Kebiasaan Rasulullah SAW Saat Berbuka Puasa, Berbuka dengan Makanan Manis
Ketahui kebenaran mengenai hadits yang menyebutkan berbuka dengan makanan manis, serta pelajari kebiasaan Rasulullah SAW saat berbuka puasa.

Setiap kali memasuki bulan Ramadhan, kita sering mendengar anjuran untuk mengawali berbuka puasa dengan makanan atau minuman manis. Banyak orang percaya bahwa hal ini merupakan sunnah yang berasal dari Rasulullah SAW. Namun, seberapa valid keyakinan ini dalam perspektif Islam?
Penting untuk memahami dengan benar tata cara berbuka puasa karena hal ini berhubungan langsung dengan kesempurnaan ibadah puasa kita. Berbuka puasa bukan hanya sekadar kegiatan untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan momen spiritual yang memiliki adab dan tata cara tertentu.
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai kebenaran hadits tentang berbuka dengan yang manis, meneliti kebiasaan Rasulullah SAW saat berbuka, dan memberikan panduan praktis untuk berbuka puasa yang sesuai dengan sunnah, sebagaimana yang telah dirangkum oleh Merdeka.com dari berbagai sumber, Kamis (30/1/2025).
Menyelidiki Kebenaran Hadits tentang Berbuka Puasa dengan Makanan Manis
Tradisi "berbuka dengan yang manis" telah menjadi bagian yang kuat dalam budaya masyarakat Muslim, terutama di Indonesia. Banyak orang percaya bahwa mengonsumsi makanan atau minuman manis saat berbuka merupakan anjuran langsung dari Rasulullah SAW.
Keyakinan ini telah mempengaruhi berbagai pilihan menu berbuka puasa di berbagai daerah, mulai dari es kelapa muda hingga kolak manis.
Namun, penting untuk menyelidiki lebih dalam mengenai kebenaran hadits yang berkaitan dengan berbuka puasa ini dan memahami tuntunan Rasulullah SAW yang sebenarnya.
Adakah Hadits Khusus Mengenai Berbuka dengan yang Manis?
Dalam penelusuran literatur hadits, tidak ditemukan satupun hadits yang secara khusus menganjurkan berbuka puasa dengan makanan manis.
Hadits yang ada adalah dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu yang menggambarkan kebiasaan Rasulullah SAW: "Rasulullah SAW berbuka dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab maka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr maka dengan beberapa teguk air." (HR. Ahmad, Abu Dawud)
Pendapat Ulama Mengenai Berbuka dengan yang Manis
Para ulama memiliki beragam pandangan terkait hadits ini. Beberapa ulama, seperti Al Hattab Ar Ru'aini dalam kitab Mawahibul Jalil, berpendapat bahwa pemilihan kurma sebagai makanan berbuka dikarenakan rasanya yang manis, yang mampu memulihkan energi serta membantu penglihatan yang mungkin terganggu akibat puasa.
Sementara itu, ulama lain seperti Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad dalam Bughyatul Mustarsyidin menegaskan bahwa berbuka dengan makanan manis selain kurma tidak termasuk dalam sunnah Rasulullah SAW.
Dari penelusuran ini, kita dapat menyimpulkan bahwa kepercayaan mengenai hadits berbuka dengan yang manis sebenarnya merupakan interpretasi dari kebiasaan Rasulullah SAW yang berbuka dengan kurma.
Meskipun kurma memiliki rasa manis dan memberikan manfaat kesehatan, tidak ada dalil khusus yang menganjurkan berbuka puasa dengan makanan manis secara umum.
Yang terpenting adalah mengikuti sunnah Rasulullah SAW dengan berbuka menggunakan kurma atau air putih, serta menghindari konsumsi makanan manis secara berlebihan yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Kebiasaan Khusus saat Berbuka Puasa Rasulullah SAW

Mempelajari kebiasaan Rasulullah SAW dalam berbuka puasa sangatlah penting bagi setiap Muslim.
Sebagai teladan terbaik, setiap aspek dari cara beliau berbuka puasa penuh dengan hikmah dan manfaat yang luar biasa, baik dari segi ibadah maupun kesehatan.
