Menutup Aurat atau Membersihkan Hati, Buya Yahya Jelaskan Prioritas dalam Islam
Buya Yahya menjelaskan bahwa menjaga aurat sangat penting bagi perempuan untuk melindungi diri dari zina dan fitnah yang dapat merugikan.

Sebagai seorang Muslimah, mengenakan hijab adalah bagian dari kewajiban syariat yang harus dipatuhi. Hijab lebih dari sekadar kain penutup tubuh, ia mencakup niat, sikap, dan pandangan hidup. Dalam diskusi mengenai hal ini, sering kali muncul pertanyaan mengenai prioritas, apakah lebih penting untuk menutup aurat atau membersihkan hati terlebih dahulu?
Di satu sisi, menutup aurat yang terlihat secara fisik menunjukkan kekuatan, kesopanan, dan identitas sebagai seorang Muslim. Di sisi lain, masalah hati yang tidak terlihat juga sangat penting untuk menjaga niat dan tujuan hidup seseorang. Kedua aspek ini, meskipun tampak berbeda, saling berhubungan dan melengkapi satu sama lain dalam membentuk individu yang utuh.
Mengenai hal ini, Buya Yahya memberikan pandangannya tentang pentingnya hijab bagi perempuan. Ia menekankan bahwa menjaga aurat adalah kewajiban yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Menurutnya, masalah aurat berkaitan erat dengan perzinaan. Dosa besar, termasuk zina, masih dapat diampuni jika seseorang bertaubat dengan tulus.
Namun, perlu diingat bahwa perzinaan sering kali terjadi akibat tidak menutup aurat dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi seorang Muslimah untuk memahami bahwa menjaga aurat dan membersihkan hati adalah dua hal yang saling melengkapi dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam, dilansir Merdeka.com dari berbagai sumber pada, Jum'at(28/3/2025).
Membuka Aurat dapat Menjadi Langkah Awal menuju Perzinaan

Ketika seorang wanita mulai mengabaikan kewajibannya untuk menutupi aurat, maka ada kemungkinan besar untuk terjerumus ke dalam perilaku yang lebih negatif. "Zina adalah rendah, tapi dari mana perzinaan itu akan terlaksana? Di saat wanita sudah mulai membuka auratnya. Masa orang berzina enggak buka auratnya?," ujarnya.
Banyak yang berpendapat bahwa yang terpenting adalah hati, namun Buya Yahya menegaskan bahwa pandangan ini merupakan bentuk kesombongan. "Jangan meremehkan, lalu jangan berkata 'yang penting kan hatinya'. Oo ini orang paling sombong di dunia dan di akhirat, yang penting hatinya. Berarti dia kan merendahkan orang pakai kerudung, hatinya jelek," sambungnya.
Beliau juga menambahkan, "Makanya kalau ada wanita tidak bisa menutup auratnya, kok ngomong 'yang penting hatinya', puncak kesombongan. Kalau ada wanita yang belum bisa menutup aurat, terbuka tetapi mengatakan 'Ya Allah mudahkan saya untuk menutup aurat saya, ya Allah, selamet dia."
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang belum sempurna dalam menutup aurat, niat untuk berubah dan berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan adalah langkah yang benar. Fatwa-fatwa yang menyatakan bahwa menutup aurat bukanlah kewajiban sangatlah berbahaya. Beliau mengingatkan agar kita tidak mudah terpengaruh oleh pandangan yang keliru yang dapat menyesatkan diri sendiri dan keluarga.
Buya Yahya menjelaskan, "Tapi kalau sudah masuk wilayah sombong dan kalimat yang sering diperdengarkan adalah 'yang penting kan hatinya', Masya Allah, hatimu kayak apa? Ini masalah aurat. Tidak cukup dengan dirimu, anakmu. Aurat putra-putrimu. Jangan terbawa, jangan terpedaya dengan fatwa-fatwa picisan, dan itu salah, melanggar." Pesannya jelas, pentingnya menjaga aurat tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
Menjaga Kehormatan dan Kemuliaan Wanita sangatlah Penting

Menurut para ulama, menutup kepala tidaklah wajib. Ada contoh nyata yang menunjukkan hal ini, misalnya anak seorang tokoh. "Ketahuilah, Nabi Nuh punya Kan'an, Nabi Muhammad ada Abu Lahab, biarpun dari sanak kerabat dan keluarga, bukan jaminan, seperti itu," ucapnya. Buya Yahya juga menegaskan bahwa pelanggaran terhadap syariat yang terjadi di rumah-rumah para ahli ilmu dapat menjadi fitnah yang besar. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran keluarga, terutama orang tua, dalam mendidik dan mengingatkan anak-anak tentang pentingnya menjaga syariat Islam.
Namun, beliau juga mengingatkan bahwa kita tidak boleh langsung menyalahkan ulama atau orang tua, karena mungkin mereka sudah memberikan nasihat, tetapi tetap ada yang membangkang. "Misalnya mungkin sudah nasihati putri yang tak mau, bandel, mungkin istri hati-hati enggak mau. Bukankah Nabi Nuh punya istri juga nggak mau patuh kan?," jelasnya. Salah satu pesan utama dari Buya Yahya adalah pentingnya bagi wanita untuk menjaga kehormatan dan kemuliaannya dengan menutup aurat. "Saya kembalikan kehormatanmu, wanita, kehormatanmu, kemuliaan-mu. Jangan buka auratmu kecuali untuk yang halal untukmu," tuturnya.
Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh cara mereka menjaga aurat. Seseorang yang tidak menjaga aurat dengan baik berisiko terjerumus ke dalam perilaku yang lebih buruk. "Maka seorang wanita yang mau berzina dengan satu laki-laki sangat mudah berzina dengan 1000 laki-laki. Laki-laki yang pernah berzina dengan satu perempuan bisa saja berzina dengan 1000 wanita," sebutnya. Di akhir penjelasannya, Buya Yahya menekankan bahwa masalah perzinaan sering kali bukan hanya disebabkan oleh perilaku, tetapi juga oleh urusan syahwat atau nafsu yang tidak terjaga.
"Sebab apa? Urusannya bukan urusan wanitanya, urusannya syahwatnya, sahwatnya kebutuhan seperti orang lapar lalu makan. Di saat tidak ada itu maka, makan yang lainnya, itu adalah pezina," pungkasnya. Dengan demikian, penting bagi setiap individu untuk memahami dan menjaga syariat agar terhindar dari perilaku yang tidak diinginkan.