Mobil Listrik di Indonesia Tidak Sepenuhnya Bersih, Masih Gunakan Sumber Energi Kotor
Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) itu mengungkapkan pihaknya mendukung penuh ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air. Namun dengan catatat bahan baku listrik bersumber dari energi baru terbarukan (EBT), misalnya dari pembangkit listrik tenaga mikrohidro.
Pengamat transportasi, Darmaningtyas menyebut bahwa salah satu tantangan implementasi ekosistem kendaraan listrik di Indonesia adalah sumber energi yang masih menggunakan energi kotor yakni batu bara.
"Bahan bakar listrik yang 63 persen masih dari batu bara juga membuat electric vehicle (EV) ini tidak sepenuhnya bersih lingkungan, hanya pengalihan atau penundaan polusi saja mengingat batu bara juga melahirkan limbah," kata Darmaningtyas dikutip dari Antara, Minggu (14/8).
-
Kenapa mobil pick up tertimpa tiang listrik? “Karena tidak ketahan, pohon tersebut malah roboh menimpa kabel dan tiang tadi. Total ada dua tiang listrik dan satu tiang telepon,” tambah Dede Suprapto
-
Apa itu motor listrik? Motor listrik, yang sering disebut sebagai "molis", adalah jenis kendaraan bermotor yang menggunakan energi listrik untuk menggerakkan komponennya.
-
Bagaimana motor listrik bekerja? Cara kerja motor listrik terbilang sederhana, di mana ia mengkonversi energi listrik menjadi energi mekanik, memungkinkan motor untuk bergerak seperti motor berbahan bakar konvensional.
-
Dimana Wuling merakit mobil listrik di Indonesia? Indonesia sudah memasuki era mobil listrik sejak merek otomotif Wuling dan Hyundai memutuskan merakit model BEV di pabrik mereka di Cikarang, Jawa Barat, pada 2021/2022.
-
Kenapa tiang listrik itu terbakar? Diduga, terbakarnya tiang listrik itu dipicu korsleting atau hubungan arus pendek.
-
Kapan kejadian mobil pick up tertimpa tiang listrik terjadi? Kejadian itu berlangsung pada Minggu, 23 Juli lalu.
Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) itu mengungkapkan pihaknya mendukung penuh ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air. Namun dengan catatat bahan baku listrik bersumber dari energi baru terbarukan (EBT), misalnya dari pembangkit listrik tenaga mikrohidro.
Selain itu, menurut dia, harga kendaraan listrik saat ini juga dinilai masih relatif tinggi untuk dijangkau masyarakat secara luas.
"Bila secara ekonomis menguntungkan, maka dengan sendirinya mereka akan beralih ke EV. Tapi, kalau mereka belum beralih berarti belum menarik alias belum menguntungkan, baik sebagai bidang usaha produsen EV maupun sebagai konsumen," katanya.
Tantangan Lain
Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga menyampaikan sejumlah tantangan pada kendaraan listrik, salah satunya yaitu penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang otomotif berbasis listrik.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengungkapkan diperlukan SDM yang mampu berkontribusi pada pencegahan kecelakaan maupun temuan yang dapat menimbulkan potensi bahaya di masa depan.
"Kita harus selalu bersiap siaga terhadap perubahan ataupun dinamika, baik peraturan, teknologi, material ataupun sistem baru di mana saat ini masih terus berkembang baik hasil penelitian atau adanya kasus-kasus baru yang mempengaruhi keselamatan, keandalan, keekonomian dan lainnya," kata Soerjanto.
Dia menjelaskan, sejumlah potensi bahaya yang perlu diwaspadai misalnya area tegangan DC tinggi (600 volt) yang dapat berakibat fatal, adanya opening atau cracking (retak isolator kabel tegangan tinggi) yang disebabkan adanya antara lain fretting (gesekan), radius yang tajam, penuaan (aging), dan terkelupas.
Kemudian, terjadinya short circuit akibat fibration kendaraan, benturan ataupun hal-hal lainnya, lingkungan tropis yang cenderung lembab, panas, berdebu sehingga dapat mengganggu fungsi-fungsi elektronik.
Aspek Keselamatan
Dia menegaskan, kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (battery electric vehicle) untuk transportasi jalan harus benar-benar dipastikan memenuhi aspek keselamatan, keamanan, dan juga sehat.
"Hanya personel terlatih yang disarankan untuk menangani keadaan tersebut. Team tanggap darurat harus selalu standby selama kendaraan listrik beroperasi agar selalu dilakukan evaluasi, khususnya mengenai bahaya, kesulitan, serta mitigasi dan perbaikan SOP yang ada," katanya.
Terkait pemenuhan energi bersih untuk kendaraan listrik, Soerjanto menambahkan, harus ada yang menghitung total energi dan karbon dari saat batu bara ditambang dengan alat berat sampai dengan menghasilkan listrik sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi.
"Itu semua harus dihitung dan dicatat, kita laporkan berapa status karbon Indonesia setelah menggunakan EV. Ini bagian yang juga penting dalam penerapan EV," ujarnya.