Gerbong Kereta Maut Bondowoso-Surabaya
Peristiwa Gerbong Maut adalah insiden di mana 100 pejuang Indonesia yang ditawan Belanda dipindahkan dari Bondowoso ke Surabaya.
Peristiwa Gerbong Maut adalah insiden di mana 100 pejuang Indonesia yang ditawan Belanda dipindahkan dari Bondowoso ke Surabaya dengan tiga gerbong kereta api tertutup rapat.
Pemindahan dilakukan tanpa memperhatikan keselamatan para tawanan, menyebabkan 46 pejuang meninggal dalam peristiwa ini. Peristiwa Gerbong Maut bermula ketika pasukan Belanda berhasil menguasai Bondowoso. Pada 22 Februari 1947.
-
Apa kegunaan gerbong kereta jenazah? Sementara satu gerbong lainnya adalah gerbong kereta jenazah.
-
Kapan kecelakaan tragis itu terjadi? Kembali ke tahun 1980-an, di mana kejadian memilukan ini berlangsung.
-
Kapan kecelakaan maut tersebut terjadi? Kecelakaan ini terjadi pada (1/9/2023), di mana mobil yang ditumpangi keluarganya mengalami kecelakaan dengan truk bermuatan pasir.
-
Dimana kecelakaan kereta api terjadi? Pada 29 Maret 1924, sebuah kecelakaan kereta api terjadi di Rancaekek, Bandung.
-
Di mana kecelakaan maut itu terjadi? Kecelakaan ini terjadi pada (1/9/2023), di mana mobil yang ditumpangi keluarganya mengalami kecelakaan dengan truk bermuatan pasir. Kecelakaan ini terjadi di Segamat, Malaysia.
-
Mengapa kecelakaan maut itu terjadi? Insiden ini berawal dari mobil yang digunakan keluarga tersebut melambat karena adanya perbaikan jalan. Sayangnya, truk pasir yang ada di belakangnya tidak dapat mengerem dengan tepat sehingga menyebabkan tabrakan.
Belanda melancarkan serangan yang memaksa pasukan Republik mundur ke pegunungan dan melanjutkan perjuangan melalui taktik gerilya.
Perlawanan rakyat Bondowoso terhadap Belanda terus berlangsung di berbagai wilayah, termasuk serangan oleh para pemuda pejuang ke markas VDMB (Velligheids Dienst Marinir Brigade).
Sebagai respons, pihak Belanda melakukan pembersihan dengan menangkap banyak warga yang dianggap aktif melawan, sehingga penjara Bondowoso menjadi penuh sesak.Pada tanggal 22 November, ada sebanyak 100 pejuang republik yang ditahan di penjara Bondowoso.
Awal Mula Petaka
Untuk menanggulangi kepadatan ini, Belanda berencana memindahkan para tahanan dari penjara Bondowoso ke penjara di Surabaya.
Selain karena keterbatasan kapasitas, alasan lain pemindahan ini adalah anggapan bahwa para tahanan dianggap berbahaya bagi Belanda dan tenaga para tahanan (pejuang) ingin dimanfaatkan untuk dipekerjakan di pusat-pusat pertahanan Belanda di Surabaya.
Pada 23 November 1947, setelah menerima perintah langsung dari Komandan J. Van Den Doerpe, sekitar pukul 05.15, para pejuang ini diminta berbaris di depan penjara Bondowoso dalam empat barisan.
Mereka kemudian diperintahkan berjalan menuju Stasiun Kereta Api Bondowoso dikawal oleh tentara Belanda.
Mengutip esi.kemdikbud.go.id, sesampainya di sana, mereka dimasukkan ke dalam tiga gerbong: 32 orang di gerbong pertama, 30 orang di gerbong kedua, dan 38 orang di gerbong ketiga.
Gerbong-gerbong ini bukanlah gerbong penumpang, melainkan gerbong barang berbahan baja tanpa ventilasi udara. Gerbong-gerbong itu ditutup rapat dan digembok dari luar oleh tentara Belanda. Kereta kemudian berangkat dari Stasiun Bondowoso menuju Surabaya pada pukul 07.30.Sepanjang perjalanan, terdengar teriakan para tahanan meminta air dari dalam ketiga gerbong.
Jeritan Minta Tolong
Namun, teriakan minta tolong itu diabaikan oleh pasukan Belanda yang memang tidak peduli dengan keselamatan para pejuang. Setelah sekitar dua belas jam perjalanan, pada pukul 19.15, kereta tiba di Stasiun Wonokromo Surabaya.
Saat gembok gerbong tawanan dibuka, tampaklah pemandangan yang sangat memilukan. Di gerbong pertama, semua tawanan masih hidup namun dalam kondisi lemas dan tak berdaya.
Di gerbong kedua, situasi lebih buruk dengan delapan pejuang ditemukan tewas. Keadaan paling tragis terjadi di gerbong ketiga, di mana seluruh tawanan ditemukan tewas dengan kondisi kulit seperti terbakar.
Gerbong ketiga memakan banyak korban karena saat proses pemindahan di gerbong ketiga ditutup rapat tanpa ventilasi. Sedangkan pada pemindahan tahap pertama dan kedua, gerbong-gerbong yang mengangkut tahanan masih dilengkapi ventilasi selebar 10–15 cm sehingga masih ada sedikit pertukaran udara.
Sebanyak 46 pejuang gugur dalam peristiwa ini. Para tawanan yang masih hidup, meskipun dalam kondisi lemas, diperintahkan untuk mengeluarkan rekan-rekannya yang meninggal sebelum akhirnya dipindahkan ke kamp Bubutan.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti