Pengusaha: Indonesia masuk krisis pangan
Indikatornya, perubahan iklim sudah terjadi belakangan ini.
Indonesia tengah memasuki krisis pangan. Ini membuat program swasembada pangan diusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) terancam gagal
Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) Franky Welirang, Jakarta, Sabtu (9/1).
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia di era Soekarno? Dalam buku berjudul 'Jakarta 1950-1970', seorang dokter bernama Firman Lubis mengutarakan kondisi ekonomi Indonesia saat itu amat kacau. "Inflasi melangit dan menyebabkan nilai rupiah merosot tajam dalam waktu yang relatif singkat. Sebagai gambaran, ongkos naik bus umum yang pada tahun 1962 masih Rp1 berubah menjadi Rp1000 pada tahun 65,"
-
Bagaimana cara Partai Nasional Indonesia (PNI) menjalankan politik ekonominya? PNI adalah partai yang fokus di dalam pemerintahan dengan menjunjung tinggi nasionalisme dan politik ekonomi bersifat nasionalis.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Apa saja contoh kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Malaysia? Dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi, Malaysia merupakan partner perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan jumlah investasi ke-5 di tahun 2022 di ASEAN.
-
Kapan pancaroba terjadi di Indonesia? Di Indonesia, musim pancaroba sering terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada sekitar bulan Maret-April.
Franky menyebut salah satu indikator krisis pangan yaitu perubahan iklim sudah terjadi belakangan ini.
"Musim hujan musim panas bergeser, temperatur musim panas seperti apa itu kan ancaman yah," ujar Franky.
"Kita juga punya ancaman krisis air, Anda bayar air mineral berapa liter itu pasti lebih mahal dari bensin," tandasnya.
Menurutnya, perlu ada penciptaan benih atau bibit tanaman yang bisa menyesuaikan dengan iklim.
"Kalau benih yang sama dengan kondisi yang berbeda pasti produktifitasnya turun artinya harus punya benih yang bisa menyesuaikan dengan alam itu."
(mdk/yud)