Semester I 2015, Pertamina hemat USD 249 juta
Dari sisi produksi migas, selama semester I-2015 tumbuh sekitar 6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Industri sektor minyak dan gas tengah berada dalam kondisi kurang menguntungkan. Perusahaan migas nasional maupun internasional pun memilih melakukan langkah efisiensi.
Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengakui lesunya kondisi industri migas. Faktornya beragam. Mulai dari anjloknya harga minyak yang berimbas ke harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Prices (ICP), diperparah dengan anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.
-
Kenapa Pertamina terus berupaya meningkatkan produksi Migas? “Kami berterima kasih atas dukungan DPR, karena ini merupakan komitmen kita bersama untuk memberikan suplai yang cukup bagi masyarakat hingga akhir tahun yang tinggal satu setengah bulan lagi,” pungkas Nicke.
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Bagaimana Pertamina meningkatkan produksi migas di dalam negeri? Sepanjang tahun 2023, Pertamina melakukan berbagai inovasi bisnis dan meningkatkan produksi migas dalam negeri serta berkiprah ke luar negeri, sebagai upaya kami untuk menambah produksi migas bagi Indonesia, menumbuhkan ekosistem energi transisi serta mengembangkan partnership dengan berbagai mitra bisnis yang kredibel.
-
Mengapa Pertamina melakukan kegiatan ini? Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi, tidak hanya terus berupaya menyediakan energi di seluruh wilayah negeri. Akan tetapi, juga memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam rangka mendukung capaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk menuju kemandirian masyarakat.
-
Apa yang dimonitor Pertamina melalui PIEDCC? Melalui PIEDCC, Pertamina juga mampu memonitor secara real time ketersediaan energi di seluruh wilayah Indonesia dan bisa mengambil tindakan cepat memenuhi kebutuhan energi jika terjadi lonjakan konsumsi BBM dan LPG, atau keadaan darurat seperti bencana alam.
-
Siapa yang menjadi Dirut Pertamina? Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati kembali masuk dalam daftar 100 wanita berpengaruh dunia (The World’s 100 Most Powerful Women) versi Forbes tahun 2023.
Hingga Juni 2015, ICP jatuh ke posisi USD 59,4 per barel atau jauh dari rata-rata ICP pada periode yang sama tahun 2014 sebesar USD 106,6 per barel. Di sisi lain, Rupiah terdepresiasi hingga lebih dari 10 persen dalam kurun waktu yang sama.
Kondisi ini menuntut Pertamina mencari terobosan demi mempertahankan kinerja perusahaan tetap sehat. Menurut Dwi tidak hanya perusahaan migas nasional, perusahaan migas internasional pun mencari celah agar bisa survive. Beragam cara dilakukan. Mulai dari pengurangan belanja modal hingga pemangkasan tenaga kerja sejak awal tahun dan masih berlanjut hingga saat ini.
"Alhamdulillah kami dapat mengatasi tantangan-tantangan tersebut dengan terus meningkatkan kinerja operasional dan melakukan efisien-efisiensi hingga dapat meraih laba bersih sebesar USD 570 juta setelah pada awal tahun sempat alami kerugian," kata Dwi di Jakarta, Rabu (5/8).
Pertamina juga melakukan efisiensi. Dwi menyebut hasil efisiensi Pertamina sepanjang enam bulan pertama 2015 mencapai USD 249,16 juta atau 3,26 persen di atas target yang ditetapkan. Besaran efisiensi bersumber dari sentralisasi pengadaan non hidrokarbon sebesar USD 87,80 juta, sentralisasi pengadaan hidrokarbon di ISC sebesar USD 37,70 juta.
"Efisiensi terbesar adalah berasal dari upaya insan Pertamina melakukan tata kelola secara ketat pada arus minyak yang menyumbang efisiensi sebesar USD 107,94 juta," jelasnya.
Dari sisi produksi migas, selama semester I-2015 tumbuh sekitar 6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Hingga Juni 2015, produksi migas perusahaan mencapai 550.890 BOEPD, terdiri dari 270.760 ribu BOPD minyak dan 1,60 BSCFD gas.
Jumlah ini juga disokong oleh peningkatan produksi migas Pertamina dari aset luar negeri. Selain itu, Produksi minyak dari aset luar negeri rata-rata semester I ini mencapai 73.500 BOPD, sedangkan produksi gas sebesar 88,25 MMSCFD.
Bisnis transportasi gas Pertamina juga meningkat 4 persen menjadi 264,98 BSCF. Adapun bisnis niaga gas Pertamina menjadi 19,71 BSCF. Di sisi lain, penjualan LNG meningkat menjadi 38.750 BBTU.
Dari sisi kinerja penjualan BBM sepanjang paruh pertama tahun ini, Dwi menyebut terjadi penurunan 7,16 persen atau menjadi 30,07 juta kilo liter. Produk pelumas Pertamina masih mempertahankan dominasinya di pasar domestik dengan membukukan penjualan sekitar 230.000 KL.
Meski kondisi industri migas kurang menguntungkan, Dwi mengklaim pihaknya tak menghentikan aksi investasi. Realisasi investasi Pertamina hingga semester I 2015 mencapai USD 1,87 miliar. Sebanyak 72 persen di antaranya adalah investasi hulu migas. Investasi terbesar pada bisnis gas.
"Ini membuat Pertamina terus menggenjot pembangunan infrastruktur gas di Tanah Air,seperti Terminal Penerimaan, Hub, dan Regasifikasi LNG Arun, pipa transmisi gas Arun-Belawan, Belawan-KIM-KEK Sei Mangkei, Semarang-Gresik, serta Muara Karang-Tegal Gede," katanya.
Investasi infrastruktur juga dilakukan untuk BBM. Pertamina tengah membangun Terminal BBM Sambu dan Terminal BBM Tanjung Uban di Kepulauan Riau.
"Proyek-proyek tersebut masuk menjadi daftar proyek terobosan yang prosesnya dipantau secara ketat," tegasnya.
Baca juga:
ESDM minta BPK audit kerugian Pertamina Rp 12 T dalam jual Premium
Jual Premium rugi Rp 1.100/liter, Pertamina malah subsidi Pertalite
Semester I-2015, Pertamina catat laba bersih USD 570 juta
Menteri ESDM klaim Pertalite disambut baik
Jual Premium, Pertamina rugi Rp 80 miliar per hari