Sri Mulyani: Dampak Virus Corona Lebih Rumit Dibanding Krisis Ekonomi 2008
Tekanan langsung terhadap individu itu membuat kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat lainnya terhambat, seperti sekolah yang diliburkan hingga pabrik yang ditutup. Hal itu menimbulkan tertundanya kegiatan masyarakat, termasuk produksi.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menilai dampak dari wabah virus corona ke perekonomian dunia lebih kompleks dibandingkan tekanan ekonomi global atau krisis ekonomi pada 2008 akibat kebangkrutan bank investasi di AS, Lehman Brothers.
Menurut Sri Mulyani, wabah virus corona jenis baru atau Covid-19 menimbulkan tekanan langsung terhadap individu masyarakat, bukan melalui sektor keuangan seperti pada 2008.
-
Apa yang Sri Mulyani tunjukkan kepada cucunya? Sri Mulyani juga memperlihatkan pekerjaannya kepada cucu yang lebih besar.
-
Sri Mulyani bertemu Presiden Jokowi, apa tujuan pertemuannya? Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani diagendakan menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (2/2) siang. Sri Mulyani akan melaporkan hal-hal terkait anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tahun 2024.
-
Apa yang dilakukan Sri Mulyani setelah bertemu dengan Jokowi? Namun, Sri Mulyani enggan bicara banyak setelah rapat bersama Jokowi. Dia menolak memberikan pernyataan dan enggan tanya jawab dengan awak media. Sembari menjawab singkat, ia cuma menunjukkan gestur minta maaf dengan tangannya.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Alun-alun Puspa Wangi Indramayu diresmikan? Sebelumnya alun-alun ini diresmikan pada Jumat (9/2) lalu, setelah direnovasi sejak 19 Mei 2021.
-
Di mana Sri Mulyani dan Retno Marsudi bertemu? Kemarin (1/8), akhirnya kita bertemu saat rapat bersama di Istana Merdeka... Always glad to meet my bestie,",
Tekanan langsung terhadap individu itu membuat kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat lainnya terhambat, seperti sekolah yang diliburkan hingga pabrik yang ditutup. Hal itu menimbulkan tertundanya kegiatan masyarakat, termasuk produksi.
"Lebih rumit ini (Corona). Karena ini menyangkut manusia, merasa dia harus memberikan ketenangan dulu apa yang disebut dengan ancaman atau risiko terhadap mereka. Karena ini menyangkut diri langsung pada ancaman mereka, keselamatan, kesehatan, sampai pada kemungkinan terancam meninggal dunia, itu yang jauh dampaknya lebih langsung," ujar Sri Mulyani dikutip Antara, Kamis (5/3).
Sewaktu tekanan ekonomi global di 2008, dampak yang terjadi dalam jangka pendek adalah dampak akibat transmisi di industri keuangan. Memang pada 2008, krisis akibat bangkrutnya Lehman Brothers menimbulkan dampak rambatan seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pegawai dan penutupan korporasi.
"Tapi kalau ini (corona) langsung ke orang yang sakit, jadi naturenya lebih dalam karena masyarakat tiba-tiba menjadi 'setengah lumpuh'-lah," ujar dia.
Dengan demikian, ketika tekanan pada 2008 terjadi, efek rambatan dalam jangka pendek hanya menyentuh lembaga jasa keuangan. Sementara, dampak yang timbul karena virus corona adalah dampak riil yang menghambat kegiatan masyarakat, termasuk roda perekonomian.
"Sekarang mungkin langsung mengena pada sektor riilnya. Karena menyangkut masalah orang yang tidak berani melakukan mobilitas, tidak melakukan kegiatan, itu pengaruhi sektor riil, investasi, manufaktur," ujarnya.
Fokus Keluarkan Kebijakan
Maka itu, kata Sri Mulyani, saat ini pemerintah Indonesia fokus mengeluarkan kebijakan untuk membendung dampak virus corona ke sektor riil ekonomi, baik dari sisi permintaan maupun pasokan.
"Hal itu entah melalui berbagai relaksasi dan juga dari sisi permintaan supaya masyarakat, yang pertama, jangan merasa ketakutan yang membuat mereka tidak melakukan kegiatan apa-apa. Tapi risiko penyakit ini kan harus dibobot bener. Jadi kita juga dalam rekomendasinya tergantung dari persebaran itu," ujarnya.
Sri Mulyani menegaskan pemerintah akan terus mencermati dampak virus corona ke ekonomi domestik. Selain insentif ke pariwisata, pemerintah juga menyiapkan insentif ke industri manufaktur di paket stimulus tahap dua.
"Pemerintah sangat terbuka dalam hal ini. Makanya respons pertama fokusnya pertama yang langsung berhubungan dengan pariwisata, seperti hotel, restoran, maskapai. Tapi sekarang kita lihat lebih luas kepada sektor manufaktur. Jadi ini bentuk pemihakan, bantuan, insentif harus dimodifikasi berdasarkan kebutuhan. Kami sedang hitung dan rancang ini, kalau sudah matang kita akan laporkan dan akan dibahas di kabinet," ujar Sri Mulyani.
(mdk/idr)