Tahun 2024 Masih Takut Minum Jamu? Wajib Coba Moe Djamoe, Dijamin Ketagihan!
Kini hadir Moe Djamoe yang langsung jadi favorit semua kalangan, berkat variasi dan rasa yang lebih segar.
Bagi sebagian orang, jamu dikenal berkat khasiatnya yang baik buat kesehatan, namun cita rasanya kurang disukai karena cenderung pahit. Tapi itu dulu, kini hadir Moe Djamoe yang langsung jadi favorit semua kalangan, berkat variasi dan rasa yang lebih segar.
Dihadang Tantangan Sejak Awal
Dikembangkan oleh Eka, usaha kuliner yang berlokasi di Malang ini berawal dari kebiasaan keluarga yang sering mengkonsumsi jamu herbal, terlebih saat sakit.
-
Kenapa orang minum jamu? Mengkonsumsi jamu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi budaya lokal di Indonesia. Selain sebagai cara menjaga kesehatan, minum jamu juga merupakan warisan leluhur yang terus dijaga hingga kini.
-
Siapa yang boleh minum jamu? Jamu, sebagai warisan tradisional Indonesia, telah memperoleh pengakuan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) sebagai bentuk pengobatan tradisional yang dapat diakui secara klinis.
-
Kenapa Jamu Bang Adut banyak diminati? Mereka rata-rata juga memilih meminum jamunya di lokasi, sesuai peruntukannya untuk penyembuhan penyakit.
-
Apa itu jamu tradisional? Jamu, sebagai minuman herbal tradisional, telah digunakan selama berabad-abad oleh masyarakat Indonesia untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
-
Bagaimana rasa jamu herbal ini? Jamu rempah ini memiliki rasa yang hangat, manis, dan sedikit pedas, sangat cocok dinikmati dalam keadaan hangat untuk menjaga kesehatan tubuh.
-
Kapan jamu harus diminum? Nikmati jamu kunci sirih selagi hangat, atau tambahkan es jika ingin dinikmati dalam keadaan dingin.
Sayangnya, proses pengolahan yang sulit dianggap kurang sebanding dengan harga jual yang rendah. Eka pun memutuskan untuk mengangkat kreasi minuman buatan sang Mama dengan brand Moe Djamoe di tahun 2016.
“Waktu mengawali Moe Djamoe itu trennya jualan thai tea, matcha, es tea. Banyak yang mencibir dan mempertanyakan mana laku. Ternyata antusiasnya luar biasa pada saat bazar, stok di kulkas sampai habis terus karena diburu pembeli,”
jelas sang owner yang menyebutkan momen tersebut merupakan pengalaman paling dikenang.
Awal berjualan, Eka hanya mempromosikan produknya lewat media sosial, sambil mengamati target pasarnya. Sang owner Moe Djamoe pun mengenang perjuangannya bersama sang istri saat mengirimkan minuman jamu dalam styrofoam seberat 22 kilogram.
“Hampir setiap hari, berdua menaiki motor dari pagi hingga sore hari. Dirasa modalnya cukup, kami berusaha mematenkan merk produk dan mencoba mencari ijin IRT. Lalu kami ikut momen bazar di mal-mal dan antusiasnya bagus, kami berusaha memberanikan diri untuk membuka outlet,” kenang Eka.
Sempat membuka 4 Outlet offline dengan 8 Karyawan, Moe Djamoe terpaksa menutup semuanya saat pandemi.
Pandemi Menjadi Tantangan Terbesar Moe Djamoe
“Ini adalah pengalaman terbawah dalam bisnis ini. Kami jualan offline dan rame dengan memberikan tester pada pelanggan. Tapi saat pandemi, mal semua tutup karena tidak ada pengunjung,"
ungkap Eka.
Tak rela usaha rumahan yang dirintisnya sejak tahun 2016 itu padam, kini Eka mengandalkan penjualan online.
“Setelah Covid, semua usaha lesu dan untuk mulai bangkit kembali tantangan terbesar adalah promosi,” ungkapnya. Selain tetap menjaga kualitas rasa dan aktif di berbagai media sosial, Eka kini giat mencari reseller, terutama di Jawa Timur, agar Moe Djamoe dapat berkembang lebih besar.
Moe Djamoe Kini Bisa Dikirim ke Luar Kota
Awalnya, Moe Djamoe memiliki 5 varian yaitu Kunir Madu, Kunir Asem, Beras Kencur, Curjasem, dan Cengkeh Serai. Kini makin beragam dengan tambahan varian Kunci Sirih dan Temulang (Temulawak mix Alang-Alang).
Dikemas dalam botol plastik 500ml, masing-masing minuman dibanderol dengan harga Rp15-35 ribu.
Dibuat dengan menggunakan gula batu asli, kecuali varian Kunir Madu yang menggunakan madu asli, bahkan kini ada versi less sugar untuk mereka yang sedang membatasi asupan gula.
“Moe Djamoe diolah langsung dari rimpangnya. Setelah dicuci bersih, langsung direbus. Tidak memakai bubuk kering, karena biasanya ada bahan campuran dan saya tidak mau itu,” jelas Eka yang menyebutkan Moe Djamoe bisa disimpan 8-10jam di suhu ruang atau 2 minggu di dalam kulkas.
Bukan hanya dipasarkan di Malang, Moe Djamoe juga pernah dikirim ke Surabaya hingga Jakarta dalam keadaan frozen. Sebagai owner, ada beberapa harapan yang ingin Eka capai untuk usaha kuliner rumahannya. Selain memiliki banyak seller dan berkembang lebih luas di Indonesia, ia pun sedang menjajaki pembuatan variasi jamu bubuk atau kering.
Penasaran dengan Moe Djamoe yang katanya bisa bikin ketagihan? Semua varian rasanya mudah didapat dengan order di ManisdanSedap.com yang praktis dan bebas biaya layanan. Yuk, pesan sekarang juga!
Penulis: Ira Ima Diyanti