Penumpang MRT Tembus 100.000 Orang per Hari
Untuk fase pertama, MRT beroprasi melayani penumpang dari Stasiun Lebak Bulus menuju Bunderan Hotel Indonesia dan sebaliknya. Kereta modern ini mampu mengantar penumpang dalam waktu 30 menit. Adapun sekali angkut, MRT dapat menampung 1.200 hingga 1.800 orang.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri mengatakan bahwa minat masyarakat yang menggunakan Moda Raya Transportasi (MRT) sejauh ini sudah cukup tinggi. Hal ini terbukti sejak dioperasikan pada Maret lalu, jumlah penumpang MRT tembus mencapai 100.000 orang per hari.
"Kurang dari 8 bulan penumpang cukup banyak sudah 100.000 penumpang pe rhari di hari-hari tertentu," katanya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis (5/12)
-
Apa yang dikampanyekan Kementerian Perhubungan? Kemenhub kampanyekan keselamatan pelayaran kepada masyarakat. Indonesia selain negara maritim, juga merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki lalu lintas pelayaran yang sangat padat dan ramai dan keselamatan pelayaran menjadi isu penting.
-
Kapan MRT mulai dibangun? Tahukah Anda jika MRT sebenarnya sudah dirintis sejak era Orde Baru, yakni tahun 1985.
-
Bagaimana MRT Jakarta dibangun? Koridor 1 MRT mulai beroperasi sejak 2019. Jalurnya sepanjang 16 kilometer. 10 kilometer jalur layang dan 6 kilometer di bawah tanah.
-
Apa yang di ekspor oleh Kementan? Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin melepas ekspor komoditas pertanian ke 176 negara dengan nilai transaksi sebesar 12,45 triliun.
-
Di mana MRT Jakarta berada? Terdapat enam kilometer jalur Mass Rapid Transit (MRT) di bawah tanah Jakarta.
-
Apa solusi yang diusulkan Jokowi untuk menutup kerugian MRT dan LRT? Jokowi menilai sistem jalan berbayar elektronik atau "electronic road pricing" (ERP) dapat menjadi sumber penerimaan daerah yang dapat menutup kerugian tersebut."Akhirnya ketemu ditutup dari ERP atau electronic road pricing. Ketemu, ya sudah, diputuskan dan saya putuskan. Dan itu keputusan politik, bahwa APBN atau APBD sekarang masih suntik Rp800 miliar itu adalah memang adalah kewajiban. Karena itu pelayanan, bukan perusahaan untung dan rugi," kata Jokowi.
Untuk fase pertama, MRT beroprasi melayani penumpang dari Stasiun Lebak Bulus menuju Bunderan Hotel Indonesia dan sebaliknya. Kereta modern ini mampu mengantar penumpang dalam waktu 30 menit. Adapun sekali angkut, MRT dapat menampung 1.200 hingga 1.800 orang.
Dia mengaku optimis, pertumbuhan penumpang pada MRT bisa meningkat dua kali lipat apabila fase dua beroprasi. Adapun fase dua ini merupakan perpanjangan dari Stasiun Bunderan Hotel Indonesia menuju Stasiun Kota.
"Tentu ini akan lebih tinggi kalau kita perpanjang ke kota. Kita harapkan jumlah penumpang bisa tinggi di atas 200 ribu penumpang per hari," tandasnya.
MRT Bayar Listrik Rp12 Miliar Sebulan
PT MRT Jakarta mengeluarkan anggaran sekitar Rp12 miliar per bulan untuk membayar tagihan listrik kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pembayaran ini dilakukan untuk menjamin pelayanan serta operasional tak terganggu.
"Beban kita untuk listrik cukup tinggi karena sebulan sekitar Rp12 miliar," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Korporasi MRT Jakarta, Tuhiyat dikutip dari Antara, Selasa (19/11).
Tuhiyat mengatakan, pihaknya telah meneken kontrak dengan PLN untuk penyediaan listrik tingkat silver class atau diprioritaskan dibanding layanan untuk area komersial lainnya.
"Kontrak kita dengan PLN kalau di UU BUMN itu beda, murah, ini enggak. Justru lebih mahal dari commercial biasa karena kita priority, yang lain mati (listrik) kita enggak, kecuali blackout (mati listrik total) seperti kemarin," katanya.
Dia mengatakan ketersediaan listrik di MRT Jakarta ditopang oleh dua gardu PLN. "Meskipun mati, kita hidupnya lebih cepat lima jam setelahnya, yang lain baru besoknya," ujarnya.
Beban Biaya MRT
Tuhiyat menuturkan selain listrik (10 persen), komponen beban terbesar di antaranya yang pertama adalah penyusutan aset (42 persen), kemudian gaji dan tunjangan karyawan (22 persen), upah pegawai kontrak atau outsourching (11 persen), jasa konsultan dan asuransi (tiga persen), sewa kantor dan kendaraan (dua persen) dan pelatihan dan pengembangan (satu persen).
Sebelumnya, Direktur Operasi dan Pemeliharaan MRT Jakarta Muhammad Effendi mengaku masih mempertimbangkan untuk membangun genset demi menopang pengoperasian kereta Ratangga MRT karena pihaknya telah berkontrak penyediaan listrik premium dengan PLN.
Selain itu, mati listrik total terjadi hanya dalam jangka waktu yang lama, sehingga dikhawatirkan genset tersebut justru akan menganggur sementara investasinya cukup tinggi.
"Listrik PLN ini matinya sembilan tahun sekali, di 2009 dan berapa tahun belakangan, bayangkan kalau bangun genset dan enggak dipakai-pakai sampai berapa tahun," ujarnya.
Pasokan listrik MRT Jakarta bersumber dari dua subsistem 150kV PLN yang berbeda, yaitu Subsistem Gandul Muara Karang melalui Gardu Induk PLN Pondok Indah dan Subsistem Cawang-Bekasi melalui Gardu Induk PLN CSW.
Adapun, genset yang dimiliki MRT Jakarta saat ini adalah untuk pasokan listrik untuk kebutuhan keselamatan dan evakuasi di fasilitas stasiun dan di terowongan, bukan untuk pengoperasian kereta.
Kapasitas tenaga listrik cadangan (back up power) MRT Jakarta tersebut dinilai sudah cukup dan berfungsi dengan baik pada saat pasokan listrik terputus, karena itu pada saat listrik terputus, evakuasi dapat dilakukan dengan aman.
(mdk/idr)