Perwira TNI ini Jujurnya Luar Biasa, Tak Mau Makan Secuil Barang Haram pun

Merdeka.com - Kejujuran para prajurit TNI di awal kemerdekaan memang luar biasa. Tak sedikit pun berjuang untuk mencari kekayaan. Ini salah satu kisahnya.
Tahun 1946, Kepala Staf Resimen Divisi II TNI Mayor Alex Evert Kawilarang menumpas gerombolan perampok di Cibarusah Bogor. Setelah baku tembak mereka mengalahkan para perampok yang meresahkan warga.
Kawilarang memeriksa markas perampok. Selain harta, mereka menemukan banyak wanita cantik yang ditawan para perampok itu. (Baca: Pasukan TNI Gerebek Sarang Perampok, Temukan Banyak Wanita Cantik Ditawan).
Setelah berjaga semalaman, Kawilarang mencari sarapan. Dia melihat ada anak buahnya yang makan pisang di markas itu, Kawilarang lalu ikut makan.
Tapi yang membuatnya heran, seorang anak buahnya yang bernama Letnan Muda Gojali, tak ikut makan. Kawilarang pun bertanya apa Gojali tidak lapar?
Tidak Mayor, pisang itu dibeli dari uang hasil rampokan, saya tidak mau makan," jawab Gojali tegas.
Serahkan Guci Harta Karun ke Mendagri
Kawilarang kagum mendengar jawaban Gojali. Kepercayaan pada anak buahnya itu makin besar. Kisah kejujuran Gojali ini ditulis dalam biografi AE Kawilarang Untuk Sang Merah Putih yang ditulis Ramadhan KH.
Beberapa waktu kemudian, anak buah Kawilarang melakukan penggalian di bekas markas Jepang di sekitar Cigombong. Mereka mencari senjata Jepang yang biasanya disembunyikan dengan cara dikubur dalam tanah.
Tapi bukannya senjata, para prajurit TNI itu malah menemukan sebuah guci besar. Lebih mengejutkan, isi guci itu ternyata penuh emas dan permata dan berkilauan.
Walau bisa kaya tujuh turunan, para tentara jujur itu tak mau mengambilnya. Mereka lalu lapor dan menyerahkan harta itu pada Kawilarang, komandan mereka.
Kawilarang perwira yang jujur, dia tak mau makan emas permata peninggalan Jepang. Mereka berniat menyerahkan harta temuan pasukannya pada pemerintah Indonesia yang saat itu masih morat-marit.
Kawilarang tahu harus mengutus siapa. Dia memanggil Letnan Muda Gojali yang menolak makan pisang hasil curian waktu itu. Kawilarang mengutus Gojali menyerahkan harta karun itu ke Kementerian Dalam Negeri di Purwokerto.
Gojali melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia menyerahkan harta karun pada Sumarman yang kala itu menjabat Sekretaris Mendagri.
Tak jelas bagaimana nasib harta tersebut setelah diterima Kementerian Dalam Negeri. Dilaporkan surat tanda terima dari Gojali ke Kemendagri tersebut hangus terbakar saat Belanda menggelar agresi militer I tahun 1947.
Tapi yang pasti Mayor Kawilarang, Letnan Muda Gojali serta Tentara Resimen II Bogor sudah menunjukkan pengabdian dan kejujuran yang luar biasa. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya