Menaikkan status motif utama konsumen Indonesia beli mobil
Nielsen sebut 93 persen responden Indonesia malu belum memiliki mobil.
Lembaga survei Nielsen menyimpulkan motif utama konsumen Indonesia membeli mobil adalah untuk menaikkan status sosial. Kesimpulan itu didapat melalui survei dengan menyebar kuesioner online sepanjang Agustus-September 2013 di 60 negara.
Dari 30.344 peserta jajak pendapat, 505 responden berasal dari Indonesia. Sebanyak 73 persen responden tinggal di perkotaan, 12 persen di pedesaan, dan 15 persen suburban.
-
Kapan sektor otomotif di Indonesia mengalami pertumbuhan pesat? Pada tahun 2000-an, sektor otomotif di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat.
-
Bagaimana cara mobil merek China menarik konsumen Indonesia? Kedatangan merek-merek baru ini memberikan alternatif pilihan bagi konsumen Indonesia dengan menawarkan harga yang bersaing, fitur-fitur canggih, dan desain yang menarik.
-
Kenapa mobil Eropa menarik di Indonesia? Fitur-fitur yang dihadirkan oleh mobil Eropa sering dianggap lebih maju daripada yang lainnya. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mobil Eropa di Indonesia, dan banyak yang berpendapat bahwa harga yang dibayarkan sepadan dengan fitur-fitur yang ditawarkan.
-
Kapan survei Indikator Politik Indonesia dilakukan? Survei tersebut melibatkan 810 responden dengan metode simple random sampling dan margin of error sekitar 3,5 persen.
-
Apa yang dialami pembeli mobil saat melakukan transaksi? Kemudian pemilik mobil memberikan BPKB, STNK, buku servis dan buku pedoman kendaraan serta tiga lembar kwitansi yang telah bertandatangan dan salah satunya telah bermaterai.
Berdasarkan hasil survei, 93 persen responden di Indonesia mengaku malu belum memiliki mobil. Bandingkan dengan Malaysia (33 persen), Filipina dan Thailand (21 persen). Bahkan, secara global, survei menyebut hanya 30 persen responden.
"Di negara ini, ada keterkaitan erat keputusan membeli mobil demi mengejar status. Untuk alasan gengsi tersebut minat membeli mobil di pasar Indonesia lebih tinggi dari pasar global," kata Executive Director Consumer Insights Nielsen Indonesia Anil Antony dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (16/4).
Di luar itu, 85 persen responden Indonesia mengaku membeli mobil untuk mendukung mobilitas sekaligus menaikkan status sosial mereka. Sementara di Thailand hanya 79 persen, Filipina (72 persen), dan global (53 persen)
"Ada indikasi fenomena di masyarakat Indonesia ini karena semakin banyaknya konsumen optimis, seiring bertumbuhnya kelas menengah sehingga memiliki mobil sekarang bukan lagi hanya mimpi," ujarnya.
Peneliti Nielsen Indonesia Yohannes Benny Wuryanto menambahkan, alasan penaikan status ini rata-rata dimiliki responden kota besar. Alasan itu kemudian didukung oleh kondisi transportasi publik yang tidak memadai untuk mendukung mobilitas pekerja, terutama di Ibu Kota yang kebanyakan adalah penglaju atau komuter.
"Jadi konsumen sekarang, dari mulai kecil, mindset mereka harus punya kendaraan sendiri untuk berangkat kerja," urainya.
Menurut Yohannes, konsumen di Indonesia tidak ragu untuk mengajukan kredit kepemilikan kendaraan. Ini lantaran indeks kepercayaan diri konsumen Indonesia salah satu yang tertinggi di dunia.
"Survei kami menunjukkan mobil sekarang kemewahan yang terjangkau. Dengan consumer confidence tinggi, tandanya mereka berani utang (untuk beli mobil)," ungkapnya.
(mdk/yud)