Ilmuwan Sebut Gundukan Raksasa Berbentuk Perahu Ini Terendam Air 5.000 Tahun Lalu, Waktu yang Sama dengan Kisah Kapal Nabi Nuh
Penemuan gundukan berbentuk perahu di dekat Gunung Ararat memicu kontroversi terkait kemungkinan fosil Bahtera Nuh.

Pada tahun 2023, klaim mengejutkan muncul dari sekelompok peneliti yang mengidentifikasi sebuah gundukan berbentuk perahu berusia 5.000 tahun di dekat Gunung Ararat, Turki, sebagai kemungkinan fosil Bahtera Nuh. Penemuan ini mengundang perhatian dunia, terutama di kalangan para pengikut kisah Alkitabiah. Menurut para peneliti, gundukan yang dikenal sebagai Formasi Durupinar ini memiliki bentuk dan ukuran yang menyerupai deskripsi Bahtera Nuh dalam kitab Kejadian.
Para peneliti mengklaim bahwa temuan material tanah liat, endapan laut, dan sisa-sisa makanan laut di lokasi tersebut memberikan bukti pendukung bagi kisah yang selama ini dianggap sebagai mitos. Mereka berargumen bahwa aktivitas manusia di daerah tersebut pada periode yang sama dengan banjir besar yang disebutkan dalam Alkitab, sekitar 5.000 tahun yang lalu atau pada periode Kalkolit, semakin memperkuat klaim mereka.
“Kami percaya bahwa temuan ini dapat memberikan wawasan baru tentang kisah Bahtera Nuh,” ujar salah satu peneliti yang terlibat dalam studi ini. Namun, pernyataan ini tidak lepas dari kontroversi yang melibatkan berbagai kalangan ilmiah.
Kontroversi di Balik Penemuan
Walaupun klaim ini menarik perhatian, banyak ahli arkeologi dan geolog menolak ide bahwa Formasi Durupinar adalah sisa-sisa kapal yang membatu. Mereka menegaskan bahwa struktur tersebut merupakan formasi geologi alami yang terbentuk oleh proses alamiah selama ribuan tahun. “Tidak ada bukti geologi yang mendukung terjadinya banjir global seperti yang digambarkan dalam teks-teks keagamaan,” kata seorang geolog terkemuka.
Para skeptis juga mencatat bahwa meskipun ada bukti banjir lokal di berbagai wilayah di dunia, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung terjadinya banjir global yang menenggelamkan seluruh bumi. Mereka berpendapat bahwa interpretasi yang terlalu jauh terhadap penemuan ini dapat menyesatkan publik dan mengaburkan pemahaman ilmiah tentang sejarah bumi.
Data dan Temuan Pendukung

Dalam analisis lebih lanjut, peneliti yang mendukung klaim ini menunjukkan bahwa ukuran dan proporsi gundukan tersebut sesuai dengan deskripsi Bahtera Nuh yang terdapat dalam kitab Kejadian. Mereka juga mencatat bahwa lokasi penemuan berada di area yang secara historis dianggap memiliki peran penting dalam kisah banjir besar.
Beberapa data yang dihasilkan dari penelitian ini meliputi:
- Material tanah liat yang ditemukan di lokasi.
- Endapan laut yang menunjukkan adanya kehidupan laut pada periode tersebut.
- Sisa-sisa makanan laut yang menunjukkan aktivitas manusia.
Penemuan ini menjadi subjek penelitian lebih lanjut, dengan beberapa tim ilmiah berencana untuk melakukan penggalian lebih mendalam untuk mencari bukti tambahan. Namun, para peneliti skeptis memperingatkan bahwa tanpa adanya bukti yang kuat dan terverifikasi, klaim ini tetap berada dalam ranah spekulasi.
Perdebatan Antara Kepercayaan dan Ilmu Pengetahuan
Kisah Bahtera Nuh telah menjadi subjek perdebatan antara kepercayaan religius dan bukti ilmiah selama berabad-abad. Penemuan terbaru ini hanya menambah lapisan kompleksitas pada diskusi yang telah berlangsung lama. Banyak orang berpegang pada keyakinan bahwa kisah tersebut adalah alegori spiritual, sementara yang lain berusaha mencari bukti fisik untuk mendukung narasi tersebut.
“Kita harus menghormati kepercayaan orang-orang, tetapi kita juga harus mengandalkan metode ilmiah untuk memahami sejarah kita,” ungkap seorang arkeolog senior. Meskipun ada perbedaan pendapat, satu hal yang pasti: kisah Bahtera Nuh tetap menjadi topik yang memicu rasa ingin tahu dan perdebatan di kalangan masyarakat.
Dengan banyaknya penelitian yang masih diperlukan, masa depan penemuan ini tetap tidak pasti. Namun, diskusi yang muncul dari klaim ini menunjukkan betapa mendalamnya hubungan antara kepercayaan, sejarah, dan ilmu pengetahuan.