Profil
Emily Elizabeth Dickinson
Lahir dengan nama Emily Elizabeth Dickinson, Emily Dickinson adalah seorang penyair dan penulis yang terkenal dengan tulisannya yang banyak membawa tema kematian dan kehidupan. Lahi dari keluarga Puritan yang alim, Emily tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang sopan dan memiliki bakat musik, terutama piano. Emily dididik menjadi seorang wanita yang konvensional dan banyak mendapat pelajaran tentang sastra klasik.
Pada 1840, Emily masuk ke Amherst Academy, sekolah yang dibangun oleh kakeknya, bersamaan dengan adik perempuannya, Lavinia. Selama 7 tahun bersekolah di Amherst Academy, Emily belajar sastra klasik dan bahasa Inggris. Selain itu, penyair yang banyak menuangkan pengalaman pahitnya ke dalam tulisan ini juga belajar bahasa Latin, botani, geologi, sejarah, filosofi, dan aritmatika.
Emily banyak melihat masa remaja sebagai masa-masa sulit yang mana dia harus memahami arti kehidupan dan kematian. Kehilangan banyak kerabat dekatnya. Berkali-kali mengalami trauma akan kehilangan saudara, teman, dan kerabatnya, Emily mengalami depresi dan harus tinggal bersama familinya di Boston.
Setelah selesai dengan studinya, Emily bertemu dengan Benjamin Franklin Newton. Dari Newton lah, Emily menemukan tulisan-tulisan dari William Wordsworth dan Ralph Waldo Emerson yang banyak mempengaruhi gaya menulis puisinya. Selain itu, Emily juga banyak membaca karya-karya sastra klasik lainnya seperti Jane Eyre (Charlotte Bronte), Letters from New York (Lydia Maria Child), Kavanagh (Henry Wadsworth Longfellow) dan tulisan-tulisan William Shakespeare.
Pada periode 1850an, Emily kembali diserang depresi akibat kehilangan orang-orang yang disayanginya. Dengan meninggalnya Leonard Humphrey, temannya yang menjabat sebagai kepala sekolah di Amherst Academy, Emily kembali harus mengalami trauma akibat kematian. Pada akhir tahun 1850an dan awal tahun 1860an, Emily mundur dari pergaulan sosial dan menulis sejumlah puisi yang dikenal hingga kini.
Emily Dickinson melanjutkan karirnya sebagai seorang penulis dan penyair di tengah depresi dan trauma yang dialaminya. Pertemuannya dengan Thomas Wentworth Higginson, seorang kritik sastra, memberikannya dukungan moral untuk tetap menulis hingga tahun 1870an. Pada tahun 1874, ayahnya meninggal akibat stroke. Tahun berikutnya, Ibunya mengalami kelumpuhan dan kehilangan ingatan.
Emily menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menulis sembari menunggu ibunya. Setelah kematian ayahnya, Emily menjalin hubungan dekat dengan Otis Phillips Lord. Pada tahun 1882, Emily kehilangan Charles Wadsworth yang meninggal akibat sakit parah dan Ibunya, Emily Norcross. Dua tahun kemudian, pada tahun 1884, Lord meninggal dunia, memperburuk keadaan Emily.
Keadaan psikologis yang lemah dan kehilangan orang-orang yang disayanginya membuat Emily jatuh sakit pada tahun 1885. Keadaannya tak kunjung membaik dan akhirnya, pada tahun 1886, penyair berbakat ini meninggalkan dunia untuk selamanya.
Riset dan Analisis: Mamor Adi Pradhana