Atjeh Tram, Sejarah Moda Transportasi Kereta Api Zaman Kolonial di Serambi Mekah
Pembangunannya tidak berjalan mulus dan memakan waktu yang cukup lama lantaran kondisi keamanan yang masih sangat rawan.
Pembangunannya tidak berjalan mulus dan memakan waktu yang cukup lama lantaran kondisi keamanan yang masih sangat rawan.
Atjeh Tram, Sejarah Moda Transportasi Kereta Api Zaman Kolonial di Serambi Mekah
Sejarah Singkat
Moda transportasi kereta api di Aceh saat masa kolonialisme Belanda berbeda jenisnya dengan kereta api yang ada di Pulau Jawa.
Kereta di Aceh saat itu termasuk dalam jenis trem yang lebarnya lebih kecil daripada kereta pada umumnya.
(Foto: dishub.acehprov.go.id)
-
Kapan Atjeh Tram resmi beroperasi? Stasiun ini resmi beroperasi pada 12 November 1876 sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api dari Pelabuhan Ulee Lheue ke Kutaraja.
-
Siapa yang membangun rel kereta api pertama di Aceh? Pada 1874 atau selang 10 tahun setelah awal sejarah perkembangan kereta api di Nusantara, Aceh memiliki rel kereta api pertama yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-54 yaitu James Loudon.
-
Mengapa kereta api dibangun di Padang Panjang? Di Sumatera Barat, wacana pembangunan rel kereta api oleh kolonial Belanda digunakan untuk distribusi kopi dari daerah pedalaman, seperti Bukittinggi, Payakumbuh, Tanah Datar, hingga Pasaman menuju ke pusat kota yaitu Padang.
-
Apa itu kereta api wisata? Kereta api wisata bisa menjadi pilihan rekreasi menarik untuk dicoba.
-
Kapan kereta api Padang Panjang-Bukittinggi dibangun? Dari Padang Panjang dibuatkan sebuah jalur menuju Fort de Kock atau Bukittinggi pada 1 November 1891.
-
Stasiun kereta api mana di Sumatra Utara yang terhubung dengan rute kereta api Medan? Pasalnya, Sumatra memiliki rute kereta api yang melewati Medan, Siantar, Tebing Tinggi, Kisaran, Padang Halaban, Tanjung Balai, Batang Kuis, Lubuk Pakam, serta Rantau Prapat.
Melansir dari heritage.kai.id, rencana pembangunan jalur kereta api di Aceh dimulai saat Belanda menyatakan perang dengan Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1873.
Masa kekuasaan dari pihak Belanda terus berganti sampai pada tahun 1874 Banda Aceh sudah dikuasai oleh Jenderal Jan van Swieten.
Saat Swieten ditarik ke Batavia, pimpinan militer Belanda di Aceh diganti oleh Mayor Jenderal Johanes Ludovicious Jacobus Hubertus Pel.
Dirikan Rel Kereta Api
Pel, yang terkesima melihat jalur kereta api di Pulau Jawa membuat dirinya langsung menulis surat kepada Jenderal James Loudon tentang betapa pentingnya moda transportasi kereta api untuk menaklukan Kesultanan Aceh.
Surat terebut mendapat respons positif dan akhirnya pembangunan rel pun dimulai pada 26 Juni 1874 oleh divisi zeni KNIL dan sudah menyiapkan dana sebesar 540 ribu Gulden yang dicairkan dari Kementerian jajahan Belanda. Rel tersebut dibangun dengan standar rel yang ada di Pulau Jawa yaitu sebesar 1067 mm.
Pembangunannya tidak berjalan mulus dan memakan waktu yang cukup lama lantaran kondisi keamanan yang masih sangat rawan.
Bernama Trem Aceh
Pada 12 November 1876, rel sepanjang 5 kilometer dari Pelabuhan Ulee Lheue menuju Banda Aceh telah selesai dibangun dan sudah bisa digunakan untuk aktivitas angkutan.
Melansir dari dishub.acehprov.go.id, kereta api ini dioperasikan oleh perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda yang bernama Atjeh Trem (AT) lalu berubah nama menjadi Atjeh Staats Spoorwegen (ASS) pada tahun 1916.
Sejak dibangunnya rel kereta di wilayah Serambi Mekah, Belanda berhasil menghubungkan seluruh akses pesisir pantai Utara hingga pantai Timur mulai dari Oelee Lheue sampai ke Pangkalan Susu, Provinsi Sumatra Utara.
Memasuki Perang Dunia II, Atjeh Tram kemudian diambil alih oleh Pemerintah Jepang sekira tahun 1942 dan perusahaan otomatis berada di bawah kendali pihak Jepang.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang berangsur mulai meninggalkan Aceh, kemudian saat ada kekosongan kekuasaan, Atjeh Trem kemudian dikuasai oleh masyarakat lokal.
Nasib Kereta Api di Aceh
Pada tahun 2002, telah dirancang pengembangan kereta api Sumatra yang sudah disepakati oleh Gubernur se-Sumatra. Program ini diberi nama Trans Sumatera Railway Development yang menghubungkan antara Kota Aceh dengan kota lain di Pulau Sumatra.
Pembangunan jalur kereta api di Aceh dimulai dari Bireuen-Lhokseumawe. Kemudian pada tahun 2013, lintasan tersebut bertambah dengan tujuan Stasiun Krueng Mane-Bungkaih-Krueng Geukueh sebagai bagian dari uji coba jalur.
Namun, akhirnya jalur yang bertahan yaitu Krueng Mane-Bungkaih-Krueng Geukueh. Jalur tersebut menjadi jalur Standard Gauge yang paling aktif di Indonesia.