Sektor perbankan dan asuransi terancam diserbu asing
Dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia diyakini bakal menjadi sasaran empuk pasar ASEAN.
Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, ada dua sektor dalam negeri yang berpotensi diserbu pihak asing apabila pemerintah dan otoritas tidak segera memperkuat dan melindungi kedua sektor ini.
Senior Officer Finance Integration Division ASEAN Bambang Irawan menyebut dua sektor tersebut adalah perbankan dan asuransi.
-
Kenapa memiliki asuransi bisa membuat hidup lebih tenang? Memiliki asuransi sedari dini dapat membantumu terhindari dari hal-hal buruk yang tak diingini. Selain itu, asuransi juga bisa membuat kehidupan lebih tenang berkat kegunaannya yang mengcover berbagai biaya tak terduga, seperti perawatan rumah sakit, kecelakaan, dan sebagainya.
-
Apa itu Asuransi Lentera? Asuransi LENTERA merupakan produk Asuransi Berjangka atau term life yang memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam kehidupan para pemegang polis dan orang tercinta.
-
Dimana Asuransi Bisnis membantu perusahaan? Perlindungan ini dapat mencakup kerugian atau kerusakan properti. Tanggung jawab hukum, kecelakaan, dan berbagai risiko lainnya yang dapat mempengaruhi kelangsungan operasional bisnis.
-
Siapa yang menciptakan asuransi PPWT? Asuransi PPWT ini dirancang atas kemitraaan Manulife Indonesia dengan Bank Danamon Indonesia.
-
Kapan Reksa Dana Terproteksi bisa dicairkan? Dengan jangka waktu investasi yang ditentukan, Reksa Dana ini dapat dicairkan sebelum jatuh tempo tanpa jaminan proteksi pokok investasi.
-
Siapa yang mengeluarkan Asuransi Lentera? Tahukah Anda jika BRI Life, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), melalui anak perusahaan, telah menghadirkan Asuransi LENTERA?
"Sektor perbankan, bank asing masuk ke sini mudah dan bank kita ke sana susah. Tidak fair. Perlu azas resiprokal. Asuransi juga sama sih. Dari tahun 1988 sudah terbuka. Terbuka lebih banyak perusahaan asuransi Singapura di sini daripada kita di sana," kata Bambang di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (25/3).
Apabila kedua sektor keuangan tersebut tidak segera diperkuat jelang keterbukaan pasar ASEAN, maka sektor keuangan Indonesia dinilai tidak akan mampu berkompetisi dengan negara-negara di kawasan ASEAN.
Menurut Bambang, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memperkuat sektor keuangan di Indonesia adalah dengan menerapkan sistem capital control.
"Kita harus mengutamakan kepentingan domestik. Indonesia saat krisis 97-98 pasar kita benar-benar dibuka, kita korban paling parah. Kalau Malaysia saat krisis menerapkan capital control jadi tidak membiarkan modal pergi dengan bebas," tutur Bambang.
Bambang menegaskan, era keterbukaan pasar ASEAN harus menguntungkan bagi Indonesia. Sebab, dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia diyakini bakal menjadi sasaran empuk pasar ASEAN.
"MEA harus menguntungkan bagi kita. Kita ingin liberalisasi, mencapai single market, itu tempat untuk berinvestasi lebih luas," tutup Bambang.
(mdk/noe)