Tekan Emisi Karbon, PLN Bakal Ganti Penyediaan Listrik dari PLTU ke EBT
PLN tengah fokus dalam pengurangan penyediaan listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Tekan Emisi Karbon, PLN Bakal Ganti Penyediaan Listrik dari PLTU ke EBT
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, saat ini pihaknya tengah fokus dalam pengurangan penyediaan listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Ini jadi bagian PLN membidik implementasi energi baru terbarukan (EBT) yang lebih luas.
Langkah ini, sejalan dengan upaya untuk menekan emisi karbon.
Di mana pemerintah menargetkan nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang.
"Pertama, kita sudah melakukan penghapusan 13,3 GW PLTU dalam fase perencanaan yang artinya ini adalah avoiding, menghindari emisi gas rumah kaca sebesar 8 MT selama 25 tahun," kata Darmawan.
Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (5/7).
Di sisi lain, PLN juga sudah melakukan pembatalan power purchase agreement (PPA) atau perjanjian jual-beli listrik sebesar 1,3 GW untuk PLTU. Lewat upaya ini, PLN mampu menekan sekitar 179 juta MT CO2 selama 25 tahun.
"Kami juga mengganti sekitar 800 MW PLTU dengan pembangkit gas ini mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 60 persen dibandingkan dengan PLTU batu bara," jelasnya.
Selain itu, PLN juga melakukan co-firing biomassa pada 37 PlTU dan akan mencapai 52 PLTU pada 2025. Lalu, menjalankan program dedieselisasi sebesar 1 GW. Serta, ada uji coba carbon trading di 26 PLTU.
"Kemudian dalam proses ini kami merancang RUPTL yang paling hijau dalam sejarah PLN dan juga dalam sejarah Indonesia yaitu 21 GW penambahan pembangkit EBT atau 51,6 persen penambahan pembangkit adalah berasal dari EBT," paparnya.
Sebelumnya, sebanyak 8.517 ton abu sisa pembakaran batu bara atau Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) telah dikelola PT PLN (Persero) dan dimanfaatkan masyarakat Papua untuk bahan baku campuran infrastruktur. FABA ini dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Holtekamp sepanjang 2022 hingga Juni 2023.
FABA dimanfaatkan antara lain untuk bahan baku roadbase di jalan utama Distrik Muara Tami dan halaman Musala Al-Muhajirin, Kampung Soroyati, Kabupaten Keerom.
Tidak hanya itu, FABA juga dimanfaatkan untuk pembuatan paving blok dan batako untuk pembangunan rumah mengaji di Koya Barat dan Gereja GKI Pasir 2. Reporter: Arief Rahman H. Sumber: Liputan6.com