Pertamina pede Pertalite diminati, Premium mulai ditinggalkan
Data Pertamina, konsumsi Pertalite sudah 13,5 persen. Penjualan Premium turun menjadi 68,5 KL.
PT Pertamina (Persero) menyatakan, meski belum lama diluncurkan, bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite sudah berhasil menarik perhatian masyarakat atau konsumen. Indikatornya, tingkat konsumsi dan penjualan Pertalite cenderung meningkat.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang menuturkan, rata-rata konsumsi Pertalite di 101 SPBU Pertamina menembus angka 4,5 kilo liter (KL). Bersamaan dengan itu konsumsi Premium justru turun menjadi 68,5 KL. Dengan data itu Ahmad Bambang menyimpulkan semakin banyak pengguna Premium hijrah ke Pertalite.
-
Di mana Pertamina menyalurkan Pertalite? Hingga saat ini kami masih menyalurkan Pertalite di semua wilayah sesuai dengan penugasan yang diberikan Pemerintah.
-
Mengapa Pertamina tetap menyalurkan Pertalite? Dengan menyediakan BBM subsidi Pertamina berharap dapat menjaga pemenuhan energi untuk masyarakat dan di saat yang sama menjaga perekonomian nasional
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Apa yang dilakukan Pertamina di Lapangan Sukowati? Setelah sebelumnya sukses melakukan injeksi perdana CO2 di Lapangan Jatibarang, PT Pertamina (Persero) kembali mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di lapangan lainnya yaitu di Lapangan Pertamina EP Sukowati Bojonegoro, Jawa Timur.
-
Apa itu Pertalite dan apa tujuan Pertamina dalam menyalurkannya? Pertalite merupakan Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP), perubahan dalam penyalurannya harus melalui kebijakan Pemerintah. PT Pertamina Patra Niaga selaku anak usaha Pertamina menegaskan masih terus menyalurkan BBM jenis Pertalite (RON 90) kepada masyarakat, sesuai kuota tahun 2024 yang ditetapkan Pemerintah.
-
Bagaimana Pertamina memastikan penyaluran Pertalite tepat sasaran? Pertamina Patra Niaga juga telah mendorong digitalisasi untuk penyaluran BBM Subsidi melalui program Subsidi Tepat. “Program Subsidi Tepat menjadi upaya kami untuk memastikan transparansi penyaluran BBM bersubsidi. Melalui digitalisasi, penyaluran BBM bersubsidi dapat dipantau secara real time, dan mencegah potensi penyelewengan di lapangan,” tutupnya.
"Jadi secara persentasenya, Pertalite sudah 13,5 persen. Yang pindah adalah mayoritas dari Premium," kata Bambang di Kantornya, Jakarta, Rabu (5/8).
Sedangkan konsumen Pertamax yang hijrah ke Pertalite tergolong kecil. Pertamina mencatat masih sekitar lebih kurang 1 persen.
Dia memaparkan, salah satu alasan konsumen Premium pindah ke Pertalite lantaran selisih harga yang berbeda tipis. Jika harga Premium sudah ditentukan dengan formula yang benar alias sesuai harga keekonomian dan selisih harga dengan Pertalite semakin pendek, dia yakin bakal makin banyak yang meninggalkan Premium.
Bambang menambahkan, Pertamina menargetkan 30 persen konsumen Premium migrasi ke Pertalite sampai akhir 2015. Target ini bakal tercapai bila selisih harga Premium dan Pertalite makin kecil.
"Berdasarkan survei kalau selisih harga premium dan pertalite di bawah Rp 900 maka 20-30 persen konsumen Premium akan diganti," ungkapnya.
Bambang menuturkan, banyaknya peminat Pertalite membuat Pertamina menambah jumlah SPBU yang menjual BBM beroktan RON 90 ini.
"Kami atas izin direksi Mulai minggu ini akan nambah dari 101 nambah 14. Akan ngebut di Jabodetabek dulu. Karena banyak yang sms saya. Dan testimoni masyarakat juga menyambut positif," jelasnya.
Baca juga:
Jual Premium rugi Rp 1.100/liter, Pertamina malah subsidi Pertalite
Semester I 2015, Pertamina hemat USD 249 juta
ESDM minta BPK audit kerugian Pertamina Rp 12 T dalam jual Premium
Pertalite disubsidi, Pertamina yakin bakal raup untung
Jual Premium, Pertamina rugi Rp 80 miliar per hari