Semester I-2018, laba bersih BNI capai Rp 7,44 triliun
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat laba bersih hingga semester I-2018 mencapai Rp 7,44 triliun, tumbuh 16 persen dibanding periode yang sama di tahun 2017 sebesar Rp 6,41 triliun.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat laba bersih hingga semester I-2018 mencapai Rp 7,44 triliun, tumbuh 16 persen dibanding periode yang sama di tahun 2017 sebesar Rp 6,41 triliun.
Direktur Bisnis Ritel Bank BNI, Tambok PS Simanjuntak mengatakan pencapaian tersebut didorong oleh kuatnya pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) BNI yang meningkat dari Rp 15,40 triliun pada semester I-2017, menjadi Rp 17,45 triliun pada tahun 2018. Tumbuh 13,3 persen lebih cepat dibandingkan pertumbuhan NII di industri perbankan yang hanya mencapai 3,4 persen per April 2018.
-
Apa yang dilakukan BNI untuk mendukung transformasi BUMN? BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp97.9 triliun di September 2023 kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kredit tersebut tumbuh sebesar Rp6.3 Triliun secara year to date dari Rp91.6 Triliun di Desember 2022.
-
Kenapa BNI menggandeng startup? Tak hanya itu, BNI juga menggandeng startup agar bisnis terus bertumbuh.
-
Mengapa BNI meningkatkan kredit ke BUMN? “BUMN akhirnya mulai menunjukkan pertumbuhan positif. Kami cukup senang dengan tren ini, karena BUMN masih menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang cukup dominan di Indonesia," katanya.
-
Dimana BNI fokus menyalurkan kredit untuk BUMN? Fokus penyaluran kredit BUMN BNI adalah kepada BUMN yang bergerak di sektor energi seperti PLN dan Pertamina serta sektor Pangan Bulog. Selain itu, BNI aktif mendukung proyek-proyek infrastruktur dari Jasa Marga dan jasa keuangan inklusi dari Pegadaian.
-
Kapan BNI pertama kali melakukan IPO? Pada 1996 BNI untuk pertama kalinya menawarkan saham perdana kepada masyarakat atau IPO dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
-
Apa saja inovasi yang dikeluarkan BNI agar tetap dipercaya nasabah? Di usianya yang hampir satu abad, Bank BNI sudah mengeluarkan berbagai inovasi yang membuatnya tetap dipercaya nasabah.
"Pada Semester I tahun 2018, BNI mencatat Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 13,5 persen, didominasi oleh dana murah (CASA) yang komposisinya mencapai 63,8 persen dari total dana yang terhimpun," kata Tambok di kantornya, Rabu (18/7).
Menurutnya, pertumbuhan laba bersih tersebut jauh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan laba bersih di industri perbankan nasional yang per April 2018 mencapai 6,3 persen. "Pertumbuhan NII tersebut merupakan hasil dari penyaluran kredit BNI yang tetap terkelola dengan prudent dan optimal," imbuhnya.
Selain itu, pendukung pertumbuhan laba bersih BNI lainnya adalah realisasi Pendapatan Non Bunga yang tumbuh 9,1 persen yoy, yaitu dari Rp 4,65 triliun pada Semester I Tahun 2017 menjadi Rp 5,08 triliun pada Semester I tahun 2018.
Pendapatan Non Bunga pada Semester I tahun 2018 didorong oleh peningkatan kontribusi fee dari segmen business banking, antara lain fee dari trade finance yang tumbuh 8,7 persen yoy dan fee dari bank garansi yang tumbuh 14,3 persen yoy, sedangkan sisanya dari pertumbuhan bisnis Consumer & Retail, antara lain fee pengelolaan rekening yang tumbuh 8,6 persen yoy, dan fee dari bisnis kartu yang tumbuh 7,1 persen yoy.
"Dengan adanya peningkatan Net Interest Income dan Non Interest Income, perbaikan kualitas aset, serta upaya efisiensi OPEX yang telah dilakukan, BNI mampu menumbuhkan tingkat laba bersih hingga 16,0 persen yoy. Peningkatan profitabilitas ini mendorong perbaikan Return on Equity (ROE) dari 15,6 persen menjadi 16,5 persen," jelasnya.
Tambok mengungkapkan, ruang bagi BNI untuk menyalurkan kredit pun masih terbuka lebar, ditandai dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 87,3 persen pada Semester I tahun 2018 ini.
"Seluruh kondisi itu memberikan keyakinan bahwa BNI mempunyai likuiditas yang baik dan ruang yang cukup untuk melanjutkan ekspansi kredit pada Semester II tahun 2018," ujarnya.
Baca juga:
Semester I-2018, pendapatan jalan tol Jasa Marga capai Rp 4,34 triliun
Pasca akuisisi Pertagas, kinerja saham PGN diprediksi bakal kinclong
Dapat kontrak baru, Wika Beton raup untung Rp 3,13 triliun
Rayakan ultah ke-26, BEI harap makin banyak investor masuk ke RI
SMF gandeng sekuritas perbanyak investor EBA segmen ritel