Tekan Impor LPG, Pemerintah Gencarkan Pengembangan Gas Batubara
Menurut data Handbook of Energy Statistics of Indonesia, angka impor LPG di tahun 2019 mencapai 5,7 juta ton atau sekitar 75 persen dari total kebutuhan LPG nasional. Sedangkan, kilang domestik hanya bisa memproduksi 1,9 juta ton LPG.
Pemerintah terus menggencarkan pengadaan gasifikasi batubara atau Dimethyl Ether (DME) untuk menekan impor liquefied petroleum gas (LPG) yang semakin melonjak tiap tahunnya.
Menurut data Handbook of Energy Statistics of Indonesia, angka impor LPG di tahun 2019 mencapai 5,7 juta ton atau sekitar 75 persen dari total kebutuhan LPG nasional. Sedangkan, kilang domestik hanya bisa memproduksi 1,9 juta ton LPG.
-
Apa yang diklaim dapat menghemat gas elpiji 3 Kg dalam video yang beredar? Dalam tayangannya, perekam video menyatakan bahwa mengelem karet tabung akan membuat gas lebih tahan lama.
-
Bagaimana cara yang diklaim dapat menghemat gas elpiji 3 Kg dalam video tersebut? Awalnya sang perekam mengambil rubber seal atau karet segel yang berada di lubang tabung gas kemudian membalurinya dengan lem G, perekam video kemudian memasukkan kembali karet segel ke tempat semula.
-
Kapan Pertamina menambahkan pasokan LPG 3 kg? Pertamina terus memantau kebutuhan LPG 3 Kg hingga masa libur Lebaran selesai.
-
Kenapa Pertamina menambah pasokan LPG 3 kg? Tambahan pasokan LPG 3 Kg ini dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakat seiring Ramadan dan Idulfitri 1445 H.
-
Bagaimana Pertamina memastikan pasokan LPG 3 kg aman? Pertamina Patra Niaga memastikan stok LPG 3 Kg aman berada di level 14-15 hari. “Pertamina terus memonitor kebutuhan LPG 3 Kg hingga akhir Lebaran dan kita lakukan penambahan ke daerah yang memang membutuhkan” ujar Irto.
-
Berapa banyak LPG 3 kg yang ditambahkan Pertamina? Pertamina melalui anak usahanya,PT Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan LPG 3 kilogram (Kg) sebanyak 22.087 Metrik Ton atau setara dengan 7.36 juta tabung.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menyatakan, ada beberapa alasan mengapa pemerintah menggencarkan realisasi DME untuk menghilangkan ketergantungan Indonesia kepada LPG.
"DME memiliki kemiripan sifat dengan LPG, berasal dari sumber yang dapat diperbarui dan bahan bakar fosil, mudah terurai di udara sehingga tidak merusak ozon dan menghasilkan kualitas nyala api yang biru dan stabil," jelas Dadan dalam paparannya kepada awak media, Rabu (22/7).
Adapun, bahan baku DME bisa berasal dari batu bara, CBM, bio massa, gas bumi hingga limbah. Pemerintah sendiri, saat ini, berupaya menggenjot DME dari batu bara. Hal itu diwujudkan dalam kerjasama antara 2 BUMN energi, yaitu Pertamina dan PT Bukit Asam dalam proyek gasifikasi batu bara untuk menghasilkan DME, yang diharapkan bisa menjadi produk subtitusi LPG di masa mendatang.
"Batu bara yang dimanfaatkan ialah batu bara kualitas rendah, yang harganya bisa didapatkan di angka USD 20 per ton," katanya.
Pemanfaatan DME
Jika sudah jadi, DME bisa digunakan untuk bahan bakar transportasi seperti truk diesel (dicampur dengan LGV), refrigerants, penggunaan gas rumah tangga, hingga industrial burner (pemantik api dengan skala kebutuhan pabrik).
Hingga saat ini, Balitbang ESDM telah melakukan beberapa tahapan pengkajian DME. Yang terbaru, Balitbang ESDM telah selesai melakukan uji terap DME untuk rumah tangga di beberapa titik wilayah.
"Untuk rumah tangga, hasilnya ialah mudah dalam menyalakan kompor, stabilitas nyala api normal, mudah dalam pengendalian nyala api, warna api biru, meskipun waktu memasak lebih lama, 1,1 hingga 1,2 kali dari LPG," jelas Dadan.
Reporter: Athika Rahma
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)