Menilik Sejarah Stasiun Kutaraja, Bukti Perkembangan Industri Kereta Api di Serambi Mekkah
Sejak Tsunami Aceh 2004, bangunan stasiun ini hilang dan berubah menjadi taman kota.
Sejak Tsunami Aceh 2004, bangunan stasiun ini hilang dan berubah menjadi taman kota.
Menilik Sejarah Stasiun Kutaraja, Bukti Perkembangan Industri Kereta Api di Serambi Mekkah
Lahirnya industri kereta api di Nusantara berpengaruh besar terhadap perkembangan transportasi di abad ke-18.
Bukan hanya di Pulau Jawa, transportasi kereta api juga tumbuh dan berkembang di Pulau Sumatra hingga ke Aceh.
-
Stasiun kereta api mana di Sumatra Utara yang terhubung dengan rute kereta api Medan? Pasalnya, Sumatra memiliki rute kereta api yang melewati Medan, Siantar, Tebing Tinggi, Kisaran, Padang Halaban, Tanjung Balai, Batang Kuis, Lubuk Pakam, serta Rantau Prapat.
-
Siapa yang membangun Stasiun Kemidjen? Stasiun yang dibangun perusahaan swasta Belanda, Nederlandsch Indische Maatschappij (NIS) pada tahun 1867 itu juga dikenal dengan nama Stasiun Samarang.
-
Kapan Stasiun Tanjung Priok pertama kali dibangun? Mengutip buku Informasi Perkereta Apian 2014 oleh Departemen Perhubungan (Dephub), stasiun ini awalnya untuk menunjang perekonomian Batavia abad ke-19.
-
Dimana Stasiun Tanjungkarang dibangun? Kota Bandar Lampung memiliki stasiun yang terkoneksi dengan Kota Palembang, Sumatra Selatan, yang bernama Stasiun Tanjungkarang.
-
Bagaimana Stasiun Tanjungkarang di bangun? Para pekerja harus membabat hutan-hutan dan meratakan tanah untuk bantalan rel kereta.
-
Kenapa Stasiun Cikajang dibangun? Dilansir dari Wikipedia, Stasiun Cikajang dibangun bersamaan dengan pembangunan lintas Garut Cikajang, sebagai hasil dari percobaan jalur kereta api ekstrem lintas pegunungan serta menjaring pusat perekonomian ketiga di Garut, yaitu di daerah Cikajang.
Pada 1874 atau selang 10 tahun setelah awal sejarah perkembangan kereta api di Nusantara, Aceh memiliki rel kereta api pertama yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-54 yaitu James Loudon.
Pada saat itu James Loudon membangun rel dengan lintasan dari Ulee Lheue-Kutaraja. Stasiun Kutaraja merupakan salah satu stasiun yang menjadi saksi perkembangan kereta api di Serambi Mekkah ini.
Dibuka Atjeh Spoor
Dilansir dari berbagai sumber, stasiun Kutaraja (Koeta-Radja) atau biasa yang dikenal dengan Stasiun Banda Aceh ini dulunya dibuka oleh Atjeh Spoor yang masih menjadi divisi perusahaan dari KNIL dan dioperasikan oleh Atjeh Tram.
Stasiun ini resmi beroperasi pada 12 November 1876 sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api dari Pelabuhan Ulee Lheue ke Kutaraja. Tahun 1885, jalur ini diperpanjang lagi hingga ke Lambaro.
Stasiun Kutaraja berada di Kampung Baru, Baiturrahman, Banda Aceh, letaknya cukup berdekatan dengan Masjid Raya Baiturrahman. ,Stasiun ini menjadi yang terbesar di Provinsi Aceh.
Sempat Berjaya
Pada 1916, perusahaan Atjeh Tram yang merupakan cikal bakal Atjeh Staats Spoorwegen (ASS) sudah mengembangkan lintasan kereta sepanjang 511 km dengan total investasi mencapai 20 juta gulden atau setara Rp10,5 triliun.
Dengan berdirinya Stasiun Kutaraja beserta dengan jalur relnya, tentu memberi dampak besar di dunia transportasi saat itu. Orang-orang sangat mudah untuk melakukan perjalanan dari dan ke Kutaraja, bahkan untuk mereka yang harus ke Pelabuhan Ulee Lheue.
Menemukan Banyak Hambatan
Melansir dari dishub.acehprov.go.id, pada 1884, jalur kereta api diubah lebar relnya, dari 1067 mm menjadi 750 mm. Karena menyesuaikan dengan keinginan Pemerintah Hindia Belanda, yaitu jalan rel yang akan dibangun harus berada pada satu ruang dengan jalan raya.
Pada saat itu, terdapat beberapa hambatan dalam pengembangan rel kereta api di Aceh. Banyaknya feodalisme politik Islam yang begitu kuat di Aceh mengakibatkan pecahnya perang melawan tentara Belanda.
Sejak Tsunami Aceh 2004, bangunan stasiun ini hilang dan berubah menjadi taman kota. Untuk menandai bekas stasiun, saat ini telah ada monumen kereta api di Banda Aceh yaitu Lokomotif BB84.