Belajar dari Mang Enjang, Penjual Kue Cubit di Bogor yang Naik Kelas Berkat Media Sosial
Berkat media sosial kue cubitnya jadi naik kelas dan pelanggan berdatangan
Berkat media sosial kue cubitnya jadi naik kelas dan pelanggan berdatangan
Belajar dari Mang Enjang, Penjual Kue Cubit di Bogor yang Naik Kelas Berkat Media Sosial
Seorang penjual kue cubit di Jalan Mandala Raya, Cimandala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor berhasil naik kelas berkat media sosial. Ia diketahui memanfaatkan platform digital sebagai media promosi sejak dua tahun terakhir.
-
Siapa ibu rumah tangga di Bogor yang sukses berbisnis kue? Perempuan bernama Windhy Arisanty itu rupanya bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah hanya dari berjualan kue.
-
Siapa yang sukses jual cireng? Seorang gadis 20 tahun di Bogor, Jawa Barat, membuat langkah besar dalam hidupnya dengan cara berjualan cireng di gerobak pinggir jalan. Ia rela mengesampingkan ego demi meringankan beban orang tua.
-
Siapa yang sukses jual emping melinjo? Kisah sopir angkot di Kampung Sindangsono Sibango, Kelurahan Sindangsari, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten, Lebak, patut diteladani.
-
Apa yang membuat penjual jagung istimewa? Lebih lanjut, mereka penasaran disimpan dimana uang puluhan juta tersebut. Mengingat nominal tabungan bocah ini cukup besar bila disimpan di rumah. Bocah tersebut mengatakan tabungannya telah disimpan di bank.
-
Bagaimana Windhy bisa sukses jual kue di Bogor? Dirinya berbagi kunci mengapa usahanya bisa terus bertahan sejak 2019 lalu.
-
Siapa pemilik usaha kue cubit di Depok? Reva Fauziah berbagi kisah inspiratifnya saat mendirikan usaha kue cubit custom beberapa tahun lalu. Ketika itu dirinya iseng mencoba untuk berjualan makanan setelah keluar dari pekerjaannya di perusahaan asuransi.
Penggunaan media sosial disebut mampu meningkatkan penjualan, bahkan dirinya kini tak lagi harus berkeliling karena pembeli berdatangan. Kemudian, penjual yang karib disapa Mang Enjang itu juga melakukan inovasi-inovasi lain secara otodidak sehingga produknya berbeda dari kebanyakan kue cubit.
Mang Enjang sebelumnya berjualan kue cubit sejak 2002, dengan serentetan kegagalan dan kerugian yang ia rasakan selama merintis hingga sekarang memiliki kedai usaha sendiri, berikut kisah inspiratifnya.
Sempat Terjebak di Kue Cubit Pada Umumnya
Dikisahkan Mang Enjang dalam kanal YouTube Halo Bos yang dilansir Merdeka, Kamis (29/2), sebelumnya banyak ditemui rintangan dan ujian selama menjual camilan legit itu.
Ia dahulu sempat terjebak di kue cubit pada umumnya, alias tidak melakukan inovasi dan hanya sebatas berjualan. Berbagai cara juga sudah dilakukan, mulai dari tak menaikan harga sampai berkeliling ke banyak tempat.
“Karena dulu belum punya langganan sama belum dikenal, mungkin Mang Enjang juga agak malu-malu untuk masarin jadi dulu pernah sampai maghrib itu belum habis, dan mencoba terus bertahan karena tidak ada penghasilan lain. Ya hanya jual original aja, dengan harga Rp50 per biji tahun 2002 itu,” terangnya
Mencoba Berinovasi dengan Rasa namun Gagal
Tak ingin berlarut-larut dalam kondisi itu, Mang Enjang kemudian mencari berbagai inspirasi untuk inovasi kue cubitnya. Saat itu, ia sempat disarankan oleh pembeli untuk menambah rasa green tea namun rupanya tak semudah yang dikira.
Ia kesulitan mencari bahan, setelah mendapatkannya dan mencoba menjualnya berujung kegagalan. Rasanya tidak pas, dan kurang peminatnya. Namun yang dipegangnya hanya satu, yakni tak boleh menyerah.
“Dari percobaan itu banyak gagalnya, gagal gak jual, gagal gak jual, gagal gak jual, sampai akhirnya setelah beberapa kali mencoba menemukan rasa yang tepat dan kena di pasaran,” terang penjual ramah bertopi itu.
Hadirkan Banyak Varian Kue Cubit
Dengan adanya media sosial membuat dirinya banyak mendapat inspirasi. Mang Enjang kemudian mencoba berbagai varian lainnya untuk menambah jumlah menu rasa di kue cubit yang ia jual.
Saat ini dirinya sudah memiliki beberapa rasa, mulai dari original, cokelat, red velvet, talas, green tea dan lainnya. Kue cubit miliknya kini berhasil naik kelas karena banyak diburu bukan hanya anak-anak, namun juga remaja dan dewasa.
“Awalnya hanya cokelat dan green tea, lalu dirasa enak karena nyoklat banget, terus nambah lagi rasa. Dan mulai 2015 ada lebih dari 10 varian, ada original, cokelat, tiramisu, taro bubble gum, peppermint, leci sampai charcoal,” katanya.
Trik utama dalam membangun bisnisnya adalah dengan menggunakan media sosial Instagram untuk memasarkan kue cubit produksinya Di awal, dia tak langsung memposting kue dan justru menawar-nawarkannya melalui fitur direct message.
Gunakan Instagram agar Kue Cubit sampai ke Kamar Pelanggan
Cara ini dilakukan untuk membuat pelanggan yang ada di rumah bisa memesan dan memilih varian kue cubit yang ia jual. Rupanya trik ini berhasil karena terdapat banyak pelanggan yang bisa membeli secara online.
“Ini jadi salah satu trik market, karena dulu waktu dipikul tidak memakai sosmed yang mereka pakai, akhirnya saya pingin upgrade market di mana saya follow-followin pembeli, karena melalui multimedia saya bisa menawarkan ke pintu-pintu kamar mereka dan di era sekarang harus menggunakan media sosial, ” terangnya
Bukan Lagi Makanan Anak-anak
Menurut Mang Enjang, keunggulan lain dengan memasarkan melalui media sosial adalah pangsa pasar yang luas yakni generasi muda.
Sebelum memakai media sosial, kue cubit kerap dianggap jajanan anak-anak. Namun sekarang dagangannya mampu terjual ke seluruh lapisan masyarakat. Media sosial pun membuat kue cubit Mang Enjang makin dikenal.
“Udah dulu ada yang nyuruh adiknya buat beli kue cubit, karena nganggapnya ini jajanan bocah. Tapi sekarang walau nggak punya brand, mereka tau dagangan saya kue cubit Mang Enjang,” terangnya.
Mencintai Profesi jadi Kunci Utama
Dari berbagai pengalaman ini, Mang Enjang membagikan kunci utama agar kue cubit produksinya bisa laris dicari pelanggan. Inovasi dan mencintai profesi menjadi kunci, sehingga memiliki motivasi untuk mencoba berbagai metode berjualan.
Kemudian, ia juga menerapkan konsistensi agar di sisi rasa dan kualitas, sehingga ketika melakukan berbagai terobosan tidak ada yang berubah dan menghindari kekecewaan pelanggan.
“Kuncinya pertama cintai produk kita dulu, konsisten, pelajari kekurangan, beradaptasi dengan keadaan dan lakukan, mereka akan mereview dengan suka rela produk kita,” tambahnya.