Pertamina Siapkan Kilang Cilacap dan Dumai Produksi Bioavtur
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, ke depannya Bioavtur atau J2.4 akan dijual sebagai produk untuk bahan bakar pesawat terbang, sama halnya seperti Biodiesel 30 (B30). Pertamina akan mempersiapkan kilang untuk memproduksi Bio Avtur sesuai dengan regulasi dan standar internasional.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, ke depannya Bioavtur atau J2.4 akan dijual sebagai produk untuk bahan bakar pesawat terbang, sama halnya seperti Biodiesel 30 (B30). Pertamina akan mempersiapkan kilang untuk memproduksi Bio Avtur sesuai dengan regulasi dan standar internasional.
"Kita akan siapkan ada dua, dan yang siap di kilang Dumai dan di kilang Cilacap. Dua kilang ini komitmen kita," ujarnya dalam konferensi Pers Seremonial keberhasilan uji terbang menggunakan bahan bakar J2.4, Rabu (6/10.
-
Siapa yang diwisuda baru-baru ini? Kebahagiaan kini tengah dirasakan komedian Komeng. Pasalnya anak kembarnya, Ganteng Maritza Aldi dan Bagus Athallah telah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA).
-
Kapan Sawah Segar Sentul buka? Sawah Segar Sentul buka setiap Selasa–Minggu pukul 09.00-18.00 WIB saat weekdays. Saat weekend, buka pukul 08.00-18.00 WIB.
-
Kapan All-New Agya diluncurkan? PT Toyota-Astra Motor melakukan transformasi menyeluruh lewat dua model terbarunya, yaitu Agya dan Agya GR Sport.
-
Kapan semut berevolusi? Lebih dari itu, semut berhasil melakukan semua ini tanpa adanya bentuk pemerintahan atau kepemimpinan langsung, tetapi mereka telah bertahan jauh lebih lama dan jauh lebih berhasil daripada spesies lain yang berevolusi sekitar 140 hingga 168 juta tahun yang lalu.
-
Kapan Arca Totok Kerot ditemukan? Pada tahun 1981, penduduk melaporkan adanya benda besar dalam gundukan di tengah sawah. Gundukan tersebut digali hingga terlihat sebuah arca. Penggalian hanya dilakukan setengah badan saja yaitu pada bagian atas arca.
-
Siapa yang menamai hiu hantu baru ini? Selain itu, spesies ini diberi nama supapae untuk menghormati mendiang Supap Monkolprasit, seorang ilmuwan dari Thailand yang mendedikasikan hidupnya untuk mempelajari ikan bertulang rawan.
Terkait rencana komersialisasi, dia menegaskan masih ada aspek lain yang harus dipertimbangkan secara matang.
"Komersialisasi tentu ada aspek lain harus kita lihat. Apa lagi tahun depan dari Kementerian Keuangan akan menerapkan carbon tax. Tentu kita harus yang bisa lihat sebagai mekanisme," ujarnya.
Selanjutnya
Nicke menjelaskan, memang Pertamina melihat pengembangan Bioavtur ini memiliki rantai nilai atau value chain yang menjanjikan. Namun, Pertamina tidak bisa mengontrol bahan baku CPO-nya.
"Kita harus melihatnya secara value chain secara utuh, karena ini ada bahan baku yang tidak di kontrol oleh Pertamina yaitu adalah CPO. Namun disini dengan pemerintah dan juga industri CPO kita berharap ini ada suatu kebijakan yang utuh dari hulu ke hilir," ujarnya.
Sementara dalam prosesnya, Pertamina berharap ada suatu kebijakan yang utuh dari hulu ke hilir agar komersialisasi produk Bioavtur bisa berjalan dengan baik.
"Keberlangsungannya tentu kami berharap pada suatu kebijakan yang secara utuh dari hulu ke Hilir untuk kita jaga. Bagaimana supaya produk ini bisa selesai dari sisi komersialisasinya maupun dari sisi availability (kesiapannya)," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)