Profil
Armijn Pane
Armijn Pane adalah seorang sastrawan angkatan Pujangga Baru. Ia juga merupakan salah satu tokoh pendiri majalah Pujangga Baru (1933). Armijn dilahirkan di Muara Sipongi (Sumatera Utara), 18 Agustus 1908 dan meninggal di Jakarta, 16 Februari 1970. Ia adalah adik sastrawan Sanusi Pane. Armijn mengenyam pendidikan di HIS dan ELS (Tanjung Balai, Sibolga dan Bukit Tinggi), STOVIA Jakarta (1923), NIAS Surabaya (1927), dan AMS-A Solo (tamat 1931).
Ia pernah menggeluti berbagai profesi, antara lain sebagai wartawan di Surabaya, guru taman siswa di Kediri, Malang dan Jakarta; Sekretaris dan redaktur Pujangga Baru (1933-1998); redaktur Balai Pustaka (1936); Ketua Bagian Kesusasteraan Pusat Kebudayaan (1942-1945); Sekretaris BMKN (1950-1955), dan redaktur majalah Indonesia (1948-1955).
Selain menulis puisi dan novel, Armijn Pane juga menulis kritik sastra. Berbagai tulisannya yang terbit pada Pujangga Baru, terutama di edisi-edisi awal menunjukkan wawasannya yang sangat luas. Apabila dibandingkan dengan beberapa kontributor lainnya seperti Sutan Takdir Alisjahbana dan saudara laki-lakinya Sanusi Pane, kemampuan menilai dan menimbang yang adil dan tidak terlalu terpengaruhi suasana pergerakan nasionalisme yang terutama di periode akhir Pujangga Baru menjadi sangat politis dan dikotomis.
Novelnya, Belenggu (1940), banyak mengundang perdebatan di kalangan pengamat dan penelaah sastra Indonesia. Karyanya yang lain: Jiwa Berjiwa (ks, 1939), Kort overzicht van de Moderne Indonesische literatuur (1949), Mencari Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia (1950), Jalan Sejarah Dunia (1952), Kisah Antara Manusia (kc, 1953), Jinak-Jinak Merpati (kd, 1953), Sanjak-Sanjak Muda Mr. Muhammad Yamin Ca, 1954), dan Gamelan Jiwa (kc, 1960). Terjemahannya: Tiongkok Zaman Baru, Sejarahnya: Abad ke-19 sampai Sekarang (1953), Membangun Hari Kedua (n Ilya Ehrenburg, 1956), dan Habis Gelap Terbitlah Terang (karya R.A. Kartini, 1968). Sadurannya: Ratna (d Hendrick Ibsen, Nora; 1943). Ia termasuk salah satu pendiri majalah Pujangga baru.
Prof. Dr. Teeuw menyatakan bahwa Armin Pane adalah pelopor angkatan '45. Dr. H.B. Jassin menilai bahwa bentuk prosa dan puisi Armijn Pane memperlihatkan gaya Impresionist. Sedangkan sastra angkatan '45 banyak menunjukkan gaya Ekspresionist. Gaya Impresionist banyak ditemukan terutama dalam sajak-sajaknya seperti novel Belenggu yang menurut H. B. Yassin merupakan karya sastra modern Indonesia yang pertama menggambarkan kehidupan kaum intelektual sebelum zaman perang kemerdekaan.
Pada novelnya yang bertajuk Belenggu memperlihatkan gaya romantisme, membangkitkan suasana dan perasaan yang mengalun dan bergantian dalam ritme yang terpola dengan suasana lain yang sendu bahkan cenderung sedih. Karya-karya Armin Pane memperlihatkan banyak pengaruh Noto Soeroto, Rabindranath Tagore, Dan Krisnamurti. Warna dan ritme kesusastraan Belanda pada abad ke-19 juga banyak mempengaruhi karya-karyanya.
Tahun 1969 Armijn Pane menerima Anugerah Seni dari pemerintah RI karena karya dan jasanya dalam bidang sastra. Pada bulan Februari 1970, beberapa bulan setelah menerima penghargaan tersebut, ia meninggal.
Oleh: Ratri Adityarani