Sejarah Panjang Indomie, Makanan yang Sudah Diekspor Hingga Amerika Serikat dan Timur Tengah
Indomie yang diproduksi oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur merupakan salah satu pelopor dan produsen mi instan terbesar di dunia.
Baru-baru ini beredar kabar bahwa beberapa varian mie instan Indomie telah ditarik dari peredaran di Australia oleh Food Standards Australia New Zealand (FSANZ). Empat varian tersebut adalah Indomie Ayam Bawang, Indomie Soto, Indomie Goreng Rendang, dan Indomie Mi Goreng Aceh.
Penarikan ini dilakukan karena produk tersebut dinilai tidak memberikan keterangan label yang jelas, terutama terkait kandungan bahan alergen.
- Sejarah Indomaret, Dulunya Hanya Warung Kelontong dan Didirikan Pertama di Ancol
- Indonesia Sebenarnya Bisa Tak Impor Beras, Caranya Setop Buang Makanan
- Indomie Rasa Rawon Pedas Mercon, Kelezatan Autentik Jawa Timur Dalam Setiap Gigitan
- Ini Dia Sosok Peracik Bumbu Indomie Hingga Jadi Mi Instan Terenak di Dunia
Kekhawatiran muncul karena kurangnya informasi yang memadai pada kemasan, yang dikhawatirkan dapat membahayakan konsumen dengan riwayat alergi terhadap bahan tertentu.
Meski demikian, manajemen Indofood menegaskan bahwa produk yang dimaksud bukanlah produk resmi yang diekspor oleh Perseroan ke pasar Australia, melainkan parallel import atau impor paralel yang dilakukan oleh pihak ketiga.
Corporate Secretary ICBP, Gideon A. Putro mengatakan poduk-produk konsumen bermerek yang diekspor oleh pihakny secara resmi ke luar negeri senantiasa mematuhi persyaratan, peraturan dan ketentuan keamanan pangan yang berlaku di masing-masing negara tujuan di mana produk dipasarkan, termasuk Australia.
"Produk mi instan yang diekspor oleh Perseroan secara resmi ke Australia telah sepenuhnya memenuhi peraturan dari otoritas setempat," kata Gideon dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip, Jumat (20/12).
Mi Instan Legendaris Indonesia
Indomie yang diproduksi oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur merupakan salah satu pelopor dan produsen mie instan terbesar di dunia.
Produk ini tersedia dalam berbagai varian rasa, seperti Ayam, Kari Ayam, hingga Mie Goreng. Keunikan dan cita rasa khasnya membuat Indomie populer di lebih dari 100 negara, termasuk Australia, Amerika Serikat, Kanada, hingga negara-negara Timur Tengah.
Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 dengan varian Ayam, Indomie terus berinovasi. Pada tahun 1982, varian Mi Goreng diluncurkan dan menjadi salah satu produk mie instan kering paling ikonik di dunia yang terinspirasi oleh hidangan mie goreng tradisional Indonesia.
Indomie memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1972 ketika pertama kali diproduksi oleh Sanmaru Food Manufacturing, sebuah perusahaan yang didirikan oleh Djajadi Djaja dan rekan-rekannya, yaitu Wahyu Tjuandi, Ulung Senjaya, dan Pandi Kusuma.
Namun, jauh sebelum itu, Djajadi dan teman-teman SMA-nya telah membangun bisnis bersama pada tahun 1959 melalui firma.
Djangkar Djati yang kemudian berganti nama menjadi Wicaksana Overseas International pada tahun 1964. Setelah sukses di bisnis rokok, mereka beralih ke industri mi instan dengan menciptakan merek Indomie.
Masa Awal Produksi
Pada masa-masa awal produksinya, Indomie sudah menghadapi persaingan dengan dua merek mi instan besar lainnya, yaitu Sarimi dan Supermi. Namun, inovasi, kualitas bahan baku, dan strategi pemasaran yang cermat membuat Indomie berhasil memimpin pasar mi instan di Indonesia.
Selain di tanah air, Indomie juga sukses menembus pasar internasional. Tidak hanya menjadi komoditas ekspor, Indomie bahkan memiliki beberapa pabrik di luar negeri untuk memenuhi tingginya permintaan di berbagai negara.
Keberhasilan Indomie tidak terlepas dari kerja keras, inovasi, dan kualitas yang konsisten. Popularitasnya pun terus bertahan meski bersaing dengan belasan merek mie instan lain.
Sebagai mi instan populer di Indonesia, Indomie kini menjadi merek global yang tetap eksis setelah lebih dari lima dekade. Keberhasilannya menembus pasar internasional membuktikan bahwa cita rasa khas Indonesia dapat diterima dan dicintai di berbagai penjuru dunia.
Reporter Magang: Thalita Dewanty