Komandan Sok Jagoan Tak Berkutik Saat Jidatnya Ditodong Pistol Mayor Ibrahim Adjie
Merdeka.com - Ketika ditugaskan ke Sumatra Utara, Mayor Ibrahim Adjie harus berhadapan dengan kebandelan para perwira lokal. Adu gertak dengan senjata pun sempat terjadi.
Oleh: Hendi Jo
Seiring diterapkannya kesepakatan Perjanjian Renville pada Februari 1948, proses gencatan senjata antara TNI dengan militer Belanda pun dimulai. Situasi tersebut digunakan oleh Markas Besar Tentara (MBT) di Yogyakarta untuk berbenah, termasuk merapikan jaringan komando di wilayah Sumatra.
-
Bagaimana reaksi Duta saat diserbu? Duta tampak sangat ramah saat diajak berfoto bersama para penggemar. Ia dengan sabar melayani permintaan foto dari penggemar yang antusias. Senyumannya yang khas menambah kehangatan momen tersebut.
-
Bagaimana cara Jenderal Andika Perkasa tetap bugar? Meski kini sudah pensiun, Jenderal Andika Perkasa tetap terlihat sehat dan bugar. Hal ini tentu salah satunya karena ia rajin berolahraga.
-
Siapa pria perkasa itu? Peneliti menduga pria tersebut adalah pendukung raja yang berkuas di wilayah unifikasi Swedia, Denmark, dan Norwegia antara 1397 dan 1523.
-
Siapa yang terlihat tenang tapi pendendam? Bersikap Dingin dan Tidak Responsif Orang yang menyimpan dendam sering kali tampak tenang dengan aura yang dingin.
-
Kenapa bersikap tenang saat menghadapi masalah penting untuk meningkatkan kelas seseorang? Seseorang yang memiliki kelas tinggi tidak mudah terprovokasi atau kehilangan kontrol diri ketika menghadapi situasi yang sulit. Sikap tenang dan terjaga saat menghadapi masalah menunjukkan tingkat kedewasaan serta kemampuan untuk berpikir secara rasional.
-
Bagaimana Danang mengatasi rasa gugup Hemas? 'Kalau aku yang nyanyi atau aku ada di panggung, udah biasa. Tapi ini istriku kan. Gimana caranya aku harus bisa ngemong dia agar nggak nervous, agar dianya nggak panik juga. Tapi ternyata malah aku yang panik. Badan emang nggak bisa bohong,' imbuh Danang.
Sebagai kesatuan yang dinilai tertib, Divisi Siliwangi diminta untuk 'merelakan' beberapa perwiranya pergi ke Sumatera. Maka berangkatlah tiga perwira kesatuan asal Jawa Barat itu. Mereka adalah Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang, Mayor Ibrahim Adjie dan Mayor Utaryo.
"Awalnya ayah saya dan kedua temannya itu ditempatkan di Bukittinggi untuk menunggu perintah selanjutnya dari MBT," ungkap Kikie Adjie, salah satu putera Ibrahim Adjie.
Awal November 1948, kepada tiga perwira itu, baru turun perintah dari MBT untuk membenahi Sub Teritorial VII di Sumatra Utara. Mereka harus mulai membereskan kekacauan-kekacauan yang ada di Tapanuli.
Membubarkan Brigade Lokal
Komandan Sub Teritorial VII Letnan Kolonel Alex mengawali langkah pertamanya dengan membubarkan brigade-brigade yang ada lalu menggantinya dengan sektor-sektor.
Setidaknya ada empat sektor yang dia bentuk untuk menghadapi kemungkinan akan terjadinya agresi militer Belanda yang kedua kali. Pembentukan sektor-sektor otomatis diikuti dengan perpindahan wilayah kekuasaan masing-masing kekuatan bersenjata yang ada saat itu.
Sebagai contoh Pasukan Sektor I harus meninggalkan Sibolga digantikan oleh Pasukan Sektor IV dan Sektor S.
Mayor Adjie merupakan salah satu perwira yang ditugaskan Kawilarang untuk menjalankan proses pemindahan itu. Dia harus menghubungi para komandan lapangan agar patuh kepada perintah Kawilarang.
Namun masalah muncul, saat beberapa komandan lokal merasa tersinggung dengan perintah-perintah itu. Mereka memilih melakukan pembangkangan. Merasa sebagai penguasa wilayah tersebut, alih-alih menuruti, mereka malah dengan sengaja menentang perintah Kawilarang dan Ibrahim Adjie.
Komandan Sok Jagoan
Salah satu pembangkang itu adalah seorang komandan di Sibolga yang memiliki pamor sebagai jagoan lokal sejak zaman Jepang.
"Pokoknya orang itu dikenal garang dan tak jarang main tembak begitu saja," tutur Kikie Adjie.
Secara resmi Mayor Adjie lantas memanggil sang komandan lewat sepucuk surat panggilan. Bukannya datang menghadap, dia malah menyuruh kurir untuk memerintahkan Adjie datang langsung ke markasnya.
"Enak saja, belum setahun ada di sini, orang itu mau main perintah-perintah sama awak? Bilang sama komandan kau itu, kalau mau ada maunya datanglah langsung kesini. Jangan macam raja!" kata sang komandan dalam nada marah.
Mendapat laporan itu, tentu saja Adjie merasa kesal luar biasa. Namun dia berusaha tenang. Diputuskannya dia sendiri akan mendatangi markas pasukan yang membandel itu.
"Ayah saya bilang, mereka biasanya hanya menguji nyali para komandan saja," tutur Kiki Adjie.
Pistol pun Keluar
Ketika datang ke markas sang jagoan, Adjie disambut sikap angkuh dan sinis. Perundingan pun terjadi. Sang jagoan bersikeras tidak mau pindah. Tak ada titik temu, Adjie malah diusir.
Secara tegas, sang jagoan menyebut tidak mengakui kepemimpinannya. Tak mau kalah gertak, Adjie pun bersikeras. Saat terjadi percekcokan itulah, tiba-tiba sang jagoan mengeluarkan pistol dari sarungnya, meludahinya lantas meletakannya di meja.
"Kau kuberi kesempatan untuk pergi dari sini sampai ludah di pistolku itu kering. Jika tidak, kau kutembak!" tantangnya.
Di luar dugaan, secepat kilat Adjie malah menyambar pistol berludah itu lalu menodongkan moncongnya tepat ke jidat sang jagoan.
"Kau tak perlu menunggu ludah itu kering, sekarang juga kau aku tembak jika tidak ikut perintahku!" bentak Adjie.
Bukan main gugupnya sang jagoan. Alih-alih melawan, dia malah menjadi gemetaran. Dalam nada ketakutan, dia lantas mengambil sikap sempurna.
"Sii.... Siiapppp! Taat perintah!" teriaknya.
Drama pembangkangan itu akhirnya berakhir hanya dalam beberapa menit. Sang jagoan akhirnya menyanggupi semua permintaan Mayor Adjie. Sejak kejadian itulah para komandan di Tapanuli tak pernah lagi berani melawan keputusan dari MBT. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Brigadir Andri Sitompul saat ini sudah mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit Bhayangkara Polda Jambi.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang Letjen Maruli Simanjuntak yang diomeli oleh istrinya hanya gara-gara tidak bisa berpose saat foto.
Baca SelengkapnyaBenda itu melingkar di pinggang Soeharto. Tak pernah lepas selama peperangan.
Baca SelengkapnyaKeberanian Pangeran Diponegoro membuat penjajah berang. Mereka mencoba membunuh Pangeran Diponegoro tapi selalu gagal.
Baca Selengkapnya