Seorang pengrajin saat menenun kain ikat Gunung Mako di Sebanjar, Desa Ternate, Alor Barat Laut, Alor, NTT (6/10). Tenun ikat Gunung Mako merupakan salah satu ciri khas kebudayaan Alor yang telah cukup dikenal masyarakat lokal hingga mancanegara. Pembuatan tenun ikat masih dilakukan secara tradisional, maka wajar saja untuk satu kain membutuhkan waktu 2-3 bulan pengerjaan.
Melihat lebih dekat proses pembuatan tenun ikat Gunung Mako
Alor
Pembuatan tenun ikat Gunung Mako diawali dengan pemilihan kapas yang kemudian diolah menjadi benang.
Seorang pengrajin menunjukkan kapas yang baru dipetik di kebun sekitar rumah produksi.
Seorang pengrajin membersihkan biji kapas dengan alat tradisional yang biasa disebut Peneha.
Seorang pengrajin menghaluskan kapas yang telah dipisahkan dari biji, proses ini dikenal dengan Benuhu.
Setelah dihaluskan, kapas digulung melalui proses yang biasa disebut Penolo dan kemudian dipintal menjadi benang atau disebut Fidelelu.
Proses pengolahan kapas menjadi benang hingga pewarnaan membutuhkan waktu hingga 1 bulan, tergantung warna dan motif.
Tumbuhan Kolong Susu berada di tengah jenis tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan pewarna dari darat. Kolong Susu digunakan pengrajin sebagai campuran air dan garam untuk membersihkan benang kapas sebelum proses pewarnaan.
Berbagai bahan dasar pewarna yang berasal dari laut, seperti teripang, tinta cumi-cumi, cacing, dan rumput laut.
Benang kapas yang telah melalui proses pewarnaan dasar kemudian diikat sebelum pencelupan warna motif.
Seorang pengrajin saat menenun kain ikat Gunung Mako di Sebanjar, Desa Ternate, Alor Barat Laut, Alor, NTT (6/10).
Seorang pengrajin saat menenun kain ikat Gunung Mako di Sebanjar, Desa Ternate, Alor Barat Laut, Alor, NTT (6/10).
Berbagai jenis tenun ikat Gunung Mako di Sebanjar, Desa Ternate, Alor Barat Laut, Alor, NTT (6/10).
Berbagai bahan dasar warna dan jenis tenun ikat Gunung Mako di Sebanjar, Desa Ternate, Alor Barat Laut, Alor, NTT (6/10).
Berbagai jenis tenun ikat Gunung Mako di Sebanjar, Desa Ternate, Alor Barat Laut, Alor, NTT (6/10).
Rumah produksi tenun ikat Gunung Mako tampak dari depan.
Wayang beber mungkin tidak sepopuler wayang kulit, tetapi sebenarnya ia merupakan pendahulu dari seni pertunjukan wayang kulit yang kita kenal sekarang.
Baca SelengkapnyaPotensi besar pariwisata ramah muslim di Indonesia terus berkembang pesat, dengan nilai belanja yang melampaui USD 200 miliar.
Baca SelengkapnyaJumlah ini turun sebesar 4,53 persen dibandingkan Agustus 2024 month-to-month (m-to-m).
Baca SelengkapnyaDaya tarik Merauke sebagai titik nol kilometer Indonesia ini ada di monumen kapsul, Taman Nasional Wasur, rumah rayap raksasa dan kuliner Sagu Sep yang dibakar.
Baca SelengkapnyaMenurut BRIN, Mamuju memiliki paparan radiasi tertinggi setelah Iran, China, Brazil dan India. Paparan radiasi ini bahkan bisa sampai masuk ke dalam rumah.
Baca SelengkapnyaTerhitung 8 bulan berjalan, pungutan wisatawan asing telah menembus angka Rp264 miliar.
Baca SelengkapnyaSaat ada sambal seruit, seluruh anggota sanak saudara yang jauh akan langsung datang untuk makan bersama.
Baca SelengkapnyaObjek wisata ini wajib dikunjungi saat liburan ke Malang
Baca SelengkapnyaPemandangan alam Pantai Nemberala adalah hiburan sejati yang tak tertandingi iming-imong layar ponsel atau hiburan digital lainnya.
Baca SelengkapnyaDi dalam perut ikan itu, ditemukan potongan tangan manusia yang masih memakai pakaian selam
Baca SelengkapnyaTanggal 2 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Batik Nasional sebagai salah satu momen bersejarah dan penting untuk dilakukan.
Baca SelengkapnyaKampung Seni Kujon merupakan proyek strategis nasional yang tengah dikerjakan BUMN konstruksi ini untuk mendukung destinasi super prioritas di Borobudur.
Baca Selengkapnya