Pemerintah Jokowi Bidik Ekspor Biomassa ke Jepang
Peluang ekspor biomassa itu terbuka lebar karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Sehingga, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam berupa limbah dari proses minyak kelapa sawit seperti cangkang sawit yang bisa memiliki nilai tambah sebagai sumber energi bersih.
Pemerintah Jokowi membidik pemenuhan kebutuhan biomassa di Jepang karena ada peluang besar ekspor komoditas itu, khususnya berasal dari cangkang kelapa sawit dan pelet kayu.
"Pemerintah Indonesia terus berusaha menjaga kualitas dan kuantitas produk biomassa agar dapat memenuhi standar yang dibutuhkan pasar di Jepang," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam kick off virtual rencana kerja pasar bioenergi Jepang di Jakarta, Selasa (10/11).
-
Bagaimana Menko Airlangga Hartarto berencana memperkuat kerja sama ekonomi di KTT G20? “Di KTT India nanti Indonesia akan terus berupaya menjalin kerja sama dengan negara-negara lainnya dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang ekonomi. Sehingga nantinya pembangunan akan terus terjadi dan masyarakat akan sejahtera," tutur Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.
-
Apa yang dibahas dalam pertemuan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Gam Ki Yong? Pertemuan keduanya terkait implementasi Program Tech:X, peningkatan kemudahan mobilitas bagi investor dari Singapura, pengembangan Pelabuhan Kendal, penguatan konektivitas udara, kerja sama agribisnis, dan kerja sama pariwisata.
-
Mengapa kelapa sawit penting untuk perekonomian Indonesia? Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang penting untuk perekonomian Indonesia dan juga memiliki banyak kegunaan praktis dan kesehatan.
-
Mengapa perusahaan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk mengekspor produknya? Selain untuk kebutuhan dalam negeri, hasil produk minyak olahan sawit diekspor ke Tiongkok, Bangladesh, Pakistan, Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Apa yang menurut Menko Airlangga Hartarto menjadi tantangan utama dalam pengembangan ekonomi platform di wilayah pedesaan? "Dalam menyambut besarnya kesempatan tersebut, kita juga harus menyadari bahwa terdapat juga tantangan-tantangan dalam pengembangan ekonomi platform, terutama di wilayah pedesaan dan daerah 3T. Tantangan tersebut diantaranya adalah akses terhadap teknologi dan koneksi internet yang terbatas, serta kurangnya pemahaman tentang penggunaan platform-platform ini," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto yang hadir secara virtual dalam acara Peluncuran Hasil Studi Penggunaan Platform Digital di Pedesaan Indonesia oleh DFS Lab, Selasa (25/7).
Menurut dia, peluang ekspor biomassa itu terbuka lebar karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Sehingga, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam berupa limbah dari proses minyak kelapa sawit seperti cangkang sawit yang bisa memiliki nilai tambah sebagai sumber energi bersih.
Untuk pemenuhan dalam negeri, pemerintah berupaya meningkatkan pemanfaatan biomassa sebagai alternatif membangkitkan energi listrik dan industri. Sedangkan sektor transportasi, pemerintah sedang mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan atau bio fuel menggeser penggunaan bahan bakar fosil dengan mengenalkan bio diesel dan membangun kilang hijau untuk memaksimalkan potensi minyak sawit.
Upaya itu sejalan dengan target pemerintah mengurangi emisi hingga 29 persen tahun 2030 atau 41 persen jika mendapat dukungan internasional menuju sistem energi lebih bersih.
Strategi Mitigasi Gas Rumah Kaca
Dalam kesempatan yang sama Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud menambahkan pengembangan bioenergi merupakan salah satu strategi dalam mitigasi gas rumah kaca.
Selain itu, lanjut dia, juga sekaligus mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat untuk pemanfaatan bioenergi.
"Kebutuhan Indonesia, Jepang dan dunia meningkat seiring komitmen global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menciptakan energi biru secara global," katanya.
Dia menyebutkan target penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia sebesar 23 persen tahun 2025 dan 31 persen tahun 2050.
Saat ini, lanjut dia, pencapaian di Indonesia baru mencapai 9,5 persen dan Jepang tahun 2030 menargetkan 22-24 persen dari seluruh kebutuhan energinya.
"Kita akan penuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus berkontribusi penurunan emisi gas rumah kaca atau mendorong penggunaan bio energi di pasar global. Untuk pasar Jepang diharapkan menjadi peluang kita berkontribusi terhadap pemenuhan bio energi di pasar Jepang," katanya.
(mdk/idr)