Ini Kecanggihan Baterai Litium yang Pabriknya Diresmikan Jokowi
Jokowi mengapresiasi peresmian pabrik tersebut sebagai langkah penting dalam mewujudkan ekosistem kendaraan listrik
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Pabrik Bahan Anoda Baterai Litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, Rabu (7/8). Jokowi mengapresiasi peresmian pabrik tersebut sebagai langkah penting dalam mewujudkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
"Saya sangat mengapresiasi pembangunan pabrik ini sehingga rencana besar untuk membangun ekosistem mobil listrik yang terintegrasi dan kuat betul-betul satu per satu akan terealisasi," ujar Jokowi.
Kepala negara turut memuji kecepatan pembangunan pabrik tersebut yang hanya memakan waktu 10 bulan sejak penandatanganan di Beijing.
Pabrik ini juga diharapkan mampu memproduksi 80 ribu ton material anoda per tahun pada tahap berikutnya, yang setara dengan 1,5 juta mobil listrik.
"Sangat besar sekali apalagi kalau ditambah dengan 80 ribu ton produksi di industri ini, berarti akan menjadi 3 juta mobil listrik per tahunnya, sebuah jumlah yang sangat besar sehingga kita akan menjadi pemasok terbesar baik EV baterai maupun kendaraan listriknya," ucap Presiden.
Presiden Jokowi pun menegaskan komitmen pemerintah untuk terus membangun ekosistem kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi, serta memanfaatkan sumber daya lokal seperti nikel, kobalt, dan mangan. Melalui langkah ini, Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisi dalam pasar baterai litium dan kendaraan listrik global.
Apa itu anoda dan katoda baterai?
Katoda dan anoda adalah dua elektroda yang terdapat pada baterai atau sel elektrokimia, yang memfasilitasi aliran muatan listrik.
Katoda merupakan elektroda positif tempat terjadinya reduksi (perolehan elektron), sedangkan anoda merupakan elektroda negatif tempat terjadinya oksidasi (kehilangan elektron).
Selama proses pengisian baterai, elektron mengalir dari katoda ke anoda, menyimpan energi yang nantinya dapat digunakan untuk menyalakan perangkat
Melalui langkah ini, Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisi dalam pasar baterai litium dan kendaraan listrik global.
Bahan apa yang digunakan pada anoda dan katoda?
Bahan aktif katoda (CAM) biasanya terdiri dari oksida logam. Bahan katoda yang paling umum digunakan dalam baterai litium-ion meliputi litium kobalt oksida (LiCoO2), litium mangan oksida (LiMn2O4), litium besi fosfat (LiFePO4 atau LFP), dan litium nikel mangan kobalt oksida (LiNiMnCoO2 atau NMC). Masing-masing bahan ini menawarkan tingkat kepadatan energi, stabilitas termal, dan efektivitas biaya yang berbeda-beda.
Bahan aktif anoda (AAM), sebaliknya, umumnya terbuat dari bahan berbasis karbon seperti grafit, silikon, atau kombinasi keduanya. Grafit adalah bahan anoda yang paling umum digunakan karena konduktivitas listriknya yang tinggi, biaya rendah, dan struktur stabil. Anoda silikon menawarkan kepadatan energi yang lebih tinggi namun menghadapi tantangan dalam hal perluasan volume dan siklus hidup yang lebih pendek. Beberapa iterasi anoda juga akan 'mengobati' anoda grafit dengan sejumlah kecil silikon untuk meningkatkan karakteristik kinerja dan kepadatan energi.
Bahan dan logam yang digunakan dalam pembuatan katoda dapat menyumbang 30-40% dari biaya sel baterai litium, sedangkan bahan anoda biasanya mewakili sekitar 10-15% dari total biaya.
Konten daur ulang dalam bahan katoda dan anoda
Meskipun kinerja baterai perlahan-lahan akan menurun seiring berjalannya waktu, logam dan bahan berharga yang masuk ke dalam baterai tidak benar-benar habis.
Seiring dengan meningkatnya permintaan baterai lithium-ion, kebutuhan akan bahan yang ramah lingkungan dan hemat biaya juga meningkat, dan salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan meningkatkan penggunaan bahan daur ulang dalam proses pembuatan bahan katoda dan anoda. Konten yang akan didaur ulang dapat berasal dari baterai yang sudah habis masa pakainya atau dari sisa produksi.
Bahan Baterai Daur Ulang: Membuka jalan bagi elektrifikasi dan energi bersih
Memasukkan konten daur ulang dalam produksi bahan katoda dan anoda merupakan langkah penting menuju pencapaian tujuan elektrifikasi dan energi bersih dalam skala global.
Dengan menggunakan kembali material berharga dari baterai dan sisa produksi yang sudah habis masa pakainya, kita dapat melestarikan sumber daya alam, mengurangi limbah, dan meminimalkan dampak lingkungan dari penambangan dan pemrosesan bahan mentah.
Menerapkan praktik berkelanjutan dan bertanggung jawab dalam manufaktur baterai dapat mengarah pada industri penyimpanan energi yang lebih ramah lingkungan dan efisien, yang pada akhirnya mendukung transisi ke sumber energi terbarukan dan transportasi listrik.