Diadakan Jelang Puasa, Tradisi Nyorog Jadi Simbol Hormat Warga Betawi ke Orang Tua
Merdeka.com - Menjelang bulan suci Ramadan sejumlah daerah di Indonesia turut menyambutnya dengan tradisi lokal, tak terkecuali di Betawi. Di sana tradisi Nyorog menjadi rutinitas yang tak bisa ditinggalkan.
Nyorog merupakan cara orang Betawi untuk menghormati orang tua, maupun sanak keluarga yang memiliki usia jauh di atasnya. Biasanya kalangan muda akan menghantarkan berbagai macam barang, termasuk makanan dan buah-buahan, beberapa hari menjelang masuknya hari puasa pertama.
Mengutip laman Dinas Kebudayaan Jakarta, Selasa (29/3), beberapa bingkisan yang umum dibawa ke sanak saudara dan keluarga tua yakni kue-kue, bahan makanan mentah berupa gula, susu, kopi, sirup, beras, ikan bandeng dan daging kerbau, termasuk kuliner tradisional Betawi yang dimasukkan ke dalam rantang, misalnya saja sayur gabus pucung.
-
Apa itu Family Gathering? Family gathering adalah rangkaian kegiatan yang biasanya dibuat oleh perusahaan untuk para karyawan. Tujuan utama dari kegiatan ini ialah membuat semua karyawan berkumpul di luar kantor.
-
Di mana keluarga memberikan rasa diterima? “Keluarga adalah tempat di mana kita merasa diterima apa adanya dan tetap dicintai.“
-
Bagaimana suasana makan bersama? Terlihat suasana kebersamaan dan guyub rukun pada acara makan bersama itu.
-
Mengapa penting untuk membiasakan anak makan bersama keluarga? Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sering makan bersama keluarga menunjukkan tingkat altruism yang lebih tinggi di kemudian hari.
-
Bagaimana cara silaturahmi? Melalui silaturahmi, terjalinlah kebersamaan, empati, serta saling membantu antara sesama Muslim.
-
Bagaimana caranya orang tua menunjukkan rasa kasih sayang ke anak? Setiap orang tua perlu menunjukkan rasa kasih sayang kepada anak. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberi perhatian penuh dengan rutin menanyakan minat dan aktivitas yang anak lakukan setiap hari-hari.
Sebagai Ajang Silaturahmi
Sayur gabus pucung jadi salah satu kuliner yang wajib dibawa saat acara Nyorog jelang Ramadan
©ResepKoki/Instagram/genikayu
Bagi masyarakat Betawi, orang tua dan keluarga merupakan hal yang terpenting dan wajib untuk dihormati. Membawa sejumlah bingkisan, termasuk makanan menjadi salah satu sarana untuk mempererat tali silaturahmi yang lama terputus jarak.
Saat makanan tersebut dibawakan ke orang yang lebih tua, maupun sanak keluarga. Terdapat momen di mana anak ke ayah dan ibu, maupun ke mertua berinteraksi dan bersantap bersama sembari saling memaafkan.
Dilansir dari laman Seni Budaya Betawi, tradisi Nyorog masih terus dipertahankan di wilayah Betawi pinggiran maupun tengah Ibu Kota Jakarta, seperti di Kebayoran Lama Selatan, Jakarta Selatan.
Berangkat Dari Tradisi Sedekah Bumi
Dari beberapa catatan, Nyorog sendiri berakar dari tradisi ‘Sedekah Bumi’ dan ‘Baritan’. Keduanya merupakan ritus upacara adat yang menyimbolkan refleksi antara interaksi manusia, lingkungan, dan kepercayaan kepada sang pencipta. Sebelum agama Islam masuk ke ke Pulau Jawa, masyarakat sering membawakan makanan untuk sesajen yang akan dipersembahkan kepada Dewi Sri atau lambang kemakmuran. Kegiatan tersebut kemudian ungkapan rasa syukur kepada setiap rezeki yang sudah didapatkan manusia (sekarang kalangan muda). Setelah datangnya Islam, Nyorog lantas diartikan sebagai upaya penghormatan dan silaturahmi kepada orang yang lebih tua atau para sesepuh kampung yang dihormati. Ada pun sumber lain yang menyebutkan tradisi nyorog telah dilakukan masyarakat Betawi sejak tahun 1800-an. Tradisi tersebut diperkenalkan para wali saat menyebarkan ajaran Islam.
Tak Hanya Dilakukan saat Jelang Ramadan
Tradisi Nyorog sendiri sebenarnya tak hanya dekat dengan bulan Ramadan saja, melainkan juga dilaksanakan dalam momen sakral lain seperti acara pernikahan.
Biasanya, Sebelum lamaran, sorogan (bebawaan) akan diberikan dari pihak mempelai lelaki ke mempelai perempuan. Seserahan itu akan berbentuk bahan makanan disertai dengan bingkisan.
Salah satu fungsinya ialah untuk mempererat tali kedekatan, antara ke dua belah keluarga mempelai. Selain itu juga sebagai upaya untuk mengikat mempelai pria dan wanita, menjelang pengesahan status suami dan istri.
Dekat Dengan Nilai Islam
Dikutip dari JISA: Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama Prodi Sosiologi Agama Fakultas Ilmu Sosial UIN SU Medan jurnal.uinsu.ac.id, tradisi Nyorog begitu dekat dengan tradisi masyarakat sosial Islam di pinggiran Jakarta.
Sedekah menjadi salah satu alasan tradisi ini masih dilakukan warga, khususnya menjelang bulan Ramadan. Dengan bersedekah, akan membuat para pelestarinya lebih siap dalam menjalankan ibadah puasa.
Kemudian unsur silaturahmi di Nyorog juga merupakan perintah dalam kitab suci Al Quran, hingga seluruh anggota keluarga bisa saling mengenal saudaranya satu sama lain.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaRuwahan cukup berbeda dari tradisi penyambutan Ramadan di daerah lain
Baca SelengkapnyaKata-kata sungkeman Lebaran bahasa Jawa bisa diucapkan saat halal-bihalal kepada keluarga dan orang-orang terdekat.
Baca SelengkapnyaDalam tradisi lokal masyarakat Batak, terdapat upacara khusus untuk orang tua sebagai bentuk penghormatan dan balas budi.
Baca SelengkapnyaMakanan khas masyarakat Sulawesi Selatan ini terbuat dari beras yang dicampur dengan santan dan sedikit garam lalu dibungkus menggunakan daun pisang.
Baca SelengkapnyaBudaya ketupat lepas jadi bukti rasa sayang orang tua ke anaknya.
Baca SelengkapnyaTradisi Nyepuh jadi cara warga di Ciamis untuk menyambut bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaAcara basuh kaki diadakan Perkumpulan Boen Hian Tong di Gedung Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir, Semarang, Kamis (8/2).
Baca SelengkapnyaBiasanya tradisi Manjalang Mintuo ini juga dibarengi dengan saling bermaaf-maafan sekaligus membawa rantang yang berisikan berbagai macam masakan.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sudah ada sejak zaman Bupati Pertama Probolinggo
Baca SelengkapnyaBiasanya, tradisi ini dilaksanakan ketika hari besar Islam yaitu Idulfitri, Maulid Nabi, dan juga Iduladha.
Baca SelengkapnyaAdab menghormati serta memuliakan tamu itu sudah melekat pada diri orang di Indonesia, mereka dianggap sebagai 'raja'.
Baca Selengkapnya