Profil
Gusti Muhammad Hatta
Gusti Muhammad Hatta adalah salah satu dari jajaran Menteri Republik Indonesia. Dia dilantik menjadi Menteri Riset dan Teknologi di Kabinet Indonesia Bersatu jilid II pada tanggal 19 Oktober 2011. Dia menggantikan tugas dari Menteri sebelumnya bernama Suharna Surapranata. Dia bertugas di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Gusti Muhammad Hatta dilahirkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia, pada tanggal 1 September 1952. Sebelum menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi di Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, Gusti Muhammad Hatta telah memiliki kedudukan Menteri lainnya sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia sejak tanggal 22 Oktober 2009 hingga terjadinya perombakan di kabinet Indonesia Bersatu jilid I pada tanggal 18 Oktober 2011.
Gusti Muhammad Hatta, atau lebih akrab disapa dengan nama Hatta, adalah sosok yang peduli terhadap lingkungan dan tulen. Dia merupakan Alumni dari Univesitas Lambung Mangkurat Fakultas Kehutanan dan memperoleh gelar Sarjana. Selanjutnya, dia meneruskan pendidikan perkuliahannya di Univesitas Gajah Mada hingga meraih gelar Magister. Gelar Doktor ia dapatkan ketika ia telah mengenyam pendidikan di Universitas Wageningen, Belanda.
Sebelum memangku jabatan politik, Gusti mengawali karir sebagai dosen di Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM). Selama mengabdi di almamaternya, Gusti kerap dipercaya menduduki berbagai jabatan akademis di antaranya, menjadi Ketua Program Studi Silvikultur (1981-1982), Pembantu Dekan I Fakultas Kehutanan (1983-1985), Wakil Ketua Pusat Studi Lingkungan Hidup (1993-1995) dan Ketua Pengelola Pascasarjana Program Studi Ilmu Kehutanan (2001-2003). Ia juga pernah menjadi Ketua Lembaga Penelitian UNLAM (2003-2005), Pembantu Rektor I Bidang Akademik, 2006-2009 dan pernah ikut sebagai salah satu kandidat Rektor Unlam.
Menurut Gusti, untuk memenangkan persaingan global, penguasaan IPTEK menjadi sebuah kewajiban. Di berbagai negara, penguasaan IPTEK menjadi salah satu prioritas karena iptek dianggap bisa mengatasi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi sebuah negara. Selain itu, bangsa-bangsa di dunia menjadikan penguasaan IPTEK sebagai identitas dirinya di panggung internasional.
Riset dan analisis oleh: Giri Lingga Herta Pratama