Merger Citilink dan Pelita Air Buat Harga Tiket Pesawat Lebih Murah
Saat ditanya kapan proses merger Citilink dan Pelita Air rampung, Erick Thohir meminta bersabar.
Harga tiket pesawat saat ini turut dipengaruhi kompleksitas dari industri penerbangan.
- Lowongan Kerja Kereta Cepat Whoosh, Ini Syarat dan Link Daftarnya
- Kesulitan Keuangan, MYAirline Maskapai Malaysia Berpotensi Bangkrut
- KPK Duga Uang Korupsi Lukas Enembe Mengalir ke RDG Airlines dan Pembelian Jet Pribadi
- Dirut KCIC: Harga Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung Rp250.000, Lama Perjalanan 30 Menit
Merger Citilink dan Pelita Air Buat Harga Tiket Pesawat Lebih Murah
Merger Citilink dan Pelita Air Buat Harga Tiket Pesawat Lebih Murah
Menteri BUMN, Erick Thohir meyakini bahwa penggabungan usaha atau merger anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Citilink Indonesia dan Pelita Air bakal membuat harga tiket pesawat tidak semahal saat ini.
Menurut dia, harga tiket pesawat saat ini turut dipengaruhi kompleksitas dari industri penerbangan. Sebab, jumlah armada penerbangan sebelum pandemi Covid-19 mencapai 750 unit pesawat, sementara saat ini hanya ada 450 unit pesawat.
"Makanya tiketnya mahal. Karena itu kita mendorong yang namanya merger atau penggabungan Pelita dan Citilink, supaya kita punya kekuatan untuk menyeimbangkan harga tiket," ujarnya di Jakarta, Rabu (13/12).
"Jadi bukan karena kita tidak capable. Tapi memang pasca covid ini belum balik," kata Erick Thohir.
Saat ditanya kapan proses merger Citilink dan Pelita Air rampung, Erick Thohir meminta bersabar. Sebab proses penggabungan usaha seperti ini tidak bisa dikerjakan asal dalam waktu singkat.
Erick lantas mencontohkan proses merger PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I-IV menjadi sebuah holding BUMN kepelabuhanan yang memakan waktu bertahun-tahun. Kementerian BUMN juga saat ini tengah menyusun rencana merger untuk PT Angkasa Pura I (AP I) dan AP II.
"Ada proses. Yang namanya merger, Pelindo itu dari 4 jadi 1 Pelindo butuh 2,5 tahun. Kan ini Angkasa Pura baru bicara tahun ini. Perlu waktu 3 bulan lagi untuk bisa punya satu standarisasi airport," sebut Erick Thohir.
"Karena industri dari pada penerbangan juga berubah. Kita lihat sekarang, banyak macam-macam negara yang merenovasi airport-nya menjadi sebuah tempat perjalanan yang nyaman. Kita harus perbaikin itu," tuturnya.