Sahur Terlambat, Bolehkah Makan di Pukul 5 Pagi? Cari Tahu Jawabannya!
Memahami hukum dan ketentuan mengenai sahur pada pukul 5 pagi akibat kesiangan sangat penting untuk memastikan keabsahan puasa yang akan dilakukan.

Selama bulan Ramadhan, banyak umat Muslim yang mempertanyakan apakah sahur masih diperbolehkan pada pukul 5 pagi akibat kesiangan. Pertanyaan ini muncul karena kesibukan yang terkadang membuat seseorang terlelap hingga melewatkan waktu sahur yang ideal. Dalam situasi ini, penting untuk mengetahui apakah sahur masih sah dilakukan ketika waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi.
Memahami hukum dan ketentuan mengenai sahur pada jam 5 pagi akibat kesiangan sangat penting untuk memastikan keabsahan puasa yang akan dijalankan. Terlebih lagi, perbedaan waktu subuh di berbagai wilayah menjadikan pemahaman yang tepat tentang batasan waktu sahur menjadi kunci utama dalam melaksanakan ibadah puasa dengan benar.
Artikel ini akan memberikan penjelasan terperinci bagi mereka yang pernah mengalami kesiangan dan bertanya-tanya mengenai sahur pada pukul 5 pagi. Penjelasan ini berdasarkan Al-Qur'an, hadits, dan pendapat para ulama. Dengan pemahaman yang komprehensif tentang bolehkah sahur jam 5 pagi karena kesiangan, diharapkan umat Muslim dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih baik dan sesuai dengan syariat.
Lebih lanjut, Merdeka.com telah merangkum penjelasan lengkap mengenai hal ini pada Kamis (30/1), yang bisa dijadikan panduan bagi umat Muslim dalam menjalankan sahur.
Sahur Merupakan Makanan yang Dikonsumsi Sebelum Berpuasa di bulan Ramadan

Sahur adalah salah satu sunnah yang sangat dianjurkan bagi mereka yang ingin melaksanakan ibadah puasa. Kegiatan makan dan minum saat sahur memiliki banyak keutamaan, yang telah dijelaskan dalam berbagai hadits Nabi Muhammad SAW.
Dalam sebuah riwayat, Anas bin Malik ra menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu mengandung keberkahan." Manfaat sahur tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga memberikan keuntungan praktis bagi orang yang berpuasa. Ibnu Abbas meriwayatkan sabda Nabi SAW yang menjelaskan bahwa sahur dapat memberikan energi untuk menjalani aktivitas di siang hari selama berpuasa.
Selain itu, sahur menjadi pembeda antara puasa umat Islam dengan puasa dari golongan lain. Pengakhiran waktu sahur juga merupakan anjuran yang memiliki nilai penting dalam Islam. Ini berdasarkan pada hadits yang menyatakan, "Segerakanlah berbuka dan akhirkanlah sahur." Namun, pengakhiran sahur ini tetap harus memperhatikan batasan waktu yang telah ditentukan dalam syariat.
Dengan demikian, sahur tidak hanya sekadar kegiatan makan dan minum, tetapi juga merupakan bagian dari ibadah yang memiliki makna mendalam. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk melaksanakan sahur agar kita dapat menjalani puasa dengan baik dan penuh keberkahan.
Batasan Waktu Sahur Menurut Syariat
Al-Qur'an secara tegas menjelaskan batasan waktu sahur dalam surah Al-Baqarah ayat 187. Dalam ayat tersebut, Allah SWT berfirman: "Wa kuluu wasyrabuu hattaa yatabayyana lakumul-khaitul-abyadu minal-khaitil-aswadi minal-fajri tsumma atimmush-shiyaama ilal-laili." Artinya: "Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam." Penjelasan ini menunjukkan bahwa waktu sahur berakhir saat fajar mulai terlihat. Di Indonesia, banyak orang mengenal istilah waktu imsak, yang biasanya ditetapkan sekitar 10 menit sebelum waktu subuh.
Imsak ini diterapkan sebagai langkah kehati-hatian agar puasa tidak terputus ketika adzan subuh berkumandang. Namun, perlu diingat bahwa imsak bukanlah batasan waktu sahur yang diatur dalam syariat Islam.
Waktu sahur yang sebenarnya berakhir saat terbitnya fajar shadiq, yang ditandai oleh cahaya putih yang muncul di ufuk timur. Hal ini juga diperkuat oleh hadits Anas bin Malik, yang menyebutkan bahwa jarak antara sahur dan shalat subuh bersama Rasulullah SAW adalah sekitar waktu membaca 50 ayat Al-Qur'an.
Hukum Sahur Setelah Waktu Subuh Tiba
Para ulama telah sepakat bahwa seseorang tidak diperbolehkan melanjutkan makan sahur setelah terbitnya fajar shadiq atau setelah berkumandangnya adzan subuh. Imam An-Nawawi menegaskan bahwa jika waktu subuh telah tiba dan masih ada makanan di mulut, maka makanan tersebut harus dikeluarkan agar puasa tetap sah.
Ada pengecualian dalam kondisi tertentu, seperti yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud. Hadits tersebut menyebutkan bahwa jika seseorang mendengar adzan dan masih ada makanan di tangannya, ia diperbolehkan untuk menyelesaikan makannya terlebih dahulu. Namun, ini harus dipahami dalam konteks adzan pertama pada masa Rasulullah SAW, bukan adzan yang menandakan masuknya waktu subuh.
Di era modern, khususnya di Indonesia, adzan yang berkumandang di masjid-masjid adalah adzan yang menandakan waktu subuh telah tiba. Oleh karena itu, ketika adzan subuh sudah berkumandang, sebaiknya segera menghentikan aktivitas makan dan minum untuk menjaga keabsahan puasa.