Pertamina Yakinkan Digitalisasi Tak Timbulkan PHK Pegawai SPBU
PT Pertamina (Persero) pastikan digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tak akan mempengaruhi Sumber Daya Manusia (SDM) di SPBU. Seperti diketahui, dengan digitalisasi ini, semua pendataan yang sebelumnya dilakukan secara manual, akan beralih secara digital atau otomatis.
PT Pertamina (Persero) pastikan digitalisasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) tak akan mempengaruhi Sumber Daya Manusia (SDM) di SPBU. Seperti diketahui, dengan digitalisasi ini, semua pendataan yang sebelumnya dilakukan secara manual, akan beralih secara digital atau otomatis.
"Pengurangan SDM, saya kira tidak ada ya. Karena ini hanya perubahan dari manual ke IT sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan, ini tidak manual lagi, artinya kita langsung secara automatically itu tercatat di SPBU. Akan dilengkapi dengan CCTV itu untuk mencatat nomor polisi dari kendaraan yang mengisi," kata SVP Business Operations Pertamina, Yanuar Budi Hartanto, saat konferensi pers di Gedung BPH Migas, Rabu (8/7).
-
Mengapa digitalisasi Pertamina sangat penting? PIEDCC menjadi salah satu bagian penting dalam transformasi digital yang dijalankan perusahaan untuk memastikan seluruh proses bisnis Pertamina berjalan dengan baik. Termasuk, memonitor proses distribusi dan ketersediaan pasokan energi selama masa Satgas Natal dan Tahun Baru (Nataru).
-
Mengapa Pertamina mendapatkan apresiasi dari Menteri BUMN? Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi PT Pertamina (Persero) atas kiprahnya dalam komunikasi dan keberlanjutan di Indonesia.
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Bagaimana Pertamina akan meningkatkan kualitas BBM Pertalite? Pertamina akan mengeluarkan Pertamax Green 92, dengan mencampur Pertalite dgn Ethanol 7 persen.
-
Di mana Pertamina Patra Niaga akan memindahkan fasilitas penerimaan BBM dan Avtur? Adapun dalam kerjasama ini, Pelindo sebagai pengembang kawasan Benoa akan menyediakan lahan, alur pelayaran, fasilitas dermaga, fasilitas oil transfer equipment, fasilitas HSSE, serta Lindung Lingkungan Perairan untuk digunakan Pertamina Patra Niaga dalam kegiatan penerimaan BBM dan Avtur melalui dermaga di Benoa Utara.
-
Kapan Pertamina berhasil mengurangi penyalahgunaan BBM bersubsidi? Sejak implementasi exception signal ini pada tanggal 1 Agustus 2022 hingga 31 Desember 2023, Pertamina telah berhasil mengurangi risiko penyalahgunaan BBM bersubsidi senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,04 trilliun.
Saat ini, tercatat ada 5.518 SPBU milik Pertamina yang targetnya akan dilakukan digitalisasi pada Agustus 2020. Sebanyak 99 persen dari SPBU tersebut sudah dilakukan survei ATG, di mana instalasinya saat ini mencapai 88 persen.
"Kami Pertamina ada 5.518 yang akan di IT nozzle-kan. Tahapan survei, kemudian pekerjaan sipil di SPBU baik itu untuk dispenser ATG maupun instalasi ATG dan IT, sampai dengan terintegrasi kemudian untuk pengetesan serah terima dari pihak Telkom kepada Pertamina," ujarnya.
Adapun digitalisasi ini sesuai dengan surat Menteri ESDM kepada Menteri BUMN tertanggal 22 Maret 2018, dalam rangka peningkatan akuntabilitas data penyaluran jenis BBM tertentu yang merupakan komoditas subsidi. Adapun sistem penyalurannya perlu menggunakan sistem pencatatan elektronik yang dapat mengidentifikasikan penggunaan dan volume penyalurannya.
BPH Migas Akui Digitalisasi SPBU Masih Jauh dari Target
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH migas) M. Fanshurullah Asa mengatakan, progres digitalisasi SPBU oleh PT Pertamina (persero) masih sangat jauh dari target. Sampai dengan 30 Juni 2020, status digitalisasi SPBU dengan capaian status Berita Acara Serah Terima (BAST) sebesar 44,80 persen atau sebanyak 2.247 SPBU dari target 5.518 SPBU.
"Dari capain tersebut, sebanyak 4.819 SPBU atau 87,33 persen telah terpasang ATG (Automatic Tank Gauge). 3.060 SPBU atau 55,45 persen telah terpasang EDC LinkAja, 1.268 SPBU atau 22,98 persen telah tercatat nomor polisi melalui EDC," kata Fanshurullah dalam konferensi Pers, Rabu (8/7).
Selain itu, sebanyak 1.577 atau 28,58 persen telah terdigitalisasi dan memproduksi data yang dapat diakses melalui dashboard yang dikembangkan oleh PT Pertamina. Di antaranya berupa data volume penjualan per transaksi, sata nilai transaksi penjualan, data transaksi per SPBU.
Namun demikian, data-data tersebut belum memenuhi kriteria yang diharapkan BPH Migas, sehingga belum dapat dijadikan sebagai perangkat pengawasan yang komprehensif dalam penyaluran JBT dan JBKP.
Sebelumnya, PT Pertamina bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia membangun program digitalisasi untuk 5.518 SPBU yang tersebar di seluruh wilayah NKRI, yang dimulai pada 31 Agustus 2018 dengan target penyelesaian di akhir Desember 2018.
Namun dalam perjalanannya, Fanshurullah membeberkan bahwa proyek ini mengalami perubahan target sebanyak empat kali. Target pertama pada 31 Desember 2018, kemudian berubah menjadi 28 Juni 2019, mundur lagi ke 31 Desember 2019, dan terakhir per 30 Juni 2020 yang juga masih belum tercapai.
Reporter: Pipit Ika Ramadhani
Sumber: Liputan6.com
(mdk/bim)