FOTO: Start Up China Produksi Daging Rekayasa Laboratorium, Begini Penampakannya
Daging tersebut bukan dibudidaya di peternakan, melainkan di laboratorium dengan memanfaatkan sel-sel hewan. Simak foto-fotonya!
Daging tersebut bukan dibudidaya di peternakan, melainkan di laboratorium dengan memanfaatkan sel-sel hewan.
FOTO: Start Up China Produksi Daging Rekayasa Laboratorium, Begini Penampakannya
Sebuah start up asal China, CellX memproduksi daging hasil rekayasa laboratorium. Daging tersebut dibudidaya di laboratorium dengan memanfaatkan sel-sel hewan.
Pada Rabu (9/8) lalu, CellX memperlihatkan sajian yang dimasak dari daging produksinya.
Berlokasi di sebuah kawasan industri di pinggiran Kota Shanghai, CellX menggelar uji rasa daging produksinya.
Dikutip dari Reuters, mereka menyajikan sate, kebab, dan tahu isi daging cincang hasil lab kepada para pejabat pemerintah, investor dan media.
CellX, yang didirikan pada 2020, merupakan salah satu dari segelintir pelopor dalam produksi daging laboratorium di China. Mereka bersaing dengan perusahaan luar lainnya untuk mengembangkan produk daging dan ikan hasil laboratorium. Mereka berharap dapat menarik konsumen yang peduli tentang dampak lingkungan dari peternakan, sumber utama emisi gas rumah kaca.
CEO CellX, Ziliang Yang mengungkapkan biaya daging hasil lab saat ini mencapai 100 dolar AS atau Rp1,5 juta untuk setiap 500 gram. "Biaya kami sekitar $100 per pon, tetapi pada saat kami meluncurkan secara komersial dalam dua atau tiga tahun, harganya bisa turun 10 kali lipat," kata Yang.
Biaya tersebut merupakan sebuah kemajuan signifikan apabila dibandingkan dengan biaya produksi daging buatan pada 2013 yang membutuhkan 330.000 dolar AS. Namun, biaya 100 dolar AS tersebut masih terbilang mahal jika dibandingkan dengan daging tradisional.
Leticia Goncalves, presiden makanan global di pedagang biji-bijian Archer-Daniels-Midland, mengungkapkan bahwa harga daging laboratorium harusnya 2,92 dolar AS untuk 500 gram, atau sekitar Rp44 ribu, agar bisa bersaing.
Sementara, CellX telah membuka fasilitas percontohan di Shanghai yang disebut dapat menghasilkan 'beberapa ton' daging budidaya dalam setahun. Fasilitas selanjutnya, untuk produksi komersial, diharapkan akan dibangun pada 2025 dan memiliki kapasitas produksi ratusan ton daging per tahun.
Singapura dan Amerika Serikat merupakan negara terdepan yang telah memberikan persetujuan terkait penjualan produk daging hasil laboratorium. CellX bernecana mengajukan izin penjualan di kedua negara tersebut tahun ini, dengan harapan bisa mulai menjual produknya, terutama ke restoran-restoran, pada 2025.