Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Gordon Howe

Profil Gordon Howe | Merdeka.com

Gordie Howe lahir di Floral, Saskatchewan, Kanada, pada tanggal 31 Maret 1928. Ia adalah anak kelima dari sembilan bersaudara.Saat usianya baru tiga bulan, keluarganya pindah ke dekat Saskatoon, di mana ayahnya bekerja sebagai mekanik, buruh, dan seorang pekerja konstruksi untuk menghidupi keluarganya.

Keluarga Gordie sangat miskin, sebagaimana kondisi tetangga-tetangga mereka saat periode Great Depression di tahun 1930an (periode di mana kesulitan ekonomi menyebabkan pekerjaan susah didapatkan, dan kebanyakan orang di Amerika & Kanada hidup dalam kemiskinan). Akibatnya, Gordie  muda sering sakit karena mengalami gizi buruk. Ia juga sangat pemalu dan canggung –sebuah masalah yang akan ia hadapi sepanjang masa dewasa nya. Ada satu hal yang mengubah sejarah Gordie: Saat seorang tetangganya menjual sejumlah barang bekas kepada ibunya, karena sangat membutuhkan uang. Ketika mereka membuka tas, barang pertama yang dilihatnya adalah sepasang skate. Gordie kecil yang berusia 5 tahun itu menerima sepasang skate pertamanya.
Howe immersed himself in hockey, playing day in and day out throughout the year, using a puck, a tennis ball, or even clumps of dirt. He was a big boy but was clumsy in his youth. He did not make it the first time he tried out for a local youth hockey team. By the time he was twelve years old, however, Howe had developed into an excellent skater.
Gordie tenggelam dalam hoki, bermain setiap hari sepanjang tahun, menggunakan kepingan logam, bola tenis atau bahkan gumpalan kotoran.  Pada saat ia berumur dua belas tahun,  ia telah berkembang menjadi skater yang sangat baik.
Selama musim panas, Gordie bekerja dengan ayahnya di situs konstruksi. Pekerjaan berat ini membantunya mengembangkan kekuatan luar biasa yang suatu hari menjadikannya salah satu pemain dengan tembakan tercepat di cabang olahraga hoki. Pada usia lima belas tahun, Gordie mencapai tinggi 6kaki dengan berat badan seimbang, yang menjadikannya pemain hoki yang cukup besar pada saat itu.

Kepiawaian Gordie membuat seorang pencari bakat, tertarik padanya.  Saat ia berusia 15 tahun, New York Rangers mengundangnya untuk mengikuti try out camp. Waktu itu, sang Direktur kamp, tidak terkesan sama sekali. Direktur tersebut merasa Gordie terlalu canggung dan tak akan cocok bermain di liga utama. Meski ditolak, ternyata Gordie tak patah semangat. Tahun berikutnya, ia kembali mengikuti try out, kali ini di Detroit Red Wings. Jack Adams, pelatih dan general manager tim tersebut, sangat terkesan oleh Gordie muda, dan menawarkannya sebuah kontrak.

Pada saat Gordie berusia 17tahun, ia ditugaskan untuk mengikuti tim minor league Red Wings di Omaha, Nebraska. Saat itu adalah musim keberuntungannya, sehingga tahun berikutnya ia dipromosikan ke major leage club.  Dia membuat Red Wings dan game pertamanya sebagai contoh sekaligus untuk membuktikan diri: siapa dia sebenarnya. Gordie mencetak gol, meluncur tanpa lelah, dan tetap melakukan kontrol dengan sempurna. Tujuannya tercapai dalam periode kedua, dan ia benar-benar pemain yang haus gol.
Membutuhkan tiga musim untuk 'mendewasakan'  Gordie sebagai seorang pemain hoki profesional. Ia mencetak total 35 gol pada tiga tahun pertamanya. Sejak saat itu, dia adalah seorang pencetak gol yang konsisten.  Dimulai pada tahun 1949 dan 1950, Gordie merupakan salah satu top skorer  di NHL, yang ia teruskan  selama dua dekade.
Pada tahun 1950 karir Gordie nyaris berakhir. Dalam pertandingan playoff pertama melawan Toronto Maple Leafs, ia bertabrakan dengan pemain Toronto, Ted Kennedy, hingga  terbang dan terjatuh dengan kepala terlebih dahulu menimpa sideboards. Tulang tengkoraknya mengalami retak, dan ia menderita concussion (kerusakan otak yang diakibatkan oleh pukulan keras). Ia juga mengalami kerusakan tulang pipi dan hidung. Di rumah sakit, dokter bedah harus mengoperasi untuk memulihkan tekanan di otaknya. Saat itu, ia berada dalam kondisi kritis selama beberapa hari.

Pada musim berikutnya, Gordie kembali dan sempat dipertanyakan:  apakah masih tetap Gordie yang dulu? Dengan semangat dan agresifitas yang dimilikinya sebelumnya? Gordie menjawabnya dengan bermain di setiap permainan dan memimpin skor golm assist dan total poin NHL pada musim tersebut.

Memimpin liga dalam mencetak gol menjadi hal yang biasa bagi Gordie. Ia memenangkan gelar pencetak skor terbanyak selama enam kali. Ia pun dipilih menjadi MVP di NHL sebanyak enam kali. Perkembangan Gordie sebagai seorang bintang juga sekaligus membawa teamnya sebagai pemenang yang konsisten.Dari tahun 1949 hingga 1955, Detroit Red Wings menjadi juara liga tujuh kali berturut turut, dan merupakan juara playoff Stanley Cup sebanyak empat kali.

Pada tahun 1951, Gordie bertemu Colleen Joffa, dan mereka menikah dua tahun berikutnya. Mereka mempunyai 4 anak : Martin, Mark, Cathy, dan Murray. Sepertinya, anak-anak lelaki Gordie mengikuti jejaknya menekuni hoki

Sepanjang karirnya, Goedia adalah pendukung bela diri di atas es untuk menghindari cedera. Ia adalah seorang tokoh yang ditakuti di atas es karena mempunyai siku yang tajam dan gerakan tongkat yang sangat cepat. Beberapa mengira Gordie adalah orang yang licik danpemain lain harus berhati-hati padanya. Gordie adalah sesosok atlet ideal: cerdas, penuntut, dan seorang pekerja keras. Ia bukan orang yang mudah terprovokasi ulah pemain lainnya. Jika salah seorang mencoba mengintimidasi, mereka hanya akan mendapati kekecewaan, karena tujuan utama Gordie adalah bermain hoki dengan permainan yang cantik.
Dengan kondisi saat itu di mana helm bukan sesuatu yang diwajibkan dalam pertandingan, luka di wajah dan jahitan adalah sesuatu yang sangat umum. Diperkirakan, Gordie menerima tiga jahitan di wajahnya.

Gordie mengalahkan rekor cetak skot Maurice 'Roket' Richard pada tahun 1963. Pada saat ia pensiun dari Red Wings pada tahun 1971 di usia 43 tahun, ia memegang rekor untuk tgol, assist, dan total poin. Dia juga memiliki rekor untuk sebagian besar permainan yang dimainkannya. Gordie menerima tawaran untuk bekerja di front office timnya, namun pada tahun 1973, ketika Houston Aeros dari New World  Hockey Association (WHA) mengontrak kedua anaknya: Marty dan Mark, Gordie diajak serta untuk bergabung dengan mereka. Bermain di tim profesional yang sama dengan kedua anaknya, pernah menjadi salah satu mimpi Gordie.  Ia mendapatkan dirinya kembali ke dalam masa kejayaannya, meraih kemenangan, mencetak poin seratus, menjadi MVP, dan memimpin timnya di kejuaraan WHA.

Pada bulan September 1997, pada usia 69, Gordie mengumumkan bahwa ia akan bermain dalam sebuah pertandingan pembuka musim, tepatnya pda tanggal 3 oktober, dengan International Hockey Leagues’s Detroit Vipers. Ini menjadikannya sebagai satu satunya pemain hoki professional yang bermain selama 6 dekade.

Keluarga Gordie aktif dalam berbagai macam kegiatan amal dan hidup dalam gaya hidup yang aktif. Pada tahun 2001, pasangan Gordie – Colleen mendapat penghargaan dengan dibangunnya sebuah sekolah di Abbotsford, Kanada yang dinamakan dengan the Colleen and Gordie Howe Middle School. Pada Januari 2001, mereka membawa api olimpiade melalui Detroit, Michigan, untuk olimpiade musim dingin tahun 2002.

Riset dan Analisa oleh Siwi P. Rahayu