Profil
Djan Faridz
Djan Faridz dilahirkan di Jakarta dari pasangan Mohammad Djan dan Aisha Djan. Dia menempuh pendidikan pada sekolah SD St. Fransiskus lalu SMP Kanisius dan SMA Negeri 2 Jakarta (1966-1969). Setelah itu melanjutkan pendidikannya di Universitas Tarumanagara, dia lulus dengan gelar sarjana arsitektur
Usaha Faridz pertama adalah bengkel las, lama-kelamaan dia mulai menjual barang untuk bangunan. Pada 1996 Faridz mendirikan PT Dizamatra Powerindo, sebuah kontraktor swasta yang pernah digunakan Pertamina. Dia juga pernah bermain dalam usaha spekulasi tanah, dan pernah menjadi anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia.
Karir politiknya dimulai pada 2004,saat itu Faridz menjadi anggota Nahdlatul Ulama (NU). Baru pada 2009 dia menjadi bendahara NU cabang Jakarta. Di tahun yang sama Faridz terpilih sebagai wakil Jakarta di Dewan Perwakilan Daerah dengan mengumpulkan suara sebanyak 200.000, yang membuat dia menjadi kandidat nomor tiga. Sebagian besar dukungannya adalah dari NU dan pengusaha lain. Sebagai anggota DPD, dia mengutamakan pelestarian budaya Betawi dan meningkatkan kemampuan ekonomi Jakarta,dengan mengutamakan pasar tradisional.
Pada tanggal 17 Oktober 2011 dia terpilih sebagai menteri perumahan rakyat, yang kemudian membuat dia mengundurkan diri dari pemilihan Gubernur Jakarta. Karir politiknya makin merangkak. Pada 2011 dia terpilih sebagai kepala cabang NU di Jakarta sampai dengan tahun 2014. Sebagai menteri perumahan rakyat, dia mempunyai visi memberikan inspirasi, gagasan, dan tindakan yang tepat terhadap dinamika modernitas kehidupan dan atmosfir relijius bagi kehidupan Warga Jakarta dan kemajuan kota Jakarta.
Selain itu Djan mempunyai misi diantaranya mengembangkan rancangan kebijakan (perundangan) yang relevan untuk mengatur rancang bangun tata ruang perkotaan bagi Jakarta dalam kedudukannya sebagai Kota Internasional. Lalu pemanfaatan potensi sumber daya geografis dan sumber daya ekonomi bagi kemakmuran warga Jakarta. Dari sisi budaya dan ekonomi juga dia angkat melalui pengayoman warga Betawi mencakup atmosfir kehidupan religius, konservasi nilai budaya Betawi, dan potensi sosial ekonomi warga yang tangguh dan adaptif terhadap dinamika Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian nasional.
Riset dan analisis oleh Vizcardine Audinovic