Dengan memahami dan mencontoh kebiasaan beliau, kita dapat meraih keberkahan serta manfaat maksimal dari ibadah puasa.
Urutan Prioritas dalam Berbuka
Sesuai dengan hadits-hadits yang sahih, Rasulullah SAW memiliki pola yang konsisten dalam berbuka puasa. Beliau selalu mengutamakan ruthab (kurma basah) sebagai pilihan pertama saat berbuka. Kurma basah memiliki tekstur lembut dan kandungan nutrisi yang optimal bagi tubuh yang baru selesai berpuasa. Kandungan glukosa dan fruktosa dalam ruthab dapat diserap tubuh dengan cepat untuk mengembalikan energi.
Apabila ruthab tidak tersedia, Rasulullah SAW beralih ke tamr (kurma kering) sebagai pilihan kedua. Meskipun telah melalui proses pengeringan, tamr tetap mempertahankan sebagian besar nutrisi dan mampu memberikan energi instan yang dibutuhkan tubuh. Kurma kering juga lebih praktis untuk disimpan dan memiliki daya tahan lebih lama, menjadikannya pilihan yang baik untuk berbuka.
Ketika kedua jenis kurma tersebut tidak tersedia, pilihan terakhir Rasulullah SAW adalah beberapa teguk air putih. Air putih berfungsi untuk menghidrasi tubuh secara optimal setelah berpuasa seharian. Cara minum yang diterapkan adalah perlahan dan tidak berlebihan, memberikan kesempatan bagi sistem pencernaan untuk beradaptasi secara bertahap.
Adab Berbuka yang Diajarkan Rasulullah SAW
Dalam proses berbuka puasa, Rasulullah SAW sangat memperhatikan adab dan tata cara yang baik. Beliau selalu menyegerakan berbuka ketika waktu telah tiba, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits shahih: "Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim).
Praktik ini tidak hanya bernilai ibadah tetapi juga membantu mencegah tubuh dari dehidrasi berlebihan. Sebelum berbuka, Rasulullah SAW selalu berdoa. Doa yang sering beliau ucapkan adalah "Allahumma laka shumtu wa 'ala rizqika aftartu" (Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka).
Momen berdoa sebelum berbuka merupakan waktu yang mustajab untuk memohon kepada Allah SWT, sekaligus sebagai ungkapan syukur atas nikmat menyelesaikan puasa. Kesederhanaan menjadi ciri khas dalam cara berbuka Rasulullah SAW.
Beliau tidak pernah berbuka dengan berlebihan atau terlalu banyak variasi makanan. Setelah mengonsumsi kurma atau air, biasanya beliau melaksanakan shalat Maghrib terlebih dahulu sebelum melanjutkan dengan makanan utama. Pola ini memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproses makanan secara bertahap dan optimal.
Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya berbagi saat berbuka puasa. Beliau sering berbuka bersama para sahabat dan tidak pernah menolak undangan berbuka. Bahkan dalam keadaan tidak memiliki makanan, beliau tetap berbuka dengan air dan tetap bersyukur. Praktik ini mengajarkan nilai-nilai sosial dan kesederhanaan dalam beribadah.
Kebiasaan berbuka puasa Rasulullah SAW meninggalkan pelajaran berharga bagi umatnya. Dari segi kesehatan, pola berbuka yang bertahap membantu sistem pencernaan beradaptasi dengan baik.
Dari segi spiritual, adab dan doa yang diajarkan mengingatkan kita bahwa berbuka bukan sekadar melepas lapar, tetapi juga merupakan momentum spiritual yang berharga. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam berbuka puasa akan membawa keberkahan dan manfaat optimal, baik untuk kesehatan fisik maupun rohani.
Tips Berbuka Puasa yang Sesuai dengan Sunnah

Melaksanakan ibadah puasa dengan baik memerlukan pemahaman yang mendalam serta penerapan yang tepat, terutama saat berbuka puasa.
Mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam berbuka puasa tidak hanya membawa keberkahan secara spiritual, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan yang signifikan.
Di bawah ini, terdapat panduan lengkap untuk berbuka puasa yang menggabungkan tuntunan syariat dengan prinsip kesehatan modern.
1. Pengaturan Waktu dan Porsi
Disiplin dalam mengatur waktu dan porsi makanan saat berbuka adalah kunci untuk mendapatkan manfaat maksimal dari ibadah puasa.
Rasulullah SAW mengajarkan agar kita segera berbuka ketika waktu tiba, tanpa menunda-nunda. Praktik ini tidak hanya bernilai ibadah, tetapi juga mencegah tubuh dari dehidrasi dan komplikasi kesehatan lainnya. Sebaiknya, mulailah berbuka dengan porsi kecil, seperti satu atau dua butir kurma dan beberapa teguk air putih.
Setelah itu, berikan jeda waktu sekitar 10-15 menit sebelum melanjutkan dengan makanan utama. Jeda ini memberi kesempatan bagi sistem pencernaan untuk beradaptasi secara perlahan, sehingga kita bisa menghindari rasa tidak nyaman akibat makan berlebihan.
2. Pemilihan Jenis Makanan
Pemilihan jenis makanan yang tepat saat berbuka sangat berpengaruh terhadap kualitas ibadah dan kesehatan kita. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW, sebaiknya prioritaskan kurma sebagai makanan berbuka.
Kurma mengandung glukosa alami yang mudah diserap oleh tubuh dan memberikan energi instan setelah berpuasa. Jika kurma tidak tersedia, dapat diganti dengan makanan manis alami seperti buah-buahan segar.
Untuk hidangan utama, pilihlah makanan yang mudah dicerna, seperti sup atau bubur. Hidangan berkuah hangat tidak hanya membantu menghidrasi tubuh tetapi juga memberikan nutrisi yang dibutuhkan.
Hindari makanan yang terlalu berminyak, pedas, atau asam karena dapat mengiritasi lambung. Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan kaya serat untuk mendukung proses pencernaan.
3. Teknik Berbuka yang Benar
Cara kita mengonsumsi makanan saat berbuka sama pentingnya dengan jenis makanan yang dipilih. Mulailah dengan membaca doa berbuka puasa dengan khusyuk. Ketika minum air putih, lakukan dengan perlahan dalam posisi duduk.
Hindari minum air es yang terlalu dingin, karena bisa mengejutkan sistem pencernaan yang telah beristirahat seharian. Kunyah makanan dengan perlahan, minimal 20-30 kali per suapan.
Praktik ini membantu pencernaan bekerja lebih efisien dan mencegah makan berlebihan dengan memberikan waktu bagi otak untuk memproses sinyal kenyang.
Pastikan untuk duduk dengan posisi yang baik dan fokus pada makanan, hindari makan sambil melakukan aktivitas lain atau berbicara berlebihan.
4. Memperhatikan Kebersihan dan Kualitas Makanan
Islam mengajarkan pentingnya kebersihan, termasuk dalam hal makanan. Pastikan semua bahan makanan dicuci bersih sebelum diolah. Jika membeli makanan dari luar, pilihlah penjual yang terpercaya dan memperhatikan kebersihan.
Simpan makanan pada suhu yang tepat dan hindari makanan yang telah terlalu lama terpapar suhu ruang. Kualitas makanan juga perlu diperhatikan. Pilih bahan makanan yang segar dan bergizi.
Kurma yang digunakan untuk berbuka sebaiknya dalam kondisi baik dan tidak rusak. Air yang diminum harus bersih dan sehat. Menjaga kualitas makanan tidak hanya menjamin kesehatan tetapi juga merupakan bentuk penghargaan terhadap nikmat Allah SWT.
5. Menyesuaikan dengan Kondisi Kesehatan
Setiap individu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda, sehingga perlu penyesuaian dalam menerapkan tips berbuka ini. Penderita diabetes harus lebih berhati-hati dengan asupan gula, termasuk saat mengonsumsi kurma.
Mereka yang memiliki masalah pencernaan mungkin perlu waktu lebih lama dalam fase adaptasi saat berbuka. Ibu hamil dan menyusui perlu memastikan asupan nutrisi yang cukup saat berbuka untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan bayinya.
Konsultasikan dengan ahli kesehatan untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Yang terpenting adalah tetap mengikuti prinsip dasar berbuka yang bertahap dan tidak berlebihan.