Profil
Amwazi Idrus
Amwazi Idrus yang sebelumnya menjabat Kepala Pusat Komunikasi Publik dilantik menjadi Direktur Pengembangan Pemukiman Ditjen Cipta Karya di tahun 2010. Amwazi Idrus bersama 50 Pejabat Eselon IIA lainnya masuk dalam daftar rotasi pejabat oleh Menteri Pekerjaan Umum, selain untuk penyegaran, menambah wawasan serta pengalaman baru. Rotasi tersebut merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden No. 47 tahun 2009 tentang pembentukan organisasi Kementrian Negara. Kursi lama Ir. Amwazi Idrus M.Sc. sebagai Kepala Pusat Komunikasi Publik kemudian diisi oleh Ir. Waskito Pandu, M.Sc.
Saat pemberitaan tentang rencana pembangunan gedung baru DPR MPR RI sedang panas dibicarakan oleh kalangan anggota dewan, Amwazi Idrus menyatakan bahwa DPR mengirimkan surat permohonan audit konstruksi terhadap kondisi bangunan gedung DPR/MPR RI melalui surat Nomor HR.01/73/IX/2009 tanggal 15 September 2009 dan audit PU berupa pengamatan visual pada tanggal 2-4 Oktober 2009 telah dilaporkan secara resmi kepada DPR seminggu kemudian dimana di dalam hasil audit PU tidak menganjurkan DPR untuk melakukan pembangunan gedung baru. Amwazi Idrus menjelaskan bahwa untuk menjawab pertanyaan terkait kondisi dan kelayakan gedung DPR/MPR RI diperlukan destructive test, tetapi tes tersebut tidak dilakukan PU karena tidak adanya permintaan dari DPR, kesimpulan gedung DPR itu tidak layak huni dan harus dilakukan pembangunan gedung baru bukan kesimpulan dari analisis yang dibuat PU.
Untuk tahun 2012 ini Kementerian Pekerjaan Umum dimana Pengembangan Pemukiman termasuk di dalamnya tengah melanjutkan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) yang sudah dimulai sejak 2007. Dana APBN 2012 dialokasikan untuk penanggulangan kemiskinan di perdesaan melalui pengembangan insfrastruktur primer disesuaikan dengan kondisi desa terkait, sedangkan untuk rencana, desain dan juga sistem pembangunan juga diserahkan pada masing-masing wilayah. Dana APBN untuk tahun 2012 dianggarkan sebesar Rp850 miliar, dengan prioritas untuk penambahan di 3.000 desa.
Riset dan analisa oleh Eko Setiawan