Kesulitan Keuangan, MYAirline Maskapai Malaysia Berpotensi Bangkrut
Kesulitan keuangan yang menerpa MYAirline terjadi setelah CEO maskapai tersebut Rayner Teo mengajukan pengunduran dirinya minggu lalu.
Media lokal pernah melaporkan bahwa maskapai bertarif rendah tersebut akan segera mendapatkan investor baru, namun tidak terealisasi.
Kesulitan Keuangan, MYAirline Maskapai Malaysia Berpotensi Bangkrut
Kesulitan Keuangan, MYAirline Maskapai Malaysia Berpotensi Bangkrut
Sebanyak 5.000 penumpang maskapai MYAirline terlantar setelah maskapai memberhentikan operasional secara tiba-tiba. Sebanyak 39 penerbangan domestik dan satu penerbangan international menuju Thailand, dibatalkan.
Langkah maskapai asal Malaysia tersebut menghentikan operasionalnya karena mengalami kesulitan finansial cukup parah.
"Kami telah bekerja tanpa kenal lelah untuk menjajaki berbagai opsi kemitraan dan peningkatan modal untuk mencegah penangguhan ini. Sayangnya, keterbatasan waktu membuat kami tidak punya pilihan selain mengambil keputusan ini,” kata dewan direksi maskapai yang dikutip pada Sabtu (14/10).
Media lokal pernah melaporkan bahwa maskapai bertarif rendah tersebut akan segera mendapatkan investor baru, yang dimungkinkan datang dari putra Perdana Menteri Sarawak Tan Sri Abang Johari Tun Openg, Abang Abdillah Izzarim Abang Abdul Rahman Zohari. Namun informasi tersebut seperti tidak terealisasi.
Melansir AP, langkah penghentian sementara MYAirline ini bahkan terjadi setelah perusahaan sedang dalam tahap penyelesaian kemitraan strategis. Media lokal Malaysia melaporkan bahwa penangguhan tersebut mengisyaratkan perundingan tersebut mungkin akan gagal.
Kesulitan keuangan yang menerpa MYAirline terjadi setelah CEO maskapai tersebut Rayner Teo mengajukan pengunduran dirinya minggu lalu, dengan alasan kesehatan.
Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke pun mengecam penutupan yang dilakukan secara mendadak tersebut. Sebab, Dampak Dari tindakan maskapai seperti itu dapat memberikan citra buruk bagi Malaysia.
merdeka.com
Dia mengatakan MYAirline telah menjual 125.000 tiket senilai sekitar RM20 juta atau setara Rp66 miliar untuk penerbangan yang dijadwalkan hingga Maret 2024.
“Mereka tidak memberi tahu kami. Mereka berhenti beroperasi begitu saja tanpa adanya staf maskapai penerbangan di bandara. Bagaimana kamu bisa menghilang begitu saja? Ini sangat tidak bertanggung jawab,” kata Loke.
"Maskapai penerbangan tidak pernah mengatakan apa pun kepada kami. Bahkan tidak ada notifikasi. Kami akan melakukan segala yang mungkin untuk memastikan mereka yang terkena dampak mendapatkan pengembalian dana,” katanya. Dia telah meminta Asosiasi Penerbangan Malaysia agar membentuk satuan tugas untuk menyelesaikan masalah ini dan menemukan metode terbaik, dan memastikan semua penumpang yang terkena dampak mendapatkan pengembalian uang mereka.
"Banyak dari mereka membeli tiket menggunakan kartu kredit, jadi kami mempertimbangkan kerja sama dengan Bank Negara Malaysia untuk melihat apakah mereka (bank) dapat melakukan pengembalian uang daripada harus menunggu maskapai penerbangan."