Siku dan Bahu Manusia Hasil Evolusi dari Primata yang Hidup di Pohon, Berfungsi sebagai 'Rem'
Siku dan bahu berfungsi sebagai 'rem', ketika primata aktif memanjat pohon.
Siku dan Bahu Manusia Hasil Evolusi dari Primata yang Hidup di Pohon, Berfungsi sebagai 'Rem'
Siku dan Bahu Manusia Hasil Evolusi dari Primata yang Hidup di Pohon, Berfungsi sebagai 'Rem'
Manusia modern seringkali tidak menyadari bahwa banyak karakteristik fisik yang dimiliki oleh manusia dewasa ini adalah hasil dari evolusi dari nenek moyang primata kita yang hidup di pepohonan. Salah satu karakteristik yang mencolok adalah fleksibilitas pada siku dan bahu manusia, yang memungkinkan kita untuk melakukan berbagai aktivitas seperti mengangkat benda di atas kepala atau melemparkan bola.
Baru-baru ini, sebuah penelitian menarik mengungkapkan bahwa fleksibilitas ini mungkin berevolusi sebagai mekanisme alami pengereman saat nenek moyang kita masih aktif mendaki pohon-pohon.
-
Bagaimana manusia dan simpanse berevolusi? Nenek moyang yang sudah punah ini perlahan berevolusi seiring waktu dan akhirnya memunculkan dua spesies yang kita sebut Homo sapien dan simpanse.
-
Apa yang dipelajari manusia purba dari tubuh hewan? Salah satunya adalah mempersiapkan tubuh hewan untuk dimakan yang mungkin memunculkan perhatian terhadap struktur tubuh. Selain itu, organ hewan digunakan untuk ramalan dan praktik magis yang juga dapat memberikan wawasan tentang struktur tubuh.
-
Bagaimana hewan purba ini berevolusi? Selama era Ledakan Kambrium, beberapa hewan berevolusi untuk dapat membuat kerangka luarnya sendiri, suatu proses yang dikenal sebagai sklerotisasi.
-
Apa yang dibuat oleh spesies pra-manusia? Perkakas batu zaman prasejarah yang dibuat manusia purba ternyata telah ada jauh sebelumnya. Menurut penemuan baru, perkakas ini dibuat oleh spesies yang mendahului garis keturunan Homo, yang berarti manusia bukanlah yang pertama membuat perkakas batu tersebut.
-
Mengapa manusia purba mempelajari anatomi tubuh? Bagaimanapun, penelitian tersebut menunjukkan bahwa manusia selalu memiliki rasa ingin tahu tentang apa yang ada di dalam tubuh dan berbagai aktivitas mereka mungkin telah membantu dalam memahami anatomi.
-
Apa hubungan evolusi manusia dengan simpanse? Cara lebih baik untuk memahami evolusi--terutama evolusi manusia--adalah kita merupakan sepupu simpanse dan kera besar lainnya, bukan keturunannya. Dalam Pohon Silsilah Kehidupan, ranting kita terpisah dari simpanse selama jutaan tahun.
Simpanse dan Monyet Mangabey
Para ilmuwan yang melakukan penelitian ini memutuskan untuk mengamati perilaku simpanse dan monyet mangabey berbulu hitam, yang merupakan primata yang lebih jauh terkait dengan manusia dan simpanse, saat mereka mendaki dan turun dari pohon di alam liar. Observasi mereka mengungkapkan perbedaan menarik dalam teknik dari pohon antara kedua spesies ini.
Namun, temuan yang lebih menarik adalah bahwa fleksibilitas ini telah hadir pada saat terakhir nenek moyang bersama antara manusia dan simpanse, meskipun setelah kera dan monyet berpisah dalam pohon evolusi. Fleksibilitas ini kemungkinan memberikan keuntungan evolusioner pada aktivitas-aktivitas yang memerlukan gerakan khusus seperti mengumpulkan makanan, berburu, dan membela diri.
Sumber: Live Science
Selain itu, penelitian ini juga memberikan kontribusi baru dalam pemahaman kita tentang perilaku primata saat turun dari pohon. Sebelumnya, penelitian ilmiah lebih fokus pada saat primata memanjat pohon, dan ini merupakan kali pertama peneliti secara ekstensif mempelajari bagaimana primata, seperti simpanse, turun dari pohon secara rinci.
Untuk mendukung temuan ini, para peneliti juga menganalisis sendi-sendi di tengkorak simpanse yang ada dalam koleksi museum. Hasil analisis menunjukkan bahwa sudut bahu simpanse mengalami perubahan 14 derajat lebih besar ketika mereka turun daripada ketika mereka memanjat. Lengan mereka juga memanjang keluar pada siku sekitar 34 derajat lebih banyak ketika turun dari pohon. Perubahan dalam gerakan ini tidak hanya membantu simpanse melambatkan gaya gravitasi, tetapi juga memungkinkan mereka untuk berhenti dengan aman, menghemat energi yang diperlukan saat turun.
"Simpanse dapat keluar dari pohon dan turun tanpa harus menjaga otot bahu dan siku mereka tetap tegang, yang menghasilkan banyak energi. Sebagai manusia, pengenalan rentang gerakan yang lebih besar ini memiliki banyak manfaat, seperti memungkinkan kita mengangkat tangan di atas kepala atau melemparkan bola. Gerakan ini adalah warisan dari tekanan evolusi pada nenek moyang kita, yang memberi kita kemampuan untuk melakukan banyak hal," jelas Mary Joy, salah satu penulis studi.
Dengan temuan ini, kita semakin memahami bagaimana evolusi telah membentuk tubuh manusia dan memberikan kita kemampuan-kemampuan unik yang dimiliki oleh nenek moyang kita yang pernah hidup di pepohonan. Fleksibilitas pada siku dan bahu kita bukan hanya sebuah ciri fisik, tetapi juga merupakan jejak sejarah evolusi yang memungkinkan kita untuk beraktivitas dengan lebih efisien dan variatif.Sumber: Live Science