat tahun. Setelah lulus pada tahun 1934, ia segera memulai kariernya sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintah. Temuannya pertama kali diterapkan dalam proyek pembangunan 7 menara PLN di wilayah Ancol, Jakarta.
Cakar Ayam Pertama Diterapkan di Proyek Menara PLN Tahun 1961
Awal kelahiran cakar ayam sendiri adalah buah pemikirannya.
Foto: rangka besi untuk pondasi cakar ayam sebelum dicor beton/hms.ub.ac.id
Ia ingin menciptakan pondasi yang kuat menopang beban bangunan tinggi, termasuk di latar tanah yang labil dan dekat dengan perairan.
Pertama kali teknik cakar ayam miliknya diterapkan dalam pembangunan 7 menara listrik milik PLN.
Lokasinya berada di kawasan Ancol, Jakarta Utara, yang saat itu masih ditemui banyak rawa-rawa. Ini tentu menjadi tantangannya, karena pondasi biasa akan amblas di tanah yang labil.
Namun berkat perhitungan yang rinci, pondasi cakar ayam menjadi penyelamat walau dibuat dengan cara ditanam di dalam tanah. Agar makin kuat, ia menambahkan pipa-pipa beton di bawahnya yang kini dikenal sebagai cakar ayam.
Dapat Menahan Beban hingga 600 Ton Per Tingkat
Tak salah memang jika temuannya dikenal jenius. Jika pondasi biasa hanya dibuat di atas tanah menggunakan susunan batu yang diberi adukan pasir, semen dan air. Cakar ayam justru menghasilkan kekuatan pondasi yang berkali-kali lipat.
Saat rangka besi ditanam lalu ditimbun dengan adukan cor, maka struktur bangunan di atasnya akan semakin kuat. Ini karena adonan betonnya sudah padat, terdiri dari pasir, semen, batu krikil dan air.
Bahkan menurut penelitian, hadirnya pondasi cakar ayam mampu menahan beban hingga 600 ton per tingkat. Yang artinya, pondasi ini jadi salah satu penemuan hebat di bidang konstruksi dan teknik sipil.
Jadi Guru Besar ITB
Karyanya diketahui sempat mewarnai pembangunan beberapa fasilitas publik di Indonesia.
Beberapa di antaranya Apron (ruang parkir pesawat) di Pelabuhan Udara Angkatan Laut Juanda - Surabaya, landasan pacu Bandara Polonia Medan, jalur pesawat di Bandara Soekarno Hatta Jakarta dan lain sebagainya.
Untuk menghormati karyanya yang mendunia, namanya kini diabadikan sebagai nama Jalan Tol Prof. Dr. Ir. Sedyatmo dari Jakarta menuju ke Bandara Soekarno-Hatta.
Sedyatmo diketahui wafat pada 15 Juli 1984 dalam usia 74 tahun dan dimakamkan di kampung halamannya, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.