Sejarah Bandara Sekip, Bandara Pertama di Yogyakarta yang Kini Jejaknya Hilang Tak Berbekas
Jauh sebelum ada Bandara YIA, Yogyakarta ternyata sudah punya bandara udara yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda. Kini jejaknya hilang tak bersisa
Jauh sebelum ada Bandara Yogyakarta International Airport maupun Bandara Adisucipto, Yogyakarta ternyata sudah punya sebuah bandara udara yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Bandara itu terletak di daerah Sekip.
Bisa dibilang, Sekip merupakan bandara pertama di Yogyakarta. Saat beroperasi bandara tersebut lebih berfungsi sebagai landasan bagi pesawat-pesawat militer. Saat itu daerah Sekip masih berupa kawasan lahan datar yang amat luas.
-
Kenapa bandara Ngebul di Salatiga jadi hilang? Setelah perang berakhir, lalu lintas pesawat berangsur-angsur hilang. Ini karena aktivitas perlawanan maupun penjajahan melalui udara sudah berakhir.
-
Dimana letak Yogyakarta? Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, Indonesia, dan dikenal sebagai pusat budaya dan seni Jawa.
-
Dimana lokasi bandara Ngebul di Salatiga? Walaupun pernah berdiri sebuah bandara, namun jangan membayangkan kondisinya yang megah, dengan landasan luas dan panjang. Seperti diurai dalam buku Salatiga Sketsa Kota Lama, Sabtu (30/9), bandara Ngebul hanyalah sebuah lapangan terbang yang berlokasi di kompleks militer Ngebul.''Pesawat-pesawat tak hanya lewat di atas langit Salatiga, tapi juga mendarat di sana.
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
-
Dimana letak Bukit Sekipan dari Solo? Lokasi bukit ini berada sekitar 30 kilometer di sebelah tenggara Kota Solo.
-
Kenapa Stasiun Sedayu dihancurkan? Pada masa Agresi Militer Belanda, para pejuang menghancurkan bangunan Stasiun Sedayu agar tidak dimanfaatkan tentara Belanda.
Kini, seiring dengan pembangunan yang masif, kawasan Sekip jadi daerah padat penduduk dan jejak keberadaan bandara pertama di Yogyakarta itu hilang tak bersisa. Lalu seperti apa sejarah Bandara Sekip? Berikut selengkapnya:
Sejarah Berdirinya Bandara Sekip
Pada waktu itu, seorang perwira KNIL bernama M. Pattist melihat potensi Yogyakarta sebagai jalur penghubung angkutan udara dan area pertahanan udara yang sangat ideal di wilayah Jawa bagian selatan.
Dikutip dari akun Facebook Roemah Toea, Pattist terbang bersama dengan rekannya menggunakan tiga pesawat berkonfigurasi Bi-plane yang mempunyai sayap di atas dan bawah badan pesawat.
Tiga pesawat tersebut terbang dari sebuah landasan udara di Magelang menuju Yogyakarta dan berkeliling di atas langit Kota Yogyakarta. Dalam penerbangannya, Pattist melihat sebuah Lapangan Latihan Menembak di Desa Sendowo yang punya potensi untuk menjadi sebuah landasan.
Setelah mendarat kembali ke Magelang, Pattist segera berangkat lagi ke Yogyakarta untuk melihat area lapangan latihan menembak itu. Sesuai dugaan Pattist, lapangan itu ideal jika digunakan sebagai landasan udara.
Setelah itu Pattist segera mengadakan audiensi dengan Residen Yogyakarta, Johan Ernest Jasper beserta jajaran pejabat pemerintahan lainnya. Hasil audiensi tersebut ternyata berhasil meyakinkan Jasper untuk membangun landasan udara di sana.
Pendaratan Pertama
Setelah persetujuan itu, pada bulan Juli 1927 Lapangan Tembak Sendowo disiapkan sebagai landasan udara. Pembangunan infrastruktur penunjang dilakukan. Pemberian garis putih dilakukan dengan panjang landasan sejauh 620 meter dan lebar 220 meter. Alasnya masih berupa tanah dan rumput.
Dikutip dari Facebook Roemah Toea, pada Jumat pagi 4 Agustus 1927, tiga pesawat De Havilland DH-9 milik ML-KNIL dengan nomor registrasi H.120.H, H,126 dan H, 130 F terbang di atas langit Yogyakarta dan kemudian mendarat di landasan udara baru tersebut.
Pada saat pendaratan pertama, ketiga pesawat itu mendapat sambutan meriah dari masyarakat dan anak-anak yang bersekolah di dekat lokasi landasan udara. Hari itupun menjadi hari bersejarah di mana, untuk pertama kalinya, Yogyakarta punya landasan udara sendiri.
Untuk Keperluan Militer
Setelah dibuka untuk umum, Landasan Udara di Desa Sendowo segera difungsikan. Namun saat itu penggunaannya hanya sebatas untuk keperluan militer. Landasan udara itu kemudian dinamakan SEKIP, berasal dari bahasa Belanda SCHIET dari kata SCHIETTERREIN yang artinya Lapangan Latihan Menembak.
Landasan udara ini tetap menjadi bandara utama sampai tersiar berita dari harian Bataviaasch Nieuwsblad pada 31 Juli 1940 bahwa akan dibangun lagi bandara udara baru di Yogyakarta.
Disebutkan bahwa bandara udara baru itu dibangun dengan landasan aspal sehingga bisa naik status menjadi “Vliegvield”, sedangkan bandara Sekip statusnya masih “Landingsterrein”.
Bandara udara baru itu dibangun di Maguwo, tepatnya di bekas lahan perkebunan tebu Pabrik Gula Wonocatur. Pembukaannya ditandai dengan penanaman pohon oleh Sri Sultan HB IX. Bandara itu kemudian dinamakan Bandara Maguwo dan kemudian berganti nama menjadi Bandara Adisucipto.
Keberadaan Bandara Sekip
Adanya bandara baru di Maguwo membuat perlahan-lahan aktivitas penerbangan di Bandara Sekip berkurang. Hingga akhirnya bandara itu tidak digunakan lagi dan lahannya dimanfaatkan untuk membangun bangunan baru.
Berbagai peta yang beredar di akun Facebook Roemah Toea menunjukkan letak Bandara Sekip. Kini letak bandara itu diperkirakan berada di sebelah barat Jalan Kaliurang dari perempatan Manna Kampus. Di sana kini sudah banyak berdiri perumahan sehingga letak persis di mana bandara itu sulit diketahui.