Proyek gas Pertamina EP gunakan teknologi ramah lingkungan
Teknologi tersebut digunakan dalam pengembangan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM).
Anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina EP menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dalam pengembangan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Teknologi tersebut dilakukan secara oksidasi dengan bantuan bakteri untuk mengonversi hidrogen sulfida (H2S) menjadi elemental sulfur yang lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan zat kimia.
"Keberadaan Bioreactor tersebut merupakan bagian dari fasilitas produksi pengolahan asam sulfat (H2S) menjadi Sulfur. Sampai dengan saat ini, PT Pertamina EP merupakan satu-satunya perusahaan di indonesia yang menggunakan teknologi oksidasi dengan bantuan bakteri," ujar Project Controller Proyek Pengembangan Gas Matindok M Rully Yasradi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (6/6).
-
Kenapa Pertamina terus berupaya meningkatkan produksi Migas? “Kami berterima kasih atas dukungan DPR, karena ini merupakan komitmen kita bersama untuk memberikan suplai yang cukup bagi masyarakat hingga akhir tahun yang tinggal satu setengah bulan lagi,” pungkas Nicke.
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Bagaimana Pertamina meningkatkan produksi migas di dalam negeri? Sepanjang tahun 2023, Pertamina melakukan berbagai inovasi bisnis dan meningkatkan produksi migas dalam negeri serta berkiprah ke luar negeri, sebagai upaya kami untuk menambah produksi migas bagi Indonesia, menumbuhkan ekosistem energi transisi serta mengembangkan partnership dengan berbagai mitra bisnis yang kredibel.
-
Mengapa Pertamina melakukan kegiatan ini? Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi, tidak hanya terus berupaya menyediakan energi di seluruh wilayah negeri. Akan tetapi, juga memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam rangka mendukung capaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk menuju kemandirian masyarakat.
-
Siapa yang menjadi Dirut Pertamina? Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati kembali masuk dalam daftar 100 wanita berpengaruh dunia (The World’s 100 Most Powerful Women) versi Forbes tahun 2023.
-
Bagaimana Dirut Pertamina bisa meraih prestasi ini? Forbes menjelaskan bahwa daftar wanita berpengaruh ditentukan dengan empat metrik utama, yaitu pendapatan, media, dampak, dan lingkup pengaruh.
Proyek Pengembangan Gas Matindok yang berlokasi di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, terdiri atas Central Processing Plan (CPP) Donggi dan CPP Matindok. Menurut Rully, Bioreaktor digunakan untuk dua CPP tersebut.
"Selain di CPP Donggi, keberadaan Bioreactor ada juga di CPP Gundih, Jawa Tengah," kata dia.
Pengembangan gas di Sulawesi Tengah merupakan proyek yang penting karena akan mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM diyakini bakal meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi bahan bakar minyak dalam negeri.
CPP Donggi sejak Mei tahun ini mulai menyalurkan gas sebanyak 50 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) kepada PT Donggi Senoro LNG (DSLNG). Gas ini berasal dari delapan sumur di struktur Donggi. Ke depan, CPP Donggi masih dimungkinkan untuk mendapatkan gas dari struktur Minahaki. Pembangunan CPP Donggi menghabiskan anggaran sekitar USD 300 juta tersebut dilakukan PT Rekayasa Industri (Rekind) sejak 2012.
"Pembangunan fasilitas produksi sudah 98,83 persen. Akhir tahun ini diperkirakan sudah full operated oleh Pertamina EP," tegas Rully.
Dia menambahkan proses pembangunan CPP Donggi tersebut melibatkan sedikitnya 2.000 orang tenaga lokal yang berasal dari Kabupaten Banggai. Sementara pembangunan CPP Matindok dengan kapasitas 55 MMSCFD sejak 2014 digarap kontraktor konsorsium PT Wijaya Karya (Wika) dan PT Technip Indonesia .
Proyek senilai USD 234 juta tersebut diperkirakan baru akan beroperasi pada kuartal IV-2016. Menurut Rully, dari 55 MMSCFD gas yang dihasilkan CPP Matindok sebanyak 35 MMSCFD akan disalurkan kepada Donggi-Senoro LNG dan 20 MMSCFD sisanya untuk PT PLN (Persero).
Selain berperan dalam ketahanan energi nasional, Proyek Pengembangan Gas Matindok secara langsung telah berkontribusi pada pembangunan daerah. Saat ini, tercatat sedikitnya total 68 orang tenaga operator yang berasal dari Kabupaten Banggai. Dari 68 orang tersebut, sebanyak 36 orang bekerja sebagai operator di CPP Donggi, dan 32 orang sisanya bekerja sebagai operator di CPP Matindok.
Operator putera daerah tersebut merupakan rekrutmen langsung Pertamina EP di sejumlah sekolah menengah atas di Banggai. Setelah melewati seleksi, mereka diwajibkan menempuh pendidikan selama setahun di Cepu.
Baca juga:
Cegah penyelewengan, ESDM ubah aturan lelang proyek panas bumi
Satukan Pertamina-PGN, Menteri Rini harus dapat persetujuan DPR
Pertamina rugi Rp 15 T akibat opportunity lost penjualan Premium
Libur Lebaran: Pertamina waspadai Jawa Tengah, Sumbar, dan Lampung
Tekan antrean di SPBU saat mudik, Pertamina siapkan Pertamax kemasan
Ramadan, Pertamina jamin pasokan BBM dan elpiji
Menteri Saudi ingatkan harga minyak dunia akan naik di akhir tahun