Profil
George Herbert Walker Bush
George Herbert Walker Bush adalah seorang politisi amerika yang menjabat sebagai presiden ke-41 AS. (1989–93). Sebelumnya ia menjabat sebagai wakil presiden AS ke-43 (1981–89), seorang anggota kongres, seorang duta besar, Direktur dari Central Intelligence. Saat ini ia tercatat sebagai mantan presiden AS tertua yang masih hidup. Putra tertuanya, George (Bush Jr), menjabat sebagai presiden AS ke-43 pada tahun 2000.
Datang dari keluarga dengan tradisi pelayanan publik, Bush merasa memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi baik dalam waktu perang maupun damai. Ia adalah seorang veteran Perang Dunia ke II. Serangan Jepang ke Pearl Harbour menyebabkan dirinya memutuskan untuk bergabung menjalani wajib militer dengan angkatan laut Amerika (US Navy). Ia lulus sebagai naval aviator pada tahun 1942. Tepat 3 hari sebelum usianya genap 19 tahun, ia ditunjuk menjadi letnan muda di U.S. Naval Reserve, Corpus Christi, Texas yang menjadikannya naval aviator termuda pada waktu itu.
Ia telah menjalani 58 misi pertempuran selama Perang Dunia II. Dalam sebuah misi di atas Samudera Pasifik sebagai pilot pembom torpedo dia ditembak jatuh armada antiaircraft pasukan Jepang dan berhasil diselamatkan oleh kapal selam AS. Ia dianugerahi Distinguished Flying Cross atas keberaniannya.
Pasca Perang Dunia ke II, ia mengarahkan hidupnya untuk menyelesaikan pendidikannya dan membina keluarga. Pada Januari 1945 ia menikahi Barbara Pierce. Mereka memiliki enam anak : George, Robin (yang meninggal ketika masih anak-anak), John (dikenal sebagai Jeb), Neil, Marvin, dan Dorothy.
Di Yale University ia unggul baik dalam studi dan dalam bidang olahraga. Ia adalah menjadi kapten tim bisbol dan anggota Phi Beta Kappa. Setelah lulus Bush memulai karir di industri minyak West Texas.
Seperti ayahnya, Prescott Bush, yang terpilih sebagai Senator dari Connecticut pada tahun 1952, George menjadi tertarik dalam pelayanan publik dan politik. Ia menjabat sebagai Wakil Kongres dari Texas selama dua periode. Selama dua kali pula ia gagal menjadi anggota Senat. Kemudian dia diangkat ke serangkaian posisi tingkat tinggi: Duta Besar untuk PBB, Ketua Komite Nasional Republik, Kepala Kantor Penghubung AS di Republik Rakyat Cina, dan Direktur Badan Intelijen Pusat.
Pada tahun 1980 Bush diajukan oleh Partai Republik menjadi calon Presiden. Dia kalah, tetapi dipilih sebagai wakil oleh Ronald Reagan. Sebagai Wakil Presiden, Bush memiliki tanggung jawab dalam wilayah domestik, termasuk deregulasi Federal dan program anti-narkoba, dan mengunjungi sejumlah negara asing. Pada tahun 1988, Bush memenangkan nominasi Partai Republik untuk menjadi Presiden, bersama dengan Senator Dan Quayle dari Indiana sebagai pasangannya. Ia mengalahkan Gubernur Massachusetts Michael Dukakis dalam pemilihan umum.
George Bush datang ke Gedung Putih dengan membawa dedikasi untuk menjaga nilai-nilai tradisional Amerika dan dengan tekad untuk mengarahkan mereka ke arah membuat Amerika Serikat menjadi "bangsa yang baik hati dan lembut." Dalam pelantikan, ia berjanji untuk menggunakan kekuatan Amerika Serikat sebagai "sebuah kekuatan untuk kebaikan." ("a force for good”)
Bush menghadapi dunia yang telah berubah drastis, diantaranya berakhirnya Perang Dingin setelah 40 tahun, runtuhnya kekaisaran komunis, runtuhnya Tembok Berlin, Uni Soviet tidak lagi ada, dan Presiden reformis Mikhail Gorbachev, yang telah mendukung Bush, mengundurkan diri. Sementara Bush memuji barisan demokrasi, ia bersikeras menahan diri dalam kebijakan AS terhadap kelompok negara-negara baru.
Di sisi lain yakni pada kebijakan luar negeri, Presiden Bush mengirim pasukan Amerika ke Panama untuk menggulingkan rezim korup Jenderal Manuel Noriega, yang mengancam keamanan dan warga Amerika yang tinggal di sana. Noriega dibawa ke Amerika Serikat untuk diadili sebagai pengedar narkoba.
Ujian terbesar Bush datang ketika Presiden Iraq Saddam Hussein menyerbu Kuwait, kemudian mengancam untuk pindah ke Arab Saudi. Bersumpah untuk membebaskan Kuwait, Bush menggerakkan PBB, rakyat AS, dan Kongres dan akhirnya mengirimkan 425.000 pasukan Amerika. Mereka bergabung dengan 118.000 tentara dari negara-negara sekutu. Melalui berminggu-minggu pertempuran dengan bom udara dan rudal, diarahkan sejumlah pasukan untuk pertempuran darat selama 100-jam yang kerap dijuluki sebagai Operation Desert Storm untuk menghadapi tentara Iraq
Meskipun popularitas meningkat dari sisi kemenangan militer dan diplomatik, Bush tidak mampu menahan ketidakpuasan di dalam negeri dari kondisi perekonomian, yang goyah, kekerasan yang meningkat di kota, dan tingkat defisit yang terus menerus dan tinggi. Pada tahun 1992 ia kalah dalam perebutan calon Partai Demokrat yang dimenangkan oleh William "Bill" Clinton.
Riset dan Analisa: Atiqoh Hasan