Jurnalis AS digorok ISIS ingin pulang saat pernikahan adiknya

Merdeka.com - Pesan terakhir jurnalis asal Amerika Serikat James Foley, yang tewas dipenggal militan ISIS, kepada keluarganya telah diingat oleh sesama sandera. Ini seperti diungkapkan koran the Mail on Sunday.

Wartawan foto asal Denmark Daniel Rye Ottosen, 25 tahun, menghabiskan waktu selama 13 bulan dipenjara bersama Foley dan susah payah mengingat surat terakhirnya yang panjang, di mana Foley berbicara tentang bagaimana mudah-mudahan dia bisa dibebaskan pada waktunya untuk merayakan pernikahan adiknya tahun depan, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Ahad  (24/8).

Ketika Ottosen dibebaskan pada Juni lalu, panggilan pertamanya adalah untuk ibu Foley, Diane, ketika dia mendiktekan surat panjang kepadanya

Tindakan dan keberaniannya diungkapkan oleh pria sudah menjadi rohaniwan keluarga Foley selama 30 tahun, Pastor Marc Montminy. "Jim tidak pernah diizinkan untuk mengirim surat seperti sandera lainnya karena dia adalah seorang Amerika. Jim memberikan surat itu kepada sesama sandera asal Denmark dan dia hafal itu."

"Jim menyebutkan setiap anggota keluarga dan betapa dia mencintai mereka. Dia menyebutkan ibunya, ayahnya dan neneknya, yang sangat dekat dengan dia," kata Pastor Montminy.

"Dia menyebutkan saudara-saudaranya dan saudara-saudara perempuannya dan keponakan-keponakannya," jelas dia. "Dia (Foley) bilang dia mencintai mereka semua dan dia tahu mereka mencintainya dan berdoa untuk dia dan berjuang untuk pembebasannya. Dia berakhir dengan catatan berharap dirinya akan berada di sana untuk pernikahan Katie (adik Foley)."

Diane terbang ke Kopenhagen beberapa pekan sebelum anaknya dieksekusi untuk bertemu dengan Ottosen. Ini menurut situs berita tempat Foley bekerja, yang berbasis di Boston, ketika dia diculik pada bulan November 2012.

Phil Balboni, CEO dari GlobalPost, menceritakan bagaimana Diane mengembangkan 'ikatan yang erat' dengan keluarga sandera lainnya masih ditawan dan bertemu dengan sandera lain yang sudah dibebaskan, seperti dari Prancis dan Spanyol, yang selama ini ditawan oleh kelompok yang sama yakni jihadis dari Inggris yang dijuluki The Beatles.

"Dia (Diane) pergi ke Kopenhagen untuk bertemu dengan wartawan Denmark yang hafal surat itu. Dia memberikan rincian baru saat bersama-sama dengan Jim. Semua sandera yang dibebaskan berbicara tentang keberanian Jim. Dia menjadi sasaran yang penyiksaan paling berat karena dia warga Amerika, tetapi mereka tidak pernah mematahkan semangat Jim," ujar Balboni. 

"Diane telah menjadi sangat dekat dengan keluarga sandera dari Barat lainnya yang masih ditawan. Mereka berbagi ikatan khusus dan sangat dekat," lanjut dia. (mdk/fas)