Miris Jembatan Kereta Api Ikonik Peninggalan Belanda di Wonosobo Dibongkar, Begini Sejarah Pembangunannya
Jembatan itu merupakan titik tersulit dalam hal perencanaan jalur kereta api milik Perusahaan SDS dari Purwokerto hingga Wonosobo.
Dalam sebuah unggahan video akun Instagram @wonosobo.info pada 23 Juli 2024 lalu, sebuah jembatan atau lebih tepatnya bekas jembatan kereta api yang berada di Desa Kalierang, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, dibongkar dengan alat berat.
Dulunya, bekas jembatan itu merupakan jembatan untuk jalur kereta api milik perusahaan kereta api Belanda, Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), yang mengoperasikan jalur kereta api dari Maos menuju Purwokerto, Banjarnegara, dan berakhir di Stasiun Wonosobo.
-
Kenapa Jalur Kereta Api Purwokerto-Wonosobo dinonaktifkan? Namun jalur itu dinonaktifkan pada tahun 1978 karena dinilai kalah saing dengan moda transportasi lain.
-
Siapa yang membangun Jalur Kereta Api Purwokerto-Wonosobo? Jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo pertama kali dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS) antara tahun 1896-1917.
-
Kapan jembatan ini dibangun? Jembatan ini dibangun pada tahun 1914.
-
Kapan jembatan itu dibangun? Konon jembatan gantung ini sudah ada sejak tahun 1918.
-
Kapan Jembatan Kereta Api di Maguwo dibangun? Mempertimbangkan hal tersebut, sebuah jembatan fly over dibangun di Maguwo pada Oktober 1928.
-
Bagaimana Jembatan Kereta Api di Maguwo dibangun? Dikutip dari akun Instagram @roemahtoea, jembatan tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu pilar bagian selatan dan landasan railbed, pilar bagian utara dan landasan railbed, serta konstruksi jembatan yang terbuat dari baja yang terletak di antara dua pilar.
Lantas seperti apa sejarah pembangunan jembatan itu?
Dibangun di Jalur Pegunungan
Jalur kereta api dari Banjarnegara menuju Wonosobo merupakan jalur yang mendaki melintasi kawasan perbukitan. Oleh sebab itu, perusahaan SDS membangun jalur itu berkelok-kelok dan membangun sejumlah jembatan atau viaduk yang melintas di atas jalan raya.
Pada masa pembangunan jalur Maos-Purwokerto-Banjarnegara-Wonosobo, jembatan itu merupakan titik tersulit dalam hal perencanaan. Karena di sana kondisi medan cukup curam jika dibangun sebuah jalur kereta api.
Hal inilah yang menyebabkan SDS membangun jalur dari Wonosobo ke Selomerto dengan membuat banyak tikungan melingkar dengan diameter yang besar. Kondisi jalur yang berkelok ini membuat kereta api yang melintas bisa menstabilkan tenaganya saat naik dan menjaga pengereman saat turun.
Kondisi Jembatan Sebelum Dibongkar
Walaupun sudah tidak digunakan lagi semenjak jalur kereta api itu nonaktif pada tahun 1978, namun jembatan itu tetap dibiarkan berdiri. Jembatan itu kemudian menjadi salah satu ikon sejarah Kabupaten Wonosobo.
Pada foto yang diambil pada 22 Juli 2024, rangka besi jembatan masih terlihat utuh walaupun sudah banyak bagian yang berkarat. Di salah satu sisi jembatan tampak ada sebuah lokasi gundukan tanah yang cukup tinggi kini telah tak bersisa. Dulunya gundukan tanah itu digunakan sebagai tempat pijakan rel kereta api sebelum melewati jembatan. Namun kini gundukan tanah telah dikepras oleh warga yang menyewa lahan di sana.
Proses Pembongkaran
Pembongkaran jembatan itu dilakukan pada malam hari 23 Juli 2024. Terlihat jembatan telah diangkat dengan alat berat. Berdasarkan informasi dari Disperkimhub Wonosobo, pembongkaran itu terpaksa dilakukan karena dudukan jembatan sudah rapuh dan kondisinya miring. Dikhawatirkan jembatan itu roboh dan bisa membahayakan pengguna jalan di bawahnya.
Pembongkaran jembatan mengundang reaksi dari warganet khususnya warga Wonosobo. Banyak dari mereka yang menyayangkan pembongkaran tersebut karena jembatan itu merupakan aset sejarah.
“Sedih nih karena banyak kenangan yang sangat manis di rel ini zaman SMA di tahun 86,” tulis @ninuksoekirman.
“Tidak tahu betapa susahnya cari lokasi jalur dan sangat disayangkan merusak tempat sejarah,” tulis @burdianirizal.