Belajar dari Pepatah Bijak, Begini Cara Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum Hadapi Trump dengan Tenang
Taktik yang diterapkan Sheinbaum dalam menghadapi Trump dianggap efektif hingga saat ini.

"El que se enoja, pierde", yang berarti "Yang marah, kalah", adalah sebuah pepatah yang terkenal di Meksiko. Pepatah ini mungkin terlintas di benak Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dalam beberapa minggu terakhir, ketika ia berhasil mengatasi ketegangan dengan Amerika Serikat (AS). Terbaru, pada hari Senin (10/2/2025), Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa ia akan mengenakan tarif pada semua impor baja dan aluminium ke AS, yang tentu saja akan berdampak pada Meksiko serta negara-negara lain. Saat memberikan keterangan kepada wartawan pada briefing pagi harian, Sheinbaum menegaskan prinsip yang selalu ia pegang dalam berhadapan dengan pemerintahan Trump.
"Seperti yang saya katakan sebelumnya, kita harus tetap tenang dalam hal ini," ungkap Sheinbaum, sebagaimana dikutip dari CNN pada Kamis (13/2). Duncan Wood, Presiden dan CEO Pacific Council on International Policy yang berlokasi di Los Angeles serta seorang pakar dalam hubungan AS-Meksiko, menyatakan bahwa ini adalah "pendekatan yang terukur" yang telah "memberikan hasil positif" bagi Meksiko.
Seluruh dunia telah menyaksikan betapa sulitnya memenangkan pertarungan melawan Trump, seperti yang terlihat pada Januari lalu. Pemerintah Kolombia terpaksa mundur dengan memalukan setelah Presiden Gustavo Petro memblokir dua pesawat militer AS yang berusaha membawa imigran ilegal ke negara tersebut. Beberapa jam setelah Petro mengunggah cuitan di media sosial, di mana ia menyatakan, "Trump akan menghancurkan spesies manusia karena keserakahan", pejabat Kolombia akhirnya mengumumkan bahwa mereka akan menerima kembali imigran ilegal yang telah dideportasi. Berbeda dengan itu, Sheinbaum—seorang ilmuwan iklim berusia 62 tahun dan mantan wali kota Kota Meksiko yang menjadi presiden perempuan pertama Meksiko pada bulan Oktober lalu—tetap bersikap pragmatis dan tenang, setidaknya di hadapan publik, saat menghadapi provokasi dari Trump.
Sheinbaum tetap bersikap tenang

Pada hari setelah pelantikan Donald Trump, Claudia Sheinbaum mengungkapkan bahwa "penting untuk tetap tenang" ketika diminta memberikan tanggapan terhadap perintah eksekutif pertama yang dikeluarkan oleh presiden Amerika Serikat tersebut. Perintah itu mencakup penggantian nama Teluk Meksiko menjadi Teluk Amerika dan penetapan kartel sebagai organisasi teroris, yang dapat memungkinkan penggunaan kekuatan militer AS di wilayah Meksiko. Dalam konteks "tenang" tersebut, Sheinbaum merespons dengan nada sarkastis, menyatakan bahwa AS seharusnya disebut "America Mexicana". Ia juga menunjukkan peta dari tahun 1607 yang mencantumkan nama tersebut untuk kawasan yang kini menjadi bagian dari Amerika Serikat.
Ketika Trump mengancam untuk mengenakan tarif 25 persen terhadap semua barang impor dari Meksiko dan sebagian besar dari Kanada minggu lalu, pemerintahan Sheinbaum berhasil mencapai kesepakatan dengan AS untuk menunda penerapan tarif tersebut selama sebulan. Para analis menilai bahwa kesepakatan ini dicapai dengan sedikit konsesi dari pihak Meksiko. Dalam pengumuman penangguhan tarif, Trump menyatakan bahwa Sheinbaum telah sepakat untuk mengirimkan 10.000 anggota Garda Nasional Meksiko untuk melakukan patroli di perbatasan. Namun, langkah ini tidak dianggap sebagai konsesi besar seperti yang dipersepsikan oleh Trump, karena Meksiko sebelumnya sudah beberapa kali mengerahkan pasukan ke perbatasan. Di sisi lain, Sheinbaum menegaskan bahwa untuk pertama kalinya, AS setuju untuk berkolaborasi dalam mencegah masuknya senjata api berkaliber besar ke Meksiko. Kesepakatan ini merupakan sesuatu yang telah lama dicari oleh negara tersebut, bahkan sampai menuntut produsen senjata AS di pengadilan Amerika Serikat.
Sheinbaum layak mendapatkan pujian

Keberhasilan Sheinbaum menarik perhatian banyak pihak. Pengusaha terkaya di Meksiko, Carlos Slim, memberikan pujian terhadap negosiasi Sheinbaum dengan Trump pada hari Senin, mengungkapkan keyakinannya bahwa kedua pemimpin tersebut dapat mencapai kesepakatan yang menghindari penerapan tarif permanen. "Respon Sheinbaum sangat baik menurut saya. Bahkan sempurna," ungkap Slim. "Dia memiliki berbagai rencana, dari A hingga D, saya yakin dia sudah mempersiapkan setengah dari alfabet." Pendekatan Sheinbaum terhadap Trump juga mendapatkan apresiasi dari Kanselir Jerman, Olaf Scholz. "Presiden Meksiko adalah seorang politikus yang cerdas," kata Scholz setelah pertemuan para pemimpin Eropa baru-baru ini. "Dia menunjukkan ketenangan yang luar biasa."
Wood menambahkan bahwa Sheinbaum lebih siap dibandingkan banyak orang dalam menghadapi tantangan yang dihadapi saat berhadapan dengan Trump, dan tidak menutup kemungkinan bahwa dia belajar dari pengalaman pendahulunya. Saat mencalonkan diri dalam pemilihan presiden, Andres Manuel Lopez Obrador menulis sebuah buku kritis berjudul "Listen up, Trump". Namun, setelah menjabat sebagai presiden, Lopez Obrador membangun hubungan dengan presiden AS yang lebih dari sekadar hubungan kerja, bahkan digambarkan sebagai "pertemanan". "Dia memiliki pengalaman dan mengamati tindakan pemimpin lain," kata Wood. "Dia juga berkonsultasi dengan masyarakat Meksiko dan para elit untuk memastikan bahwa kekhawatiran mereka diperhatikan dan mendapatkan masukan yang berharga."
Salah satu pencapaian Sheinbaum, menurut Wood, adalah kemampuannya untuk melihat lebih jauh dari sekadar retorika Trump dan menerapkan strategi jangka panjang. Meskipun Sheinbaum cenderung tenang dalam merespons Trump, dia juga menunjukkan sikap tegas. Ketika pada 1 Februari Gedung Putih menyatakan bahwa pemerintah Meksiko memberikan tempat perlindungan bagi kartel, Sheinbaum langsung menunjukkan kemarahannya. "Kami menolak dengan tegas fitnah yang dilontarkan oleh Gedung Putih," tegas Sheinbaum pada hari itu. Dia juga menanggapi di X dengan menyatakan bahwa jika ada aliansi seperti itu, itu terjadi antara toko senjata di AS dan kelompok kriminal. Wood mengingatkan bahwa hubungan antara kedua negara tetangga ini tidak pernah sederhana, terutama selama masa kepresidenan Trump. "Meskipun banyak masalah dan tantangan yang ada, saya rasa kita telah melihat kedua negara ini semakin mendekat satu sama lain, meskipun hubungan ini jarang berjalan mulus. Biasanya, dua langkah maju diikuti satu langkah mundur," tambah Wood.