PGN: Terminal LNG Terapung Lampung Topang Distribusi Gas Jawa Bagian Barat
Saat ada gangguan pipa, LNG dapat difungsikan untuk memenuhi kebutuhan gas bumi di Jawa bagian barat dan Jakarta.
LNG Terapung Lampung memasok gas ke area Jawa bagian barat termasuk Jakarta itu terhubung dengan pipa bawah laut
PGN: Terminal LNG Terapung Lampung Topang Distribusi Gas Jawa Bagian Barat
Infrastruktur Gas Bumi Terintegrasi
Anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), PT PGN LNG menyebut bahwa fasilitas Terminal LNG Terapung (Floating Storage & Regasification Unit/FSRU) Lampung menopang keandalan layanan distribusi gas bumi di Jawa bagian barat. Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Harry Budi Sidharta mengatakan, infrastruktur gas bumi terintegrasi, yang memasok gas ke area Jawa bagian barat termasuk Jakarta itu, terhubung dengan pipa bawah laut berdiameter 24 inci sejauh 21 Km ke Onshore Receiving Facility (ORF) Lampung.
- 2.705 Rumah Tangga di Jakarta Gunakan Gas Bumi, Lebih Hemat 25 Persen Dibanding Energi Non-Subsidi
- Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca, 6 Unit Operasi Pertamina Patra Niaga Terima Penghargaan Kampung Iklim 2023
- PGN Masih Tunggu Besaran Alokasi dan Penetapan Harga Gas dari Menteri ESDM
- LPG 3 Kg Langka di Kalimantan Timur, Pertamina Tambah Stok 43.000 Tabung
ORF secara sistem terhubung dengan jaringan transmisi South Sumatra-West Java (SSWJ) di Stasiun Labuhan Maringgai serta offtake station Lampung.
Gas hasil regasifikasi LNG di FSRU Lampung dapat disalurkan ke distribusi Jawa bagian barat dan area Lampung.
"Dengan sistem integrasi infrastruktur, penyaluran gas dari fasilitas Terminal LNG Lampung kepada pelanggan bisa dilakukan untuk konsumen di dalam jaringan distribusi yang terintegrasi dengan jaringan transmisi SSWJ atau yang terhubung langsung dengan fasilitas ORF," ujar Harry.
Kata Harry, Jawa bagian barat dan Jakarta sudah terintegrasi dengan tingkat penyerapan gas saat ini cukup tinggi antara 500 sampai 550 BBTUD dan banyak dipakai oleh industri maupun komersial sebagai penggerak ekonomi, sehingga FSRU mempunyai peran penting. Fasilitas regasifikasi dibutuhkan untuk menciptakan security supply meliputi flexibility, supply reliability, dan supply continuity. Merchant business model memberikan fleksibilitas untuk keandalan pasokan untuk tidak hanya mengandalkan pasokan gas pipa. Jadi penyediaan gas bumi PGN dapat dari berbagai sumber pasok yakni gas pipa dan LNG.
Menurut Harry, FSRU Lampung berkontribusi terhadap keandalan dan kontinuitas pasokan. Fasilitas regasifikasi juga berfungsi sebagai supply point, apabila terjadi lonjakan permintaan gas atau jika terjadi penurunan sumber pasokan gas pipa dalam jangka pendek maupun panjang.
Dalam beberapa kondisi saat terjadi gangguan pasokan gas pipa, katanya pula, maka LNG dapat difungsikan untuk memenuhi kebutuhan gas bumi di Jawa bagian barat dan Jakarta.
Hal tersebut sebagai bagian dari komitmen PGN memberikan jaminan layanan kepada pelanggan tanpa putus.
PGN mengadopsi merchant business model dalam mengoperasikan FSRU Lampung. Dengan model bisnis tersebut, PGN membangun dan mengoperasikan terminal dengan menerima LNG dari pemasok menggunakan LNG carrier, menyimpan (storage) dan meregasifikasi untuk disalurkan ke pengguna akhir melalui kontrak gas sales agreement (GSA) atau terminal use agreement (TUA). Pasokan dari FSRU Lampung juga penting untuk penyaluran gas ke pembangkit listrik. Dalam hal ini, PT PLN (Persero) mengoptimasi penyaluran gas dari FSRU Lampung melalui skema TUA.
"Dengan merchant business model juga menambah value creation, karena PGN tidak menerapkan kuota ke pelanggan gas bumi di Jawa bagian barat, sehingga layanan pengaliran gas bumi ke pelanggan tidak terganggu dan hal ini merupakan salah satu kunci kepuasan pelanggan gas bumi dari PGN," ujar Harry.