Pengamat: Jangan Percaya Indonesia Akan Ambruk Karena Utang
Pengamat Ekonomi Syarkawi Rauf menyebutkan rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih berada pada level aman, bahkan semakin menurun sejak era kepemimpinan SBY. Meski jumlah utang semakin besar, namun dilihat dari sisi rasio utang sebetulnya menurun dibanding tahun-tahun orde baru dan reformasi.
Utang menjadi isu hangat yang selalu diperbincangkan oleh publik. Beberapa bahkan menyebutkan Indonesia bisa hancur karena utang yang kian menumpuk.
Pengamat Ekonomi Syarkawi Rauf menyebutkan rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih berada pada level aman, bahkan semakin menurun sejak era kepemimpinan SBY. Meski saat ini jumlah utang semakin besar, namun dilihat dari sisi rasio utang sebetulnya menurun dibanding tahun-tahun orde baru dan reformasi.
-
Kapan harga bahan pangan di Jakarta terpantau naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
-
Kapan pajak anjing diterapkan di Indonesia? Aturan pajak untuk anjing pernah diterapkan di Indonesia, saat masa kolonialisme Belanda.
-
Apa yang diukur oleh Indeks Bisnis UMKM? Indeks Bisnis UMKM merupakan indikator yang mengukur aktivitas UMKM di Indonesia yang dilakukan setiap kuartal oleh BRI Research Institute.
-
Mengapa kemacetan di Jakarta meningkat? Syafrin juga menuturkan peringkat kemacetan DKI Jakarta mengalami kenaikan. Sebelumnya peringkat 46, kini menjadi peringkat 29.
Dia mengungkapkan, rasio utang terhadap PDB saat ini berada di kisaran 30 persen. Jauh lebih kecil dibanding rasio utang di akhir pemerintahan Presiden Soeharto yang mencapai 85,4 persen terhadap PDB.
"Tidak perlu khawatir soal utang, jangan percaya hoax Indonesia akan ambruk karena utang," kata Syarkawi dalam sebuah acara diskusi di Kawasan Kebayoran,Jakarta, Kamis (14/2).
Dia mengungkapkan, utang Indonesia di penghujung tahun 1998 memang hanya Rp 541,5 triliun, jauh lebih kecil dibanding jumlah utang saat ini mencapai ribuan triliun. Namun rasio terhadap PDB yang menunjukkan kemampuan membayar utang sangat besar.
"Tahun 98 di ujung kekuasaan itu 85,4 persen rasio utang terhadap PDB. Dan Ini terus mengalami penurunan, misalnya tahun 2003 sudah 61 persen, 2004 sudah 56,4 persen," ujarnya.
Tren menurunnya rasio utang mulai terjadi di era SBY. Kemudian turun signifikan di akhir masa Pemerintahannya yaitu berada di level 24,7 persen. "Jadi pak SBY sukses membuat utang kita menjadi aman, karena rasio menjadi kecil. Hanya 24,7 persen," ujarnya.
Dia juga mengakui pada tahun 2015 hingga 2018 utang menjadi semakin besar. Namun itu dilakukan semata-mata untuk pembangunan infrastruktur. Juga di satu sisi, Pemerintah tetap berupaya mengurangi penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan.
"Semua negara pasti berutang, tapi kemampuan kita membayar utang itu, sustainability kemampuan kita untuk membayar. Artinya kita butuh Rp10 juta, income cuma Rp 3 juta ya kredit saja," tutupnya.
Baca juga:
Depresi Terbelit Utang Online, Sopir Taksi di Mampang Gantung Diri
Indef: Utang Tidak Masalah Selama Produktif dan Pemerintah Mampu Bayar
Gerindra Minta Pemerintah Tak Hamburkan Duit Utang Demi Pilpres 2019
Bayar Utang Luar Negeri, Cadangan Devisa RI Turun Tipis Jadi USD 120,1 Miliar
Respon Jasa Marga Soal Pembangunan Infrastruktur Tanpa Utang