Menengok Pemanfaatan Air untuk Transisi Energi di Indonesia
Air memiliki sumber energi air yang sangat esensial yakni dengan memanfaatkan sebagai penghasil energi listrik, atau biasa dikenal dengan Pembangkit Tenaga Listrik Air (PLTA). Air yang sangat berlimpah di indonesia juga dapat menjadi salah satu sumber energi baru terbarukan yang digagas oleh pemerintah Indonesia.
Air memiliki sumber energi air yang sangat esensial yakni dengan memanfaatkan sebagai penghasil energi listrik, atau biasa dikenal dengan Pembangkit Tenaga Listrik Air (PLTA). Air yang sangat berlimpah di indonesia juga dapat menjadi salah satu sumber energi baru terbarukan yang digagas oleh pemerintah Indonesia.
Melansir dari beberapa sumber, PLTA di Indonesia pertama kali ada di Sulawesi Utara bertempat di Desa Tonsealama Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa. PLTA yang ada di sana merupakan PLTA tertua yang dimiliki Indonesia yang dibangun pada tahun 1912 yang sudah ada sejak masa jaman Belanda.
-
Apa yang sedang dibangun oleh PLN untuk memfasilitasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia? PLN sendiri saat ini sedang membangun green enabling supergrid yang dilengkapi dengan smartgrid dan flexible generations. “Karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta jauh dari pusat demand yang berada di Jawa, maka kita rancang skenario Green Enabling Supergrid. Sehingga, potensi EBT yang tadinya tidak bisa kita manfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," jelas Darmawan.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi energi di Indonesia? Dalam 2 tahun terakhir, PLN telah menjalankan berbagai upaya transisi energi. Di antaranya adalah membatalkan rencana pembangunan 13,3 Gigawatt (GW) pembangkit batubara, mengganti 1,1 GW pembangkit batubara dengan EBT, serta menetapkan 51,6% penambahan pembangkit berbasis EBT.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi ke kendaraan listrik? PLN siap mendukung upaya pemerintah dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Pengguna EV tidak perlu risau, sebab infrastruktur telah dibangun lebih merata. Apalagi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) telah siap, mudah dan nyaman digunakan.
-
Kenapa Pertamina terus mendorong transisi energi? Setelah semua negara berkomitmen terhadap penurunan karbon emisi menuju net zero emission, ada optimisme, ada kegamangan, ada kekhawatiran. Namun ini semua tidak menyurutkan langkah kita untuk terus melaksanakan energi transisi seperti yang disepakati bersama,” ungkap Nicke saat acara Pertamina Energy Forum 2023 di Ballroom Grha Pertamina (18/12).
-
Bagaimana Pertamina mengadopsi transisi energi? Pertamina mencoba mengadopsi transisi energi secara bertahap. Di satu sisi, Pertamina menjaga ketahanan energi melalui penguatan bisnis minyak dan gas. Di sisi lain, juga meningkatkan pengembangan bisnis rendah karbon untuk memenuhi target net zero emission pada 2060.
-
Kenapa PLN menerapkan strategi ARED untuk pengembangan energi baru terbarukan? Oleh karena itu, Darmawan mengatakan, PLN di bawah arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang mampu meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan hingga 75% pada tahun 2040.
PLTA yang tersebar di Indonesia yakni salah satunya ada di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Bengkulu, Sumatera Utara, Aceh Tengah, Sumatera Barat, Riau, Lampung.
Berdasarkan data kementerian ESDM, saat ini jumlah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA): 4.621 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) sebesar 411 MW. Adapun potensinya sendiri mencapai PLTA 75.000 MW dan PLTMH dan PLTM 19.385 MW. Jadi masih sangat jauh yang sudah digunakan. Kalau prosentase untuk PLTA baru 6.17 persen dari potensi sedangkan PLTMH dan PLTM 2.12 persen.
Pembangkit listrik tenaga air merupakan penyokong terbesar pembangkit EBT. Pada 2021, gabungan pembangkit listrik tenaga air mencapai 6.601,9 MW. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional 2017, potensi PLTA mencapai 94.476 MW. Dengan kapasitas yang sekarang, potensi PLTA yang termanfaatkan baru 6,99 persen.
Meskipun terbilang kecil, sumbangan PLTA terhadap total kapasitas pembangkit EBT tergolong besar. Berdasarkan data Kementerian ESDM per 2021, kontribusi PLTA dalam EBT mencapai 59 persen. Dalam RUPTL 2021-2030 juga disebutkan bahwa PLN menargetkan penambahan kapasitas PLTA sebesar 3.150 MW.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan mengatakan kendala yang dihadapi dalam PLA yakni terkait pembebasan lahan, biaya investasi yang tinggi, tarif listrik yang masih belum ekonomis. Sehingga ROR investasi jangka panjang serta belum ada regulasi sekelas Undang-undang yang mengatur tentang energi baru terbarukan.
"Adapun kendala yang sering dihadapi adalah terkait dengan pembebasan lahan di mana dibutuhkan lahan yang luas, biaya investasi tinggi, isu sosial di masyarakat, tarif listrik yang masih belum ekonomis sehingga ROR investasi jangka panjang dan belum adanya regulasi sekelas UU yang mengatur tentang energi baru dan terbarukan," ujar Mamit kepada Merdeka.com, Minggu (11/12).
Dia pun menjelaskan dengan adanya kepastian hukum, dalam pengembangan EBT, adanya kebijakan fiskal yang lebih menarik, kemudahan pembebasan lahan, permudah perizinan dan kurangi isu sosial di masyarakat mampu memaksimalkan pemakaian PLTA tersebut.
"Itu yang seharusnya dilakukan, regulasi ini yang penting," terang dia.
Baca juga:
Pemerintah Dorong Transisi Energi, Masihkah PLTU Digunakan?
Dukung Transisi Energi, PGE Tuntaskan PLTP Binary Organic Rankine Cycle di Sulut
Terik Matahari, Desa Hemat Energi
Pertamina Jadi Garda Terdepan Capai Target Nol Emisi, Ini Buktinya
Indonesia Siap Gelontorkan Dana Jumbo untuk Hasilkan Energi Murah
Bukti Indonesia Mulai Beralih ke Energi Hijau