Ramai-ramai anak buah Jokowi bantah daya beli masyarakat RI menurun
Pemerintah dihadapkan pada kondisi pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi perekonomian yang semakin membaik. Pelemahan daya beli tersebut pun berdampak pada penurunan laba sejumlah industri ritel Tanah Air.
Pemerintah dihadapkan pada kondisi pelemahan daya beli masyarakat di tengah kondisi perekonomian yang semakin membaik. Pelemahan daya beli tersebut pun berdampak pada penurunan laba sejumlah industri ritel Tanah Air.
Tidak tanggung-tanggung minimarket sekelas Indomaret yang menjangkau masyarakat menengah ke bawah milik PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) mencatatkan penurunan laba yang mengejutkan.
Laporan keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia, laba DNET tercatat hanya Rp 30,5 miliar di semester I-2017. Angka ini turun sekitar 71 persen dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 105,4 miliar.
"Bicara Indomaret, memang ada penjualan mereka yang tertekan. Tentu saja karena segmen mereka pada umumnya adalah menengah ke bawah. Dari situ terlihat berarti orang menahan diri untuk belanja. Jadi itu memang ada sedikit tekanan disana di daya beli masyarakat," ujar Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee kepada merdeka.com di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (3/8).
Hans berpendapat, menurunnya daya beli masyarakat dipengaruhi oleh musim lebaran yang hampir berbarengan dengan masa masuk sekolah. Hal tersebut kemudian, membuat masyarakat mengalihkan dana yang dimiliki untuk membeli kebutuhan yang lebih utama dan lebih mendesak.
"Ini kan ada event Lebaran bertemu dengan masuknya anak sekolah. Jadi orang tentu orang mikir, anak saya sekolah, beli baju kan enggak terus wajib. Jadi mereka utamakan dulu beli keperluan wajib dan mendesak tersebut daripada harus membelanjakan dananya untuk kebutuhan yang tidak mendesak," jelasnya.
Selain alasan kebutuhan mendesak, kebiasaan belanja masyarakat yang mengalihkan cara belanja tunai menjadi online juga ditengarai menjadi penyebab menurunnya pendapatan industri retail. Sebab masyarakat merasa nyaman memperoleh barang yang diinginkan tanpa harus pergi ke toko retail.
"Tetapi memang dari sebagian dari sektor retail ada sedikit pengalihan. Jadi orang tadinya ada belanja langsung, jadi berubah menjadi online. Ada sebagian bergeser kesana. Ini juga memberi pengaruh. Tapi perlu dilihat juga data pembelian dari online meningkat atau tidak," kata Hans.
Namun demikian, Hans mengakui kondisi perekonomian Indonesia cukup baik saat ini. Adanya kondisi pelemahan daya beli tersebut perlu ditelusuri untuk mengetahui secara penyebabnya secara pasti.
"Kondisi ekonomi saat ini baik, seperti data-data yang dimiliki oleh pemerintah. Masyarakat juga punya dana untuk dibelanjakan, tapi itu tadi karena berbagai faktor mereka tidak belanjakan dana itu," pungkasnya.
Namun, anak buah Presiden Jokowi membantah daya beli masyarakat RI menurun. Ini buktinya seperti dirangkum merdeka.com:
-
Kenapa Hari Koperasi Indonesia diperingati? Tujuan peringatan ini guna mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk senantiasa menghidupkan koperasi sebagai jalan demi mewujudkan kesejahteraan bersama.
-
Bagaimana Hari Inovasi Indonesia mendorong individu dan pelaku bisnis untuk berinovasi? Hari Inovasi Indonesia mendorong agar individu dan pelaku bisnis untuk lebih produktif menciptakan gagasan dan ide yang inovatif.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Bagaimana jalur perdagangan rempah di Sumatra Barat terjalin antara penduduk setempat dan pedagang asing? Teluk Bayur merupakan pelabuhan yang penting dalam perdagangan rempah antara warga pribumi dengan bangsa asing.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Apa yang dirayakan Ririn Ekawati dalam acara peluncuran bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
Baca juga:
Ini penyebab ekonomi RI hanya tumbuh 5,01 persen di kuartal II
Oktober 2017, jalan tol tak lagi pakai uang tunai
BNI catat laba bersih semester I 2017 sebesar Rp 6,41 triliun
Tak berizin, empat penambangan pasir ilegal dihentikan
BPS klaim tak terjadi penurunan daya beli masyarakat RI
Beda pelayanan, tarif listrik diusulkan berbeda tiap regional
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution
Industri ritel di Tanah Air tengah menghadapi guncangan. Akhir Juni lalu, PT Modern International Tbk telah menutup seluruh gerai convenience store 7-Eleven di Indonesia.
Kini, pemilik minimarket Indomaret, PT lndoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) mencatatkan penurunan laba yang mengejutkan. Mengutip laporan keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia, laba DNET tercatat hanya Rp 30,5 miliar di semester I-2017. Angka ini turun sekitar 71 persen dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 105,4 miliar.
Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan tak sepakat disebut daya beli masyarakat Indonesia menurun. Menurutnya, Juni lalu berbarengan dengan Lebaran dan masuk sekolah, sehingga terjadi guncangan di industri ritel.
Itu karena diukur pada Juni. Bulan Juni itu Lebaran. Di setiap bulan lebaran terjadi perlambatan kenaikan konsumsi, karena orang habis-habisan ketika puasa dan Lebaran. Juli tahun lalu itu Lebaran juga. Coba lihat datanya, melambat," ujar Darmin di Istana Negara, Jakarta, Rabu (2/8).
Darmin menjelaskan saat Lebaran, masyarakat Indonesia mengurangi belanjanya. Alasannya, Lebaran berbarengan dengan jadwal masuk sekolah.
"Karena apa? satu, orang pada ngurangin belanjanya. Kedua, karena Juli itu mau masuk sekolah, orang mulai tahan duitnya dulu, karena pada mau belanja untuk sekolah anaknya, mau belanja alat sekolah," tegasnya.
Mantan Gubernur Bank Indonesia ini mengaku tak khawatir dengan kondisi tersebut. Dia pun menegaskan penurunan konsumsi ini tak akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Kuartal II-2017.
"Tunggu saja seminggu, nanti kesimpulannya biar jelas. (Pertumbuhan ekonomi) Nanti juga keluar," pungkasnya.
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta membantah pernyataan adanya penurunan daya beli masyarakat terjadi pada tahun ini. Arif mengatakan, data-data yang dimiliki oleh pemerintah sama sekali tidak menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat.
"Sampai triwulan II tahun ini, pertumbuhan ekonomi masih 5,1 persen. Bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I. Artinya apa? Kita sebenarnya on track perjalanan ekonomi kita," ujar Arif di Gado-Gado Boplo, Jakarta, Sabtu (5/8).
Arif melanjutkan, memang terlihat ada penurunan daya beli masyarakat pada beberapa indikator. Namun penurunan konsumsi tersebut hanya terjadi pada kebutuhan sekunder, seperti perawatan tubuh, pembelian shampo untuk perawatan, dan kebutuhan lain yang tidak utama.
"Memang ada penurunan terhadap konsumsi. Seperti ke barang tahan lama ya secondary needs, atau kebutuhan sekunder seperti skin care, perawatan tubuh, pembelian shampoo dan lain lain," jelasnya.
Arif menambahkan, data dari Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan tingkat keyakinan konsumen maupun ekspektasi konsumen menunjukkan tren positif sepanjang triwulan II. Apabila trennya positif maka, ekspektasi masyarakat terhadap ekonomi di masa mendatang juga akan dipengaruhi.
"Ketiga data dari BI menunjukan terkait dengan tingkat keyakinan konsumen maupun ekspektasi konsumen, keyakinan konsumennya optimis ya sepanjang triwulan II tahun ini. Kalau average nya positif ekspektasi keadaan ekonomi di masa yang akan datang akan dipengaruhi," pungkasnya.
Asisten Deputi Asuransi, Penjaminan dan Pasar Modal Kemenkop UKM Willem Pasaribu
Sejumlah kalangan mengeluhkan daya beli masyarakat yang semakin menurun. Pemerintah pun tengah mencari penyebab menurunnya daya beli masyarakat tersebut.
Asisten Deputi Asuransi, Penjaminan dan Pasar Modal Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Willem Pasaribu mengatakan, saat ini belum ada keluhan dari pelaku UKM terkait penurunan daya beli.
"Belum ada ya keluhan UKM kepada kami. Kalau daya beli menurun seharusnya mereka sudah laporkan, tapi sejauh ini belum ada," ujar Willem kepada merdeka.com di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (3/8).
Willem mengatakan sampai saat ini sebenarnya belum ada data pasti terkait penurunan daya beli yang banyak diperbincangkan. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) belum melaporkan adanya penurunan daya beli.
"Saya juga heran kenapa daya beli itu turun padahal kondisi ekonomi kita lagi bagus. Tidak ada data pasti juga ya, karena BPS kan bilang daya beli terjaga. Jadi kalau kata orang ini misteri," jelasnya.
Namun demikian, Willem menambahkan penurunan daya beli di tengah perbaikan ekonomi yang semakin membaik perlu diselidiki. Hal ini supaya tidak memunculkan stigma negatif pada masyarakat.
"Kita penasaran juga ini daya beli turun sampai banyak toko-toko itu tutup. Kalau toko tutup mungkin karena masyarakat pindah ke pembelian online. Ya kita harus cari ini penyebab pastinya apa," pungkasnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto mengungkapkan, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada triwulan II-2017 sebesar 115,92. Hal ini menunjukkan kondisi ekonomi konsumen meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dia mengatakan, tingkat optimisme konsumen pada triwulan II-2017 juga lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2017 dengan nilai ITK 102,27.
"Membaiknya kondisi ekonomi konsumen triwulan II-2017 didorong oleh meningkatnya pendapatan rumah tangga (nilai indeks sebesar 116,49), inflasi yang terjadi tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumah tangga (nilai indeks sebesar 109,07), dan meningkatnya volume konsumsi rumah tangga (nilai indeks sebesar 123,24)," kata Suhariyanto di kantornya, Senin (7/8).
Peningkatan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan II-2017, lanjut dia, terjadi di seluruh provinsi di Indonesia. Nilai ITK tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Timur dengan 123,21.
"Terendah di Provinsi Lampung dengan nilai ITK 104,10," ujarnya.
Suhariyanto menjelaskan, nilai ITK nasional pada triwulan III-2017 diperkirakan sebesar 103,29. Dengan begitu, kondisi ekonomi konsumen triwulan lll-2017 diperkirakan meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Tapi, tingkat optimisme konsumen diperkirakan lebih rendah jika dibandingkan triwulan ll-2017.
"Perkiraan meningkatnya kondisi ekonomi konsumen pada triwulan lll-2017 disebabkan oleh meningkatnya perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang (nilai indeks sebesar 103,84) dan rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta atau hajatan (nilai indeks sebesar 102,32)," tuturnya.
Dia menambahkan peningkatan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan lll-2017 diperkirakan terjadi pada 31 provinsi di Indonesia. Perkiraan nilai ITK triwulan lll-2017 tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Barat, dengan nilai ITK sebesar 113,06.
"Perkiraan nilai ITK triwulan III-2017 terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Barat dengan nilai ITK sebesar 100,24," tutup Suhariyanto